Faktor Komunikasi Faktor yang Memengaruhi 1. Faktor Sumber Daya

141 bisa mengunci sehingga brankar masih bisa bergerak yang dapat berisiko pasien jatuh, selain itu belum ada tanda peringatan berwarna kuning untuk dokter, pegawai, pasien, keluarga pasien dan pengunjung saat petugas Unit Sanitasi mengepel lantai. Menurut Edwards III 1980 sumber daya diposisikan sebagai masukan dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam keluaran. Ketersediaan dana di Rumah Sakit Umum Deli Medan untuk implementasi keselamatan pasien menurut semua informan tidak diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan tidak adanya alokasi dana yang ditetapkan terlebih dahulu, namun apabila dilakukan pengajuan penambahan fasilitas sarana dan prasarana, sebagian besar dapat dipenuhi, kecuali pengajuan mengikuti diklat eksternal yang belum disetujui.

5.3.2. Faktor Komunikasi

Menurut Edwards III 1980 komunikasi merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat 3 tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi yaitu: Universitas Sumatera Utara 142 1. Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan. 2. Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan street-level- bureaucrats harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu mendua. 3. Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit TKPRS adalah sosialisasi SPO. Transmisi SPO berkaitan dengan keselamatan pasien belum dilakukan secara menyeluruh dan masih terbatas pada unit tertentu, karena pelatihan untuk Unit PSP2RS, Unit Satpam, Unit Sanitasi dan Unit Linen dan Laundry masih terbatas SPO cuci tangan. Sosialisasi yang dilakukan TKPRS menurut informan masih kurang dan belum maksimal karena baru terlaksana sebanyak 1 satu kali sehingga SPO yang harus dilaksanakan masih kurang jelas, seperti misalnya SPO Alur Pelaporan Insiden menurut informan belum jelas bagaimana dan kepada siapa untuk melapor ke TKPRS bila terjadi suatu insiden di unitnya masing-masing. Konsistensi informasi juga tidak ada, hal tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian didapatkan bahwa walaupun Universitas Sumatera Utara 143 Bidang Keperawatan dan Unit Laboratorium membuat insiden pelaporan ke TKPRS, feedback laporan untuk pemecahan dan solusi atas insiden tersebut masih kurang. Hal ini disebabkan TKPRS sibuk dengan tugas pokok dan fungsinya di masing-masing unit sehingga pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan keselamatan pasien menjadi kurang optimal.

5.3.3. Faktor Disposisi