b. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu
agama identik dengan kebudayaan.
10
Sedangkan Agama menurut M. Arifin dibagi menjadi dua aspek, yaitu: a.
Aspek subyektif pribadi manusia Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang
dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin, yang mengatur dan menggerakkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan
dengan masyarakat serta alam sekitarnya. b.
Aspek obyektif doktriner Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan
yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Berdasarkan aspek ini agama juga dapat
diartikan peraturan yang bersifat Ilahi dari Tuhan yang menuntun orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan
hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.
11
Pada penelitian ini saya memfokuskan kepada pembinaan Agama Islam. Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam Rahmatan lil’alamin. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana
manusia berhubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia itu ditengah-tengah alam semesta.
12
10
Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, Jakarta: PT Gramedia, 1993, h. 20.
11
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994, h. 1
12
Kaelany. HD, Islam Agama Universal, Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006, h. 37
Dengan demikian agama merupakan pedoman dan tuntunan hidup bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
3. Pengertian Pembinaan Agama
Menurut Syamsudin Abin Makmun, Pembinaan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi
yang lebih berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan
akhirat.
13
Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam
lingkaran hidupnya agar ia mampu mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan hidup.
14
Sedangkan pembinaan agama menurut Sidi Gazalba adalah mengarahkan, memberi pandangan, sikap dan tata cara hidup itu pada Islam
untuk suatu ketika nanti dalam tahap-tahap pembangunan selanjutnya sampai pada:
a. Sikap dan pandangan hidup taqwa.
b. Tingkah laku dan Akhlak Islam.
c. Perbuatan berdasarkan amal sholeh.
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan Pembinaan Agama Islam yaitu kegiatan rutin keagamaan Islam yang
13
Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, h. 40
14
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang: 1985, h. 97
15
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat, Jakarta: Pustaka, 1971, h. 168
dilakukan seseorang dengan didampingi pembimbing untuk memperdalam ilmu agama Islam dalam kurun waktu tertentu.
4. Tujuan Pembinaan Agama
Kegiatan pembinaan pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pembinaan.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku. Oleh
karena itu, sasaran pembinaan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain:
a. Aspek kognitif, adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Sasaran pembinaan pada aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki pengetahuan dan
keterampilan berfikir. b.
Aspek afektif, mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Sasaran pembinaan dalam aspek ini adalah untuk
melatih seseorang memiliki sikap tertentu. c.
Aspek psikomotorik, kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki
keterampilan fisik tertentu.
16
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujid, tujuan pembinaan keagamaan antara lain adalah:
a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.
b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.
16
Deni Arisandi, Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik, Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2012 dari
http:arisandi.comaspek-kecerdesan-kognitif-afektif-dan- psikomotorik.com
c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir
secara logis dan membimbing proses pemikirannya. d.
Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan dengan
baik.
17
Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaibani tentang pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu:
a. Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.
b. Tujuan sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.
c. Tujuan professional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu.
18
Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-
menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah
meliputi dua hal, yaitu: a.
Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seorang hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.
17
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006, h. 82
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h.25
b. Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk
manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantang kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi
orang lain.
19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan Agama Islam mempunyai tujuan yang positif untuk membentuk dan merubah pribadi
seseorang menjadi lebih baik selama menjalani kehidupan sehari-hari.
5. Aspek-Aspek Pembinaan Agama
Dalam membina Narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang dan harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan Narapidana. Ada
empat komponen penting dalam membina Narapidana yaitu : a.
Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri. b.
Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat. c.
Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling Narapidana pada saat masih di luar lembaga pemasyarakatan, bisa
masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat. d.
Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas Agama, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan, hakim dan
lain sebagainya.
20
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan komponen- komponen dalam membina Narapidana, seperti keluarga, masyarakat, petugas
dan Warga Binaan itu sendiri, karena dukungan dari luar sangat berpengaruh
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 26
20
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, h. 51