Materi Pembinaan Agama Pembinaan Agama

b. Syari’ah Secara bahasa syari’ah adalah jalan ke sumber mata air yang harus ditempuh oleh setiap umat Islam. Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem norma kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 37 Syari’ah terdiri dari beberapa aspek yaitu: 1. Ibadah Ibadah dalam arti sempit seperti, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. 2. Muamalah Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala yang berarti bergaul dengannya, berurusan dagang. Sedangkan muamalah adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungannya alam sekitarnya. Muamalah berarti aturan-aturan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan. 38 37 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 134 38 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992, h. 1 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia lainnya. c. Akhlak Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah perangai, ath-thabi’ah kelakuan, tabi’at, watak dasar, al-‘adat kebiasaan, kelaziman, al- maru’ah peradaban yang baik, dan al-din agama. 39 Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para ahli, yaitu: 1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam Pembela Islam karena kepiawaianya dalam membela Islam dari berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 40 3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal yaitu akidah dan 39 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 1 40 Ibid., h. 2 syari’ah dan mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. 41 Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia kea rah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat. Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani yaitu, sebagai berikut: a. Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya. 2. Akhlak terhadap diri sendiri Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri 41 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, h. 60 dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 3. Akhlak terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya. b. Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-mazmumah akhlak yang tercela adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. 42 Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: 1. Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 42 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet ke-2, h. 49 2. Takabur atau sombong ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat. 3. Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain. 4. Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain. 43 d. Emotional Spiritual Quotient ESQ melalui dzikir Asmaul Husna Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar bahasa latin ‘movere’ yang berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-’ untuk memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi dapat didefinisikan suatu gejala psikofisiologis yang menimbukan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku tertentu. 44 Pengertian EQ istilah kecerdasan emosi EQ baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitnya buku Daniel Goleman : Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik. Sedangkan pengertian SQ Spiritual Quotient menurut Danah Zohar adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kitayang berhubungan 43 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet ke-2, h. 56 44 Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont ESQ dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian, Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014, h. 36 dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Selama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “kecerdasan intelektual” saja atau yang lazim dikenal sebagai IQ. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu: Kecerdasan Emosional EQ dan Kecerdasan Spiritual SQ, dalam istilah Ary Ginanjar dinamakan ESQ Emotional Spiritual Quotient. ESQ menurut Ary Ginanjar ialah pengsinergian antara rasionalis dunia EQ dan IQ dengan akhirat SQ, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan dapat diibaratkan seperti sebuah bentuk segitiga saling berhubungan antara tiap-tiap sudut tersebut. 45 Salah satu pendekatan antara manusia dengan Tuhan adalah dengan berdzikir atau mengingat Allah. Pada penelitian ini, salah satu materi yang dipakai adalah materi bimbingan spiritual melalui dzikir asmaul husna. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, dzikir mempunyai arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang mengingat Allah Dzikrullah merupakan salah satu anjuran yang sangat ditekankan dalam Islam dan merupakan bentuk karya nyata dari penghambaan kita kepada Allah SWT. Salah satu dzikir yang dapat dilakukan adalah dzikir Asmaul Husna, yang artinya mengingat Allah, menyanjung-Nya dengan menyebut keindahan nama-namaNya Asmaul Husna dengan lisan dan hati. 46 45 Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont ESQ dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian, Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014, h. 41 46 Ismatun Khasanan, Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna Terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak, Skripsi: UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2015, h. 23 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan untuk pembinaan agama Islam dalam penelitian ini adalah materi aqidah, syari’ah, akhlak dan dzikir asmaul husna.

8. Media Pembinaan Agama

Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan alat atau saluran komunikasi yang dapat dimanfaatkan sumber atau pegirim untuk menyalurkan atau mengumpulkan pesan-pesannya. Dengan kata lain, media, alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan pembinaan. Totok Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu: 47 a. Saluran atau media sebagai alat pembawa pesan. b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan. c. Media atau wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang harus dilaluinya. d. Media atau wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti pertemuan, pertunjukkan dan lain-lain. Pembinaan merupakan proses penyebaran informasi dimana memerlukan adanya media pendukung untuk melancarkan seluruh kegiatan pembinaan. Menurut Yenti Wira, berdasarkan fungsinya media pembinaan dibagi menjadi tiga, antara lain: a. Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto, dan tata warna, seperti leaftlet, selebaran, poster, dan lain-lain. 47 Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, Surakarta: UNS Press, 2010, h. 127 b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar yang penyampaiannya melalui alat bantu elektronika, seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain. c. Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain. Dengan demikian, media yang digunakan untuk pembinaan agama Islam dalam penelitian ini adalah media cetak, elektronik dan media luar ruang.

B. Rasa Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. 48 Berikut ini beberapa definisi percaya diri dari para ahli, yaitu: a. Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. b. Menurut W.H Miskelll percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat. 49 c. Rasa percaya diri adalah sebuah bentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa, dan kemampuan menguasai jiwa. 50 48 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 6 49 Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, Yogyakarta: ARASKA, 2014, h. 40 d. Percaya diri adalah keyakinan yang menggerakkan, arah hidup yang benar, dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh. 51 e. Menurut Hakim, percaya diri secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakikan sesorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membantunya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah sikap seseorang yang menunjukkan bahwa dirinya tahu, mau, dan mampu dalam melakukan sesuatu. Sehingga dapat melakukan berbagai hal untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

2. Ciri-Ciri Perilaku Rasa Percaya Diri

Setiap pribadi harus memiliki rasa percaya diri, karena setiap manusia sama derajatnya menurut Allah, sebagaimana firman Allah SWT : َنﯾِﻧِﻣ ْؤُﻣ ْمُﺗْﻧُﻛ ْنِإ َن ْوَﻠْﻋَ ْﻷا ُمُﺗْﻧَأ َو اوُﻧَزْﺣَﺗ َﻻ َو اوُﻧِﮭَﺗ َﻻ َو Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman. QS. Ali Imran: 139 52 Sedangkan menurut Thursan Hakim terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai berikut: a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai. 50 Yusuf Uqshari, Percaya Diri Pasti, Jakarta: Gema Insani, 2005, h. 14 51 Abdullah Muni, Super Teacher: Sosok Guru yang dihormati, disegani dan dicintai, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010, h. 188 52 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Jakarta: CV Darus Sunnah, 2012, h. 68 c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi. d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya. f. Memiliki kecerdasan yang cukup. g. Tingkat pendidikan formal yang cukup. h. Memiliki keahlian atau keterampilan yang dapat menunjang kehidupannya. i. Dapat bersosialisasi dengan baik. j. Memiliki latarbelakang pendidikan keluarga yang baik. k. Memiliki pengalaman hidup dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah. 53 Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri. d. Punya pengendalian diri yang baik tidak moody dan emosi stabil. 53 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002, h. 7