39
Contoh gambar seperangkat gamelan pelog maupun slendro :
Gambar 2. Seperangkat Gamelan http:nglarasgending.blogspot.com diakses pada 26 januari 2016 pukul 14.00
WIB. Kemudian lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan instrumennya, seni
karawitan terdapat Seni Cokekan, yang berarti seni ini termasuk bagian dari karawitan ricikan depan yang memakai instrumen gamelan secara ringkas.
Terdiri atas kendang, gender, siter, dan gong. Selanjutnya Seni Uyon-Uyon yang berarti gamelan yang dibunyikan sebelum acara dimulai dngan
menggunakan instrumen lengkap yang memainkanlagu-lagu ringan dan pendek. Kata uyon-uyon sendiri, berarti membunyikan gamelan untuk
dinikmati dengan instrumen lengkap dan lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu panjang, pendek, klasik dan kontemporer. Prima Ardiani, 2009:31
40
Contoh gambar instrumen seni cokekan :
Gambar 3. Gambar Seni Cokekan http:www.sinarngawi.com201408gebyar-cokekan-gairahkan-suasana-
malam.html diakses pada 29 Januari 2017 jam 09.30 WIB
B. Pola Belajar Karawitan
Ada berbagai pola belajar yang sering dilakukan oleh orang yang hendak menguasai karawitan. Pola belajar itu akan menentukan tingkat
kemahiran bermain gamelan. Bram Palgunandi dalam bukunya Serat Kandha Karawitan Jawa 2002:34-35 ada beberapa pola belajar karawitan,
yaitu sebagai berikut. 1.
Meguru adalah belajar tentang sejumlah kawruh pengetahuan tertentu yang dilakukan dengan cara berguru biasanya secara tidak
formal kepada seseorang yang dipandang mempunyai kawruh pengetahuan yang luas. Dalam hal ini, pendalaman yang dilakukan
41
umumnya lebih bersifat teoritis dan teknis. Berguru, biasanya dilakukan secara perorangan oleh orang yang sama sekali belum
mempunyai kawruh pengetahuan. Pola ini biasanya dilakukan secara perorangan sehingga bisa bersifat sangat intensif. Dengan cara
ini, kemahiran seseorang bisa meningkat secara pesat dalam waktu yang relatif singkat.
2. Nyantrik adalah belajar tentang sejumlah kawruh pengetahuan
tertentu yang dilakukan dengan cara belajar pada seseorang guru atau orang yang dianggap mempunyai kawruh pengetahuan tertentu,
dengan tujuan memperluas dan memperdalam kawruh pengetahuan dan wawasan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam hal ini,
pendalaman yang dilakukan umumnya lebih bersifat teoritis dan filosofis. Pola ini biasanya dilakukan secara perorangan atau
dilakukan oleh bebrapa orang sekaligus. Dengan cara ini, kedalaman dan keluasan pengetahuan seseorang bisa meningkat pesat dalam
waktu yang relative singkat. 3.
Magang adalah belajar tentang suatu kawruh pengetahuan tertentu dilakukan dengan cara memperhatikan, mempelajari, dan mengamati
apa yang dilakukan oleh seseorang yang sudah lebih mahir dalam suatu hal tertentu, kemudian secara bertahap dan perlahan-lahan
disesuaikan dengan tingkat kemahiran yang sudah dikuasai. Orang yang sedang belajar harus berusaha untuk menggantikan orang yang
diamatinya. Magang biasanya lebih banyak berhubungan dengan
42
berbagai hal yang lebih menekankan segi pemahaman, kemahiran, ketrampilan dan teknis. Pola ini biasanya dilakukan secara
perorangan atau oleh sekelompok kecil sehingga bersifat sangat intensif. Dengan cara ini, kemahiran dan ketrampilan seseorang bisa
meningkat secara pesat dalam waktu yang relatif singkat terutama dalam berbagai hal yang bersifat teknis.
4. Ajar dhewe adalah belajar secara mandiri Inggris : selfstudy yang
dilaksanakan untuk menguasai suatu kawruh pengetahuan tertentu tanpa bantuan pelatih, guru, atau orang lain. Karena dilakukan
sendiri, biasanya kemahirannya didapat setelah kurun waktu yang cukup lama. Selain itu, ada kesulitan tersendiri, yaitu sampai saat ini
sangat sedikit buku-buku yang membahas tentang karawitan, khususnya karawitan Jawa yang yang bisa digunakan untuk
keperluan belajar sendiri. 5.
Latihan bareng adalah belajar dan berlatih yang dilakukan secara bersama-sama atau secara berkelompok Inggris : study group, yang
dilaksanakan dengan tujuan menguasai suatu kawruh pengetahuan tertentu. Dalam hal ini, bisa dilakukan tanpa bantuan pelatih, guru,
atau orang lain, tetapi bisa juga dengan dibantu pelatih, instruktur, atau guru. Pola ini sering diterapkan pada kelompok-kelompok
kesenian grup kesenian. Karena dilakukan secara bersama-sama, biasanya kemahirannya didapat setelah melampaui kurun waktu yang
tidak terlampau panjang. Dalam hal ini, kesulitan tentang
43
ketersediaan buku pelajaran umumnya bisa sedikit diatasi dengan menggunakan catatan notasi balungan gendhing yang dalam
kelompok kesenian Jawa lazim disebut buku atau catatan ‘not
gendhing jawa’. 6.
Sekolah adalah belajar tentang sejumlah kawruh pengetahuan tertentu yang dilakukan secara formal, yakni disuatu lembaga
pendidikan atau sekolah. Pendidikan dengan cara ini, umumnya lebih banyak memberikan bekal dalam bentuk teori daripada dalam bentuk
berlatih atau praktik. Pada masa sekarang, ada jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas SLTA, misalnya SMKI Sekolah
Menengan Karawitan Indonesia, jenjang pendidikan tingkat akademis sarjana, misalnya STSI Sekolah Tinggi Seni Indonesia,
atau ISI Institut Seni Indonesia. Dalam hal ini, kesulitan tentang ketersediaan buku pelajaran umumnya bisa diatasi dengan
menggunakan buku-buku diktat. Sayangnya, kebanyakan hanya beredar secara terbatas dan tidak mudah diperoleh oleh kalangan luar
yang ingin belajar. Dari 6 pola belajar karawitan yang telah dikemukakan diatas, tampaknya
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Semua pola belajar memang semuanya bagus, namun yang biasa dilakukan adalah pola belajar Latihan
Bareng seperti yang dilakukan di karang taruna MAP’S 03 Dusun Plumbon.
44
Namun, realita sulit terbayangkan bahwa memang belajar karawitan yang paling penting adalah faktor pengalaman. Pengalaman menjadi guru terbaik
bagi orang-orang yang mempelajari gendhing-gendhing. Pengalaman dapat diperoleh dari dua hal, yaitu : 1 terjun langsung,
menabuh, entah hanya balungan, mengerti perjalanan sebuah gendhing, 2 merekam, mendengarkan sebuah sajian karawitan, kemudian mencocokan
dengan titilaras secara tertulis. Pengalaman 1 dan 2 sama-sama amat berharga bagi calon penabuh gendhing. Orang yang telah berkali-kali
mendengar, mengikuti, dan menabuh jauh lebih mampu merasakan sajian karawitan.
Orang yang telah berpengalaman, akan semakin sigap menabuh gamelan. Sebab, gendhing ada yang menggunakan garap, ada pula yang lugu. Bagi
gendhing lagu, mungkin yang terbiasa menabuh tinggal menyesuaikan diri. Sebaliknya, bagi gendhing garapan amat membutuhkan keseriusan dalam
menabuh. Gendhing garapan menuntut pengalaman kebersamaan. Dari berbagai argument yang dikemukakan diatas, belajar karawitan
memang seharusnya harus dibumbui sikap usaha terus-menerus, selalu bertanya, penasaran, dan mudah tergoda dengan pergelaran agar nantinya
dapat membantu kemauan si pembelajar untuk terus-menerus meningkatkan diri.