Deskripsi Hasil Penelitian Temuan dan Hasil Analisis Data

diri yang menempati rangking 15. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 32, jumlah jawaban setuju S sebanyak 31, tidak setuju TS sebanyak 5 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih mengetahui bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib dibandingkan dengan ibadah haji yang merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri. Hal ini menunjukkan pembimbing agama tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai ibadah haji. Menurut Asmaran bahwa Ibadah itu dalam arti sempit seperti, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. 15 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa responden mengetahui salah satu ibadah yaitu puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib. 15 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992, h. 1 Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada aspek afektif: Tabel 12. Afektif No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Afektif 1 Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali 48 17 3 2 316 6 2 Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik 64 6 344 1 3 Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami 39 30 1 317 5 4 Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik 34 35 1 312 7 5 Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti 43 26 1 321 4 6 Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya 50 20 330 3 7 Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali 59 11 339 2 Jumlah 2,279 Mean 325,57 Pada tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 344 pada pernyataan Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik, dalam indikator afektif di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 64, jumlah jawaban setuju S sebanyak 6, dan 0 sisanya tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik yang menempati rangking 7. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 34, jumlah jawaban setuju S sebanyak 35, tidak setuju TS sebanyak 1 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 20. Hal tersebut menunjukkn bahwa responden merasa ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik, karena responden menyadari kesalahan yang mereka perbuat, tetapi responden merasa materi yang disampaikan pembimbing agama kurang menarik sehingga responden kurang mendalami semua materi pembinaan agama yang diberikan oleh pembimbing agama. Menurut Prof.Dr.H.Mohammad Ardani bahwa Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 16 Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana responden menyadari bahwa dirinya sebagai amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan, maka responden akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik agar dapat dipertanggung jawabkan di akhirat. 16 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet ke-2, h. 49 Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada aspek psikomotorik: Tabel 13. Psikomotorik No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Psikomotorik 1 Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham materi yang disampaikan 46 23 1 323 3 2 Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum 25 36 9 290 4 3 Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid 56 13 1 334 2 4 Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah 63 6 1 340 1 Jumlah 1,287 Mean 321,75 Pada tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 340 pada pernyataan Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah ,dalam indikator psikomotorik di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 63, jumlah jawaban setuju S sebanyak 6, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 1. Sedangkan skor terendahnya adalah 290 yaitu mengenai Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 25, jumlah jawaban setuju S sebanyak 36, tidak setuju TS sebanyak 9 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden lebih memahami bahwa membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah, tetapi responden belum diajarkan mengenai keberanian tampil didepan salah satunya yaitu dengan pidato atau ceramah saat pembinaan agama berlangsung. Hal ini karena waktu pembinaan agama yang dibagi- bagi karena pembimbing yang cukup banyak, sehingga setiap pembimbing agama tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan banyak hal. Menurut Asmuni Syukir bahwa pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal. 17 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden merasa bahwa dengan membaca Al-Qur’an dapat mendekatkan diri kepada Allah. 17 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 60 Berikut merupakan tabel aspek dukungan keluarga dan lingkungan: Tabel 14. Dukungan keluarga dan lingkungan No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Dukungan keluarga dan lingkungan 1 Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati 41 27 2 317 7 2 Keluarga selalu menemani dan menyemangati 46 20 4 318 6 3 Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara- acara besar Islam 52 16 1 1 327 3 4 Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan 42 25 3 316 8 5 Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk 62 8 342 1 6 Motivasi merupakan cara menguatkan diri 47 19 4 319 5 7 Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya 53 17 333 2 8 Keluarga memberikan dukungan kepada saya dengan menjenguk ke Rutan 43 27 323 4 Jumlah 2,595 Mean 324,37 Pada tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 342 pada pernyataan Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk, dalam indikator dukungan keluarga dan lingkungan di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 62, jumlah jawaban setuju S sebanyak 8, dan sisanya 0 pada tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 316 yaitu mengenai Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan, yang menempati rangking 8. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 42, jumlah jawaban setuju S sebanyak 25, tidak setuju TS sebanyak 3 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden merasakan bahwa Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama responden saat jam kunjungan, tetapi responden tidak terlalu memahami bahwa Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan. Hal tersebut diduga karena tidak semua responden merasa diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Menurut Syamsudin Abin Makmun bahwa aspek perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsi- asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit diterima. 18 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa perhatian dari keluarga responden merupakan salah satu dukungan yang diperlukan oleh responden. 18 Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, h. 45 b. Variabel Rasa Percaya Diri Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tekat kuat: Tabel 15. Tekat kuat No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Tekat kuat 1 Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri 53 17 332 1 2 Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat 51 19 330 2 3 Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah 52 17 1 329 3 Jumlah 991 Mean 330,33 Pada tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 332 pada pernyataan Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri, dalam indikator tekat kuat di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 53, jumlah jawaban setuju S sebanyak 17, dan sisanya 0 pada tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 329 yaitu mengenai Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 52, jumlah jawaban setuju S sebanyak 17, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki tekat kuat dengan cara memotivasi diri sendiri dalam menghadapi masalah, tetapi tidak semua responden memiliki tekad kuat untuk berani menghadapi masalah yang mereka miliki. Hal tersebut dikarenakan responden memiliki masalah besar yang membuat responden harus memotivasi diri mereka untuk kuat menghadapi semua masalah. Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. 19 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu responden memerlukan tekat kuat untuk memotivasi dirinya melakukan suatu tindakan. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek memberanikan diri: Tabel 16. Memberanikan diri No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Memberanikan diri 1 Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik 55 15 335 1 2 Manusia berani mengakui kesalahan 47 21 2 321 3 3 Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya 30 33 5 2 293 4 4 Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat 46 23 1 324 2 Jumlah 1,273 Mean 318,25 Pada tabel 16 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 335 pada pernyataan Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik, dalam indikator memberanikan diri di variabel rasa percaya diri 19 Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, Yogyakarta: ARASKA, 2014, h. 40 dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 55, jumlah jawaban setuju S sebanyak 15, dan sisanya 0 pada tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 293 yaitu mengenai Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 30, jumlah jawaban setuju S sebanyak 33, tidak setuju TS sebanyak 5 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden berani melakukan perubahan menjadi manusiayang lebih baik, tetapi responden belum berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas Rutan maupun warga binaan lain. Hal tersebut karena responden menyadari atas kesalahan yang mereka perbuat sehingga responden berani untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. Menurut Abu Al-Ghifari salah satu aspek-aspek percaya diri yaitu berani mengambil resiko. 20 Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa responden berani melakukan perubahan menjadi lebih baik dengan resiko dan konsekuensi yang ada. 20 Abu Al-Ghifari, Percaya Diri Sepanjang Hari, Bandung: Mujahid, 2004, h. 37 Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek berfikir positif: Tabel 17. Berfikir positif No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Berfikir positif 1 Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati 58 12 338 1 2 Berfikir positif setiap kejadian yang ada 50 20 330 3 3 Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman 44 26 324 4 4 Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih baik 52 18 331 2 Jumlah 1,323 Mean 330,75 Pada tabel 17 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 338 pada pernyataan Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati, dalam indikator berfikir positif di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 58, jumlah jawaban setuju S sebanyak 12, dan sisanya 0 pada tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 324 yaitu mengenai Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 44, jumlah jawaban setuju S sebanyak 26, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati, tetapi responden memahami bahwa tidak semua manusia yang berfikiran positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman. Hal tersebut karena responden merasakan fase dimana menganggap bahwa teman itu baik tetapi pada kenyataan nya teman tersebut mengecewakan responden, sehingga tidak semua responden berfikir positif dengan temannya. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi diluar dirinya. 21 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden berfikir positif yang akan menimbulkan ketenangan hati. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek inisiatif: Tabel 18. Inisiatif No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Inisiatif 1 Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan 37 33 317 2 2 Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif 32 38 312 3 3 Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh 48 22 328 1 Jumlah 957 Mean 319 Pada tabel 18 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 328 pada pernyataan Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh, dalam indikator inisiatif di variabel rasa percaya diri dengan menempati 21 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, h. 149 rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 48, jumlah jawaban setuju S sebanyak 22, dan sisanya 0 pada tidak setuju TS dan sangat tidak setuju STS. Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 32, jumlah jawaban setuju S sebanyak 38, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki inisiatif untuk mengaji dan melakukan ibadah tanpa disuruh pembimbing agama, tetapi tidak semua responden menyelesaikan masalah yang mereka alami dengan berinisiatif untuk menyelesaikannya. Hal tersebut karena responden memahami bahwa keinginan mengaji dan beribadah harus didasari pada kemauan sendiri bukan karena paksaan oleh siapa pun, dan responden menyadari bahwa hanya dirinyalah yang mengetahui apakah sudah mampu untuk membaca Al-Qur’an atau belum, sehingga timbul rasa keinginan untuk mengaji tanpa ada paksaan dan suruhan dari pembimbing agama. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah membiasakan untuk selalu berinisiatif. 22 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden memiliki inisiatif untuk mengaji dan beribadah tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 22 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek mandiri: Tabel 19. Mandiri No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Mandiri 1 Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan hidup 52 17 1 329 1 2 Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain 47 21 2 323 2 3 Mandiri menghadapi semua masalah 41 28 1 319 3 Jumlah 971 Mean 323,66 Pada tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 329 pada pernyataan Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan hidup, dalam indikator mandiri di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 52, jumlah jawaban setuju S sebanyak 17, tidak setuju TS sebanyak 1, dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 319 yaitu mengenai Mandiri menghadapi semua masalah, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 41, jumlah jawaban setuju S sebanyak 28, tidak setuju TS sebanyak 1 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian untuk mempertahankan hidupnya, tetapi tidak semua masalah yang mereka hadapi dapat dilakukan dengan mandiri, karena tidak semua responden mampu menjalani semua masalahnya tanpa bantuan orang lain atau dengan mandiri. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain. 23 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden memiliki kemandirian dan menyadari kemampuan dirinya. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek belajar dari kegagalan: Tabel 20. Belajar dari kegagalan No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Belajar dari kegagalan 1 Manusia tidak luput dari kesalahan 59 11 339 1 2 Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat 54 16 334 4 3 Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali 58 12 337 3 4 Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi lebih baik 57 13 338 2 Jumlah 1,348 Mean 337 Pada tabel 20 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339 pada pernyataan Manusia tidak luput dari kesalahan, dalam indikator belajar dari kegagalan di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 59, jumlah jawaban setuju S sebanyak 11, tidak 23 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, h. 149 setuju TS sebanyak 0, dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 334 yaitu mengenai Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 54, jumlah jawaban setuju S sebanyak 16, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa dirinya tidak luput dari kesalahan karena manusia pada hakikatnya penuh dengan dosa dan kesalahan, tetapi tidak semua responden dapat mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang telah diperbuat. Hal tersebut karena responden memiliki masalah yang berbeda-beda, tetapi intinya responden menyadari akan kesalahan yang mereka perbuat. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah belajar dari kegagalan. 24 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden belajar dari kegagalan yang mereka alami dengan menyadari kesalahan yang telah diperbuat. 24 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tidak mudah menyerah: Tabel 21. Tidak mudah menyerah No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Tidak mudah menyerah 1 Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah 53 17 333 1 2 Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan 52 18 332 2 3 Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini 50 20 330 3 4 Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal 45 25 324 4 Jumlah 1,319 Mean 329,75 Pada tabel 21 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 333 pada pernyataan Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah, dalam indikator tidak mudah menyerah di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 53, jumlah jawaban setuju S sebanyak 17, tidak setuju TS sebanyak 0, dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 324 yaitu mengenai Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 45, jumlah jawaban setuju S sebanyak 25, tidak setuju TS sebanyak 0 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah yang mereka miliki, tetapi tidak semua responden memahami bahwa manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan responden selalu diberikan motivasi oleh pembimbing agama agar tidak pantang menyerah dan selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan penyelesaian dalam menghadapi semua masalah. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu memiliki internal locus of control memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain. 25 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden tidak mudah menyerah pada keadaan dalam menghadapi masalah. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek bersikap objektif: Tabel 22. Bersikap objektif No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Bersikap objektif 1 Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap manusia 59 11 339 1 2 Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat 28 40 2 301 2 Jumlah 640 Mean 320 25 Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, h. 149 Pada tabel 22, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339 pada pernyataan Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap manusia, dalam indikator bersikap objektif di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 59, jumlah jawaban setuju S sebanyak 11, tidak setuju TS sebanyak 0, dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 301 yaitu mengenai Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat, yang menempati rangking 2. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 28, jumlah jawaban setuju S sebanyak 40, tidak setuju TS sebanyak 2 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, tetapi tidak semua responden menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat. Hal tersebut dikarenakan tidak semua responden mendekam di Rutan karena kesalahan yang telah responden lakukan tanpa adanya dorongan orang lain, sehingga membuat responden tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah bersikap kritis dan objektif. 26 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden bersikap objektif dengan berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan menyadari kesalahannya. 26 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek dapat menempatkan diri sesuai situasi: Tabel 23. Dapat menempatkan diri sesuai situasi No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking Dapat menempatkan diri sesuai situasi 1 Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi 35 35 315 1 2 Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang 34 26 7 3 291 2 3 Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang 11 27 26 6 221 3 Jumlah 827 Mean 275,66 Pada tabel 23 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 315 pada pernyataan Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi, dalam indikator dapat menempatkan diri sesuai situasi di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju SS sebanyak 35, jumlah jawaban setuju S sebanyak 35, tidak setuju TS sebanyak 0, dan sangat tidak setuju STS sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 221 yaitu mengenai Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju SS sebanyak 11, jumlah jawaban setuju S sebanyak 27, tidak setuju TS sebanyak 26 dan sangat tidak setuju STS sebanyak 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang ada, tetapi tidak semua responden merasakan bahwa dengan bercerita tentang masalah yang mereka hadapi kepada warga binaan lain membuat hati tenang. Hal tersebut dikarenakan semua warga binaan yang berada di Rutan memiliki masalah masing- masing, sehingga dengan bercerita dengan warga binaan lain tidak membuat responden merasa tenang hatinya. Mnurut Thursan Hakim bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. 27 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa responden mampu menyesuaikan diri sesuai situasi dan kondisi di Rutan. 1. Hasil rata-rata setiap indikator variabel X dan Y Hasil rata-rata dari setiap indikator variabel X adalah sebagai berikut: Tabel 24. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel X Variabel No Indikator Mean Rangking X 1 Kognitif 340,88 1 2 Afektif 325,57 2 3 Psikomotorik 321,75 4 4 Dukungan keluarga dan lingkungan 324,37 3 Pada tabel 24 di atas menunjukkan hasil perolehan nilai rata-rata tertinggi yaitu pada variabel X adalah aspek kognitif sebesar 340,88, dan nilai terendah adalah psikomotorik sebesar 321,75. 27 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 Sedangkan hasil rata-rata dari setiap indikator variabel Y adalah sebagai berikut: Tabel 25. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel Y Variabel No Indikator Mean Rangking Y 1 Tekat kuat 330,33 3 2 Memberanikan diri 318,25 8 3 Berfikir positif 330,75 2 4 Inisiatif 319 7 5 Mandiri 323,66 5 6 Belajar dari kegagalan 337 1 7 Tidak mudah menyerah 329,75 4 8 Bersikap objektif 320 6 9 Dapat menempatkan diri sesuai situasi 275,66 9 Pada tabel 25 di atas yang memperoleh nilai tertinggi adalah belajar dari kegagalan dengan hasil rata-rata sebesar 337 dan nilai terendah pada variabel Y adalah dapat menempatkan diri sesuai situasi dengan hasil rata-rata dari indikator identifikasi rata-rata sebesar 275,66. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama berupa akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ dengan cara melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid Rutan bersama para pembimbing agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu pembinaan agama yang disampaikan oleh pembimbing agama akan lebih mudah diterima oleh responden. Hal yang sangat mempengaruhi responden dalam mengaplikasikan pembinaan agama adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, maka kemudian akan terjalin hubungan yang baik antara responden dan lingkungan yang berdampak pada tumbuhnya rasa percaya diri responden. Sebagaimana Muhammad Daud Ali menjelaskan bahwa makna syari’ah adalah sistem norma kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 28 Thursan Hakim menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. 29 Hal tersebut tidak berlaku bagi responden pada penelitian ini dimana lokasi responden berada di Rumah Tahanan yang membuat responden tidak dapat menempatkan diri sesuai situasi dan menyebabkan responden tidak percaya diri atau minder, karena merasa lingkungannya berbeda dengan lingkungan yang biasa mereka tempati.

3. Analisis Data

a. Uji Regresi Linear Sederhana Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji regresi linear sederhana untuk mengetahui pengaruh antara variabel pembinaan agama Islam X dan variabel rasa percaya diri Y. 28 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 134 29 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 1. Koefisien Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 26. Koefisien Regresi Linear Sederhana Model Unstandardized Coefficients Sig B Std. Error Constant -27.336 20.485 0.187 X_Pembinaan Agama Islam 0.651 0.081 0.000 Berdasarkan tabel 26 dapat dilihat bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita, dapat dilihat dengan nilai Sig 0,05 Sig = 0,000 maka dengan kata lain Ho ditolak. Uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita secara signifikan. Sebagaimana Thursan menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah dengan mendapatkan pemahaman mengenai lingkungan sekitar, 30 dalam hal ini yaitu pemahaman mengenai kegiatan pembinaan agama Islam yang berada di Rutan. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama berupa akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ aspek kognitif dengan cara melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid Rutan 30 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 170 bersama para pembimbing agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu pembinaan agama yang disampaikan oleh pembimbing agama akan lebih mudah diterima oleh responden dan akan menimbulkan rasa percaya diri warga binaan terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan model persamaan regresi dapat diperoleh sebagai berikut: Y = -27,336+0,651X Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari setiap pembinaan agama Islam yang diberikan pembimbing agama maka akan diikuti kenaikan nilai rasa percaya diri sebesar 0,651. Oleh karena itu, semakin baik pembinaan agama Islam maka rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur juga akan semakin meningkat. 2. Koefisien Determinasi Berikut merupakan hasil tabel koefisien determinasi dalam penelitian ini: Tabel 27. Koefisien Determinasi Model R R Square 1 0.699 a 0.489 Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa nilai R yang merupakan simbol nilai dari koefisien korelasi. Nilai korelasi diatas adalah 0,699. Nilai ini dapat di interpretasikan bahwa hubungan penelitian ada di kategori. Melalui tabel ini pula diperoleh R Square atau koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan terikat. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,489, yang artinya bahwa variabel X memiliki pengaruh 48,9 terhadap variabel Y dan 51,1 dipengaruhi oleh faktor lain. b. Uji Regresi Linear Berganda Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri secara siginifikan atau terperinci. 1. Koefisien Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen X1, X2, X3, X4 dengan variabel dependen Y. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Uji regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0.