Pengusahaan Sumber Belajar mengenai Perilaku Bullying

77 supervisor selama istirahat dan pulang sekolah, adanya program star of the week dan penggunaan kartu kuning dan kartu merah dalam buku parents guide, pengisian incident report, dan wawancara dengan orangtua untuk mengatahui penyebab kasus sehingga anak terdorong untuk tidak melakukan kasus bullying karena akan malu saat diketahui oleh orangtua.

c. Pengusahaan Sumber Belajar mengenai Perilaku Bullying

Indikator yang ketiga yakni pengusahaan sumber belajar mengenai perilaku bullying.Guru kelas memfasilitasi penggunaan sumber belajar mengenai bullying lewat mata pelajaran PSHE yang biasanya terdapat dalam waktu diskusi antara hari Selasa atau Rabu saa diskusiclassmeeting. Hal ini diungkapkan oleh kepala sekolah, dan guru kelas lewat wawancara lampiran 7.Selengkapnya, guru kelas yakni ustadzah Ul dan Us mengatakan bahwa UL: “Lewat PSHE, Physic social health education, selain itu lewat agama. Jadi kita lewat morning motivation juga kan ada cerita-cerita kayak yang judulnya ‘semua bisa sedih’ itu kan mengajarkan tentang kenapa sih kok orang bisa sedih. Oh karena dikata-katain, diejek, dikucilkan. Nah terus ada lagi ini buku ucapkan dengan baik ini kan isinya tentang anak yang sukanya nyuruh-nyuruh teman tanpa bilang makasih atau tolong, suka kasar sama teman terus temannya sedih. Jadi menjelaskan kayak bullying pakai cerita- cerita itu pas PSHE atau morning motivation. Pas PSHE juga saya pernah kasih mereka kertas, terus ditulis nama anak yang kamu sukai dan kamu tidak sukai, kenapa alasanannya apa, nanti kan saya bilang Cuma ustadzah yang tau jadi harus jujur. Ada yang nulis aku nggak suka ini karena suka marah-marah, itu ada mbak. Jadi kita kan tau anak-anak itu aslinya gimana dan kita tau treatmentnya seperti apa. Tapi semester satu.” US: “lebih ke PSHE sih mbak, masuk disitu. Physic, Social, Health, Education. Kayak Pkn kalau di sekolah biasa. Nanti isinya macem-macem tapi intinya kita berdiskusi lewat classsmeeting, cerita nabi, cerita dari buku-buku di perpus.Pemilihan sumber belajar didasarkan atas kebutuhan anak. Kalau misal hari itu lagi ada kasus pukul-pukulan ya kita ambil cerita Rasul yang diludahi terus Rasul tidak balas meludahi,misal.” 78 Ar juga menyebutkan apabila ustadzah “pakai cerita…pas belajar” untuk menjelaskan kepada siswa mengenai apa itu akhlak yang tidak baik dilakukan bullying. Hal senada juga diungkap Ha y ang berkata bahwa “ustadzah suka cerita rasul” dan hal ini dilakukan pada saat morning motivation dan diskusi classmeeting berisi PSHE. Kepala sekolah juga memberikan ceramah saat upacara mengenai tindakan bullyingdari hasil wawancara lampiran 7.Dari hasil dokumentasi lampiran 9 juga didapatkan data bahwa terdapat penyediaan buku cerita, dan poster-poster di kelas tentang anti bullying.Buku cerita yang berhasil di dokumentasikan diantaranya adalah ‘Aku Tidak Memukul Sembarangan’ yang berisi tentang mengapa kita tidak boleh memukul teman dan akibatnya yakni akan dijauhi oleh teman, ‘Semua Bisa Sedih’ yang berisi cerita-cerita kenapa seseorang bisa sedih salah satunya adalah cerita Omar yang sedih karena pada hari pertama masuk sekolah ia diperlakukan jahat oleh teman dan diolok-olok dengan nama yang jelek, ‘Ucapkan dengan Baik’ yang berisi cerita Yopi yang diperlakukan kasar dan diperintah oleh temannya, Koko hingga akhirnya Koko sadar bahwa diperintah dan bersikap kasar itu tidak enak, dan ‘Good Habit’ yang berisi kebiasaan-kebiasaan baik dalam berteman dirumah atau di sekolah. 79 Gambar 8.Buku cerita yang digunakan guru untuk menjelaskan bullying Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan, guru kelas memiliki peran sebagai mediator dan fasilitator dalam menangani perilaku bullying diantaranya penumbuhan hubungan positif dengan saling mendengarkan jawaban untuk di crosscheck kebenarannya, apabila masih dendam maka akan dicari titik temu antara keinginan korban dan kesanggupan pelaku, bermain bersama di luar kelas, menempatkan dalam satu kelompok antar pelaku dan korban, pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa pelaku melakukan bullying yakni dengan adanya teguran, pengurangan hak, penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf pada korban. Pendorong tingkah laku sosial yang baik dengan adanya piket supervisor selama istirahat dan pulang sekolah, adanya program star of the week dan penggunaan kartu kuning dan kartu merah dalam buku parents guide, pengisian incident report, dan wawancara dengan orangtua untuk mengetahui penyebab kasus sehingga anak terdorong untuk tidak melakukan kasus bullying karena akan malu saat 80 diketahui oleh orangtua. Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator juga dilakukan dengan mengusahakan media belajar mengenai perilaku bullying diantaranya dengan penyediaan buku cerita, materi PSHE dalam diskusi classmeeting, poster-poster di kelas dan sekolah tentang anti bullying, hadist, surat dalam Al-Quran dan ceramah dari kepala sekolah.

3. Peran Guru Kelas sebagai Penasehat