131
tidak terulang kembali. Namun, rapat yang dilaksanakan TKPRS belum terjadwal dengan baik dan hanya bersifat insidentil sehingga masih banyak anggota yang tidak
hadir dalam rapat. Komunikasi dan koordinasi TKPRS dengan semua unit masih minim dapat terlihat dari laporan insiden yang masih sedikit. Selain itu, dari TKPRS
sendiri kurang memberikan feedback dari insiden yang dilaporkan untuk analisa mencari solusi pemecahan masalah dari insiden yang terjadi dan pembelajaran untuk
pencegahan insiden yang sama terulang kembali. TKPRS juga belum menjalankan peran pemantauan monitoring dan evaluasi di semua unit secara optimal atas
kendala ataupun masalah yang ada dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
5.2. Monitoring Implementasi Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Deli Medan
Nugroho 2012 mengutip pendapat Kunarjo dalam Glosari Pembiayaan Pembangunan 1991, monitoring atau pemantauan adalah usaha secara terus menerus
untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek yang sedang dilaksanakan.
Menurut Nugroho 2012 ada beberapa teknik monitoring, yaitu : 1.
On desk, dengan mencermati laporan-laporan perkembangan dan memanfaatkan metode triangulasi, baik triangulasi data maupun triangulasi teori.
2. On site, dengan cara turun ke lapangan memeriksa secara langsung.
3. Gabungan on site dan on desk.
4. Memanfaatkan ahli melalui model Delphi ataupun diskusi kelompok terfokus.
Universitas Sumatera Utara
132
Nugroho 2012 mengungkapkan bahwa tujuan monitoring yaitu memastikan pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan, dan membangun early warning
system, sebagai bagian penting untuk memastikan jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan.
TKPRS dalam implementasi keselamatan pasien merupakan institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan kebijakan
mempunyai salah satu tugas yaitu menjalankan peran
untuk melakukan motivasi,
edukasi, konsultasi, pemantauan monitoring dan penilaian evaluasi tentang terapan
implementasi program keselamatan pasien rumah sakit. Pemantauan monitoring dalam hal ini untuk tujuan pengendalian pemenuhan
dokumen Sasaran Keselamatan Pasien agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sudah dilakukan di bulan Januari 2014 berkoordinasi dengan
Panitia Akreditasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pemenuhan masing-masing
Sasaran adalah sebagai berikut : a
Sasaran Keselamatan Pasien I : Ketepatan Identifikasi Pasien Dokumen yang terpenuhi mencapai 100
b Sasaran Keselamatan Pasien II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Dokumen yang terpenuhi mencapai 100 c
Sasaran Keselamatan Pasien III : Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai High-Alert Medications
Dokumen yang terpenuhi mencapai 12,5
Universitas Sumatera Utara
133
d Sasaran Keselamatan Pasien IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi Dokumen yang terpenuhi mencapai 83,3
e Sasaran Keselamatan Pasien V : Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan
Kesehatan Dokumen yang terpenuhi mencapai 90
f Sasaran Keselamatan Pasien VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Dokumen yang terpenuhi mencapai 62,5 Dari keseluruhan 21 duapuluh satu dokumen yang harus dipenuhi, masih
ada 4 empat dokumen yang masih Tercapai Sebagian TS dan 4 empat dokumen yang Tidak Tercapai TT sehingga persentase pencapaian pemenuhan dokumen
standar dan elemen penilaian Pokja Sasaran Keselamatan Pasien berkisar 74,71. Dokumen Sasaran Keselamatan Pasien III yaitu Peningkatan Keamanan Obat
yang perlu diwaspadai High-Alert Medications mendapat persentase yang paling rendah yaitu 12,5 . Dalam penelitian diketahui bahwa Kebijakan Panduan
Prosedur mengenai obat-obat yang high alert minimal mencakup identifikasi, lokasi, pelabelan, dan penyimpanan obat high alert masih Tercapai Sebagian TS. Untuk
daftar obat-obatan high alert, obat LASA NORUM dan elektrolit konsentrat Tidak Tercapai.
Universitas Sumatera Utara
134
5.3. Faktor yang Memengaruhi 5.3.1. Faktor Sumber Daya