b. Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk
manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantang kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi
orang lain.
19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan Agama Islam mempunyai tujuan yang positif untuk membentuk dan merubah pribadi
seseorang menjadi lebih baik selama menjalani kehidupan sehari-hari.
5. Aspek-Aspek Pembinaan Agama
Dalam membina Narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang dan harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan Narapidana. Ada
empat komponen penting dalam membina Narapidana yaitu : a.
Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri. b.
Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat. c.
Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling Narapidana pada saat masih di luar lembaga pemasyarakatan, bisa
masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat. d.
Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas Agama, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan, hakim dan
lain sebagainya.
20
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan komponen- komponen dalam membina Narapidana, seperti keluarga, masyarakat, petugas
dan Warga Binaan itu sendiri, karena dukungan dari luar sangat berpengaruh
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 26
20
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, h. 51
bagi Warga Binaan selain dari dirinya sendiri untuk tercapainya suatu perubahan menjadi manusia yang lebih baik.
Sedangkan menurut Syamsudin Abin Makmun, aspek-aspek mengikuti pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Aspek Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan dilakukan
dalam periode waktu tertentu. b.
Aspek Motivasi, mempunyai peranan penting dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu motivasi juga menjadi aspek dari intensitas
mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan mencurahkan
kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode yang kuat untuk meraih tujuan tersebut. Motivasi dan nilai- nilai individu akan
mempengaruhi perhatian dan persepsinya. Kenyataan ini pun telah ditunjukan Al-Qur’an pada banyak tempat, ketika menerangkan
keimanan dapat membuat kaum mukminin siap dan penuh perhatian untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan diturunkan. Mereka
memahaminya dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh
yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi adalah suatu kekuatan power, tenaga forces, daya energy, atau suatu keadaan
yang kompleks a complex state, dan kesiapsediaan preparatory set dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari dalam individu itu sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan.