Penumbuhan Hubungan Positif Antara Pelaku dan Korban untuk Saling

71 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas yang diperkuat dengan dokumentasi yang dilakukan selama penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat peran guru kelas sebagai pembimbing baik untuk pelaku maupun korban lewat pemberian informasi pada siswa tentang tata tertib di kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying diantaranya bersikap baik pada teman, tidak boleh bermain tindih-tindihan, tidak boleh bermain dalam kelas, tidak merugikan orang lain, tidak boleh mendorong teman saat berada di diningroom. Peran guru kelas sebagai pembimbing dalam menjelaskan pengertian bullying dan penjelasan tindakan yang akan diambil oleh guru kelas saat terdapat kasus bullying tidak dilakukan lewat sosialisasi tetapi dijelaskan saat adanya emergencyclassmeetingatau saat diskusi classmeeting. Sehingga diperoleh data bahwa guru kelas berperan dalam membimbing baik korban maupun pelaku bullying.

2. Peran Guru Kelas sebagai Mediator dan Fasilitator

Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator mencakup tiga indikator. Indikator yang pertama ialah penumbuhan hubungan positif antara pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghargai, kedua ialah pendorong tingkah laku sosial yang baik, dan ketiga ialah pengusahaan sumber belajar mengenai perilaku bullying. Penjelasan hasil penelitian ketiga indikator tersebut dijelaskan dibawah ini.

a. Penumbuhan Hubungan Positif Antara Pelaku dan Korban untuk Saling

Menghormati dan Menghargai Indikator ini teramati lewat observasi tanggal 20 Maret dimana Ah dan Fr saling mengoreksi jawaban saat ustadzah menanyakan kasus yang dilaporkan oleh Fr. 72 Fr merasa tidak nyaman saat Ah mengangkat tubuhnya dan menjatuhkannya di konblok depan kelas sehingga melaporkan hal tersebut kepada ustadzah Us dan membuat ustadzah mengadakan classmeeting antar keduanya lampiran 5. Disini terlihat bahwa Ah dan Fr harus bisa mendengarkan jawaban satu sama lain dan mengoreksi mana jawaban yang dianggap mengada-ada. Selain itu, penumbuhan hubungan positif antara pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghargai juga teramati pada saat observasi ke 2 tanggal 21 Maret 2017 lampiran 4 dimana siswa Af dan Nr diminta untuk meminta maaf serta bermain bersama di luar kelas pada saat tidak sengaja menyebabkan Zn terdorong di pintu kelas saat bermain, observasi ke 4 tanggal 23 Maret 2017 dimana ustadzah menyuruh At dan Ak yang semula bertengkar karena Ak mematikan lampu saat Ak sedang berganti baju di dalamnya. Ak juga mencipratkan air ke dalam kamar mandi yang ditempati At dibantu oleh kakak kelas. Sedangkan sewaktu At mengkonfirmasi ke Ak, Ak tidak mau mengaku bahwa ia telah melakukan semua hal tersebut. At lalu mengadukan kepada ustadzah dan setelah ustadzah Us melakukan emergency classmeeting, Ak mau meminta maaf dan mengakui perbuatannya kemudian mereka kembali di barisan yang sama lampiran 5. Pada observasi ke 7 tanggal 30 Maret 2017, penumbuhan hubungan positif antar pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghormati tampak saar guru kelas menempatkan Fr dan Ha dalam satu kelompok maket rumah impian sehingga mereka dapat berinteraksi dengan baik lampiran 4. Ini dilakukan karena sebelumnya Ha melakukan bullying pada Fr dengan menyebut Fr jelek.Observasi ke 73 9 tanggal 6 April 2017, guru kelas menumbuhkan hubungan yang positif antar pelaku dan korban yang mana Fr dan Ha, dengan membiarkan keduanya bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompok maket rumah impian mereka dengan pengawasan. Selain itu, data observasi juga diperkuat dengan data wawancara yang menyebutkan bahwa pada indikatorpenumbuhan hubungan yang positif antar pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghargai, siswa dapat melaporkan tindakan bullying yang dilihat atau dialaminya sendiri secara langsung. Hal ini disampaikan oleh ustadzah Ul yang mengatakan “langsung aja lapor ke guru kelas atau supervisor yang pakai baju oranye-oranye itu kan kalau misal kejadiannya di luar kelas. Lapor saat itu juga .” dan ustadzah Us yang menyebutkan untuk langsung melaporkan karena biasanya “anak-anak disini sudah sensitif ya untuk masalah itu dan biasanya langsung lapor ke kami ”. Hal senada juga disampaikan oleh Ha dan Ar yang menyebutkan untuk langsung melaporkan pada ustadzah. Sementara untuk cara guru kelas menumbuhkan perilaku positif antar pelaku dan korban di dalam kelasmenurut Ar dan Ha yakni dengan cara saling meminta maaf dan memaafkan lampiran 7. Selain itu, penumbuhan hubungan positif menurut ustadzah Us, dapat dilakukan dengan cara menempatkan siswa itu ke dalam kelompok secara berbeda- beda, mengawasi pelaku dan korban, meminta maaf dan apabila masih dendam maka akan ada kesepakatan antara pelaku dan korban lampiran 7. Pendapat dari ustadzah Uldan Us sendiri dapat dilihat dari hasil wawancara dibawah ini: 74 FH: “Bagaimana cara ustadzah menumbuhkan perilaku positif antar pelaku dan korban di dalam kelas?kalau semisal habis terjadi kasus bullying kan kadang masih ada yang dendam atau marah, atau perilaku negatif lain misal ” UL: “Kalau di kelas ini sih Alhamdulillah nggak ada ya mbak perilaku negatif kayak gitu. Mungkin karena masih kelas bawah.Jadi kalau udah minta maaf, maaf-maafan itu ya udah nanti main bareng lagi.Terus nanti juga dikuatkan lagi mbak kalau disini kamu itu bebas, nggak ada yang boleh ngelarang-larang kamu atau menakut-nakuti kamu.Terus bisa juga ditempatkan dalam satu kelompok biar ada interaksi. Dan kami juga bersinergi dengan orangtua kan biasanya ortu suka cerita. Kelas 1 juga habit trainingnya ada pendengar yang baik. Jadi anak bisa saling mendengarkan kalau ada yang sedang berbicara.” US: “Kita juga biasa menempatkan siswa itu ke dalam kelompok secara berbeda-beda. Kalau misal ada masalah seperti bullying itu kita kerucutkan masalahnya, kita tanya kedua-duanya ‘tadi kenapa, kok bisa?’ dan suruh minta maaf. Kalau masih dendam kita tunggu, sampai mau memaafkan. Tapi kalau dia kita tunggu sampai maksimal marahnya itu masih belum mau jawab dan masih diem, kan tandanya masih dendam. nanti kita tanya yang buat kamu marah apa, terus bilang ke pelakunya ‘nak ini dia masih sakit hati lho, masih marah sama kamu. Gimana?’ nanti pelaku kan bilang kayak ‘aku nggak ulangin lagi ust’ atau ‘aku bakal diem kok ust’ gitu. Jadi ada deal-deal an disitu antara pelaku dan korban. Jadi kita masih awasi korban dan pelaku.” Penumbuhan hubungan positif juga didapatkan dari pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa pelaku melakukan bullying yakni dengan mendapatkan kartu kuning dan kartu merah, adanya teguran, pengurangan hak seperti harus berdiam diri sampai istirahat selesai hingga siswa tidak mendapat waktu istirahat, penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf pada korban lampiran 7. Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator dalam hal penumbuhan hubungan positif antar pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghargai diantaranya adalah saling mendengarkan jawaban untuk di crosscheck kebenarannya, apabila masih dendam maka akan dicari titik temu antara keinginan korban dan 75 kesanggupan pelaku,bermain bersama di luar kelas, menempatkan dalam satu kelompok antar pelaku dan korban, pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa pelaku melakukan bullying yakni dengan adanya teguran, pengurangan hak, penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf pada korban.

b. Pendorong Tingkah Laku Sosial yang Baik