Metode Pembinaan Agama Pembinaan Agama

akhirnya, pembina memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik dengan cara yang tidak bernada imperatif wajib. Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat. 26 3. Metode psikoanalitis penganalisaan jiwa Menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik melalui mimpi kondisi tidak sadar, ataupun melalui tingkah laku yang serba salah, dengan menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang. Dengan demikian, maka akhirnya akan diketahui bahwa masalah pribadi mereka akan terungkap dan selanjutnya disadarkan kembali dicerahkan agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan sebagainya. 27 Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus dibangkitkan dalam pribadi warga binaan, sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakkal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru. 4. Metode direktif metode yang bersifat mengarahkan Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada mereka untuk berusaha mengatasi kesulitan problem yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan ialah dengan memberikan secara langsung jawaban- jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan. 28 26 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, h. 112 27 Ibid., h. 113 28 Ibid., h. 114 Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzaky menyatakan bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai muthmainnah, bersikap lapang dada radhiyah, dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya mardhiyah. 2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya. 3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa emosi pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang. 4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu, sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya. 5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. 29 29 Hamdani Bakran. Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006, h. 221 Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lapas dan Rutan adalah sebagai berikut: 1. Metode pembinaan berdasarkan situasi Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir Narapidana untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan dari atas top down approach dan pendekatan dari bawah bottom down approach. 2. Metode pembinaan perorangan Individual Treatment Metode ini diberikan kepada narapidana secara perorangan oleh petugas pembina Lembaga Pemasyarakatan. 3. Metode pembinaan kelompok Classical Treatment Dalam pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode ceramah, peragaandemonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: 30 1 Metode Ceramah Metode Ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh petugas pembina keagamaan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun pembina dari luar Lembaga Pemasyaraktan. Pembina keagamaan menerangkan atau menjelaskan apa yang akan disampaikan dengan lisan di depan Narapidana wanita. 31 Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. Metode ini sering dibarengi dengan metode tanya jawab. 30 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, h. 342 31 Ibid., h. 344 2 Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada narapidana tentang materi yang telah diajarkan. Pembina keagamaan mengharapkan jawaban yang diberikan narapidana wanita terhadap fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari pembina keagamaan dan narapidana wanita menjawab, akan tetapi pertanyaan ini biasa muncul dari narapidana kemudian pembina keagamaan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh narapidana tersebut. Ada kalanya jawaban itu juga bisa berasal dari narapidana yang lain dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut. 3 Metode demonstrasi atau peragaan Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada narapidana wanita. Pada metode demonstrasi, titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu. Biasanya pembina keagamaan memperagakan terlebih dahulu, kemudian narapidana wanita mengikutinya. 32 4 Metode diskusi Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara 32 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, h. 350 terbuka. Dalam sebuah diskusi semua anggota narapidana wanita ikut terlibat. Di antara prinsip-prinsip diskusi antara lain: adanya ketua dan anggota, topik yang diangkat jelas dan menarik, narapidana wanita saling memberi dan menerima serta suasana berjalan tanpa tekanan. 5 Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu setelah disampaikan oleh pembina keagamaan, kemudian narapidana wanita diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing. Pemberian tugas ini biasanya juga digunakan juga dalam penugasan untuk shalat sunah. Metode ini diterapkan agar narapidana wanita dapat bertanggung jawab. 33 Dengan demikian dari penjelasan diatas bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode perorangan yang terdiri dari individu tersebut dan metode kelompok yang terdiri dari wawancara, tanya jawab, demonstrasi atau perorangan, diskusi, dan pemberian tugas.

7. Materi Pembinaan Agama

Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam adalah semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai berikut: a. Aqidah Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada, ya’qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan. Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula kata I’tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah secara 33 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, h. 363 etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman. 34 Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan meniadakan ala mini. 35 Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada: 1. Iman kepada Allah Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu tauhid al-ibadah, dan Allah sebagai satu-satunya pembuat peraturan yang sempurna tauhid al- tasyri. 2. Iman kepada Malaikat-Nya Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur cahaya dan bahwa malaikat adalah makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat. 3. Iman kepada Kitab-KitabNya Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi atau 34 E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, Jakarta: ISTN, 2000, h. 55 35 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, h. 50 rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal. 4. Iman kepada Rasul-RasulNya Iman kepada Rasul adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. 5. Iman kepada Hari Akhir Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sementara. 6. Iman kepada Qadha dan Qadhar Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi semua makhluk hidup. 36 Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap, ucapan maupun tindakannya. 36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 60 b. Syari’ah Secara bahasa syari’ah adalah jalan ke sumber mata air yang harus ditempuh oleh setiap umat Islam. Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem norma kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 37 Syari’ah terdiri dari beberapa aspek yaitu: 1. Ibadah Ibadah dalam arti sempit seperti, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. 2. Muamalah Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala yang berarti bergaul dengannya, berurusan dagang. Sedangkan muamalah adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungannya alam sekitarnya. Muamalah berarti aturan-aturan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan. 38 37 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 134 38 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992, h. 1