Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan potensi bagi pemuda. Selain itu, karang taruna juga dijadikan tempat para pemuda untuk
menggali dan menyalurkan potensi, saling bertukar informasi, menjalin kebersamaan, membangun rasa tanggung jawab dan kepedulian diri sendiri dan
masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
77HUK2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa :
“Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama bergerak dibidang usaha kesehjateraan sosial”.
Ketetapan diatas mengisyaratkan bahwa karang taruna adalah organisasi yang tepat dan sudah ditepatkan oleh Menteri Sosial sebagai wadah
pengembangan generasi muda di wilayah desa yang harus bisa dimanfaatkan. Organisasi karang taruna ini dapat berjalan sesuai dengan tugas maupun fungsinya
apabila masing-masing komponen atau unsur-unsur dalam karang taruna berjalan dengan baik serta tanpa adanya konflik diantara satu pengurus dengan pengurus
lainnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
77HUK2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 2 mengenai tugas pokok karang taruna adalah sebagai berikut :
“Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah dan
komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah
6
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di
lingkungannya”. Sementara itu, yang menjadi fungsi dari Karang Taruna sesuai dengan
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77HUK2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut :
“Pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya”.
Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi karang taruna sebagai pemupuk kreativitas, hal ini sesuai dengan ciri dari generasi muda itu sendiri yaitu
“kreativitasnya” Simandjutak, 1990:87. Berkaitan dengan pengertian kreativitas tersebut, sangat relevan dengan pendapat Supriadi 1997:7 mendefinisikan
kreativitas sebagai “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang
ada sebelumnya”. Kemampuan seperti yang dikemukakan di atas menjadi penting dimiliki
oleh setiap orang maupun generasi muda pada khususnya karena di era globalisasi saat ini memang bisa digunakan untuk tolok ukur keberhasilan seseorang.
Pengembangan kemampuan tersebut bisa diwujudkan melalui suatu wadah
7
organisasi, yaitu Karang Taruna dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif didalamnya.
Pada dasarnya Karang Taruna terbentuk karena adanya rasa tanggung jawab dan peduli para anggotanya khususnya para pemuda, sedangkan yang
terjadi sekarang ini para pemuda yang seharusnya dapat menjadi generasi penerus bangsa kebanyakan kurang memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian, mereka
lebih memilih melakukan kegiatan atau hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan negatif seperti tindak kriminalitas yang dianggap lebih menyenangkan
dibandingkan harus menggali potensi. Padahal jika potensi yang mereka miliki dikembangkan kearah yang lebih
positif bisa menjadi suatu modal dasar dan asset bangsa, dengan kata lain potensi yang dimiliki para pemuda dapat menciptakan keadaan yang lebih baik di masa
mendatang melalui karya dan potensi intelektual yang dimiliki pemuda. Dalam memasuki era globalisasi saat ini, banyak kegiatan-kegiatan positif
yang dilakukan oleh Karang Taruna untuk menggali potensi yang dimiliki salah satunya adalah pemberdayaan pemuda. Pemberdayaan yang dimaksudkan adalah
memberikan pengetahuan-pengetahuan maupun pelatihan-pelatihan agar para pemuda memiliki kemampuan seperti yang telah dikemukakan diatas tadi.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan empowerment berasal dari kata power kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
8
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Edi Suharto, 2007:57.
Karang Taruna MAPS 03 Milik Anak Plumbon Sejati yang berdomisili di Desa Plumbon, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko secara rutin telah
melaksanakan pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa. Pelatihan ini dilaksanakan secara rutin setiap minggunya.
Secara sederhana, adanya kegiatan pemberdayaan adalah bagaimana membuat individu yang tidak berdaya menjadi lebih berdaya, artinya
pemberdayaan memberikan suatu proses individu untuk mengembangkan kemampuannya supaya lebih berdaya atau berkemampuan sesuai potensi yang
dimilikinnya. Karang Taruna yang berdomisili di desa Plumbon ini berjumlah sekitar 48
anggota dengan rincian 25 pemuda dan 23 pemudi. Kebanyakan anggota dari karang taruna ini adalah dari tingkat SMP maupun SMA, walaupun memang juga
ada yang telah lulus dari SMA dan telah bekerja maupun melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Tanpa disadari, perkembangan pemuda Karang Taruna MAPS 03 ini menuju tingkat kedewasaan sangat rawan terjadi kenakalan atau perilaku
menyimpang yang telah disebutkan diatas tadi. Pernah dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim dalam Soerjono Soekanto, 1985:73 bahwa perilaku
menimpang atau jahat kalau dalam batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal.
9
Ini jelas memunculkan banyak spekulasi maupun tanda tanya yang besar mengenai tingkat kenakalan pemuda maupun perilaku menyimpang. Apalagi
dalam perkembangan jaman yang semakin modern ini, pemuda khususnya anggota Karang Taruna MAPS 03 perlu diberikan kegiatan positif maupun
pemberdayaan agar mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar atau sekitar 90 pemuda
anggota dari karang taruna MAP’S 03 ini tidak memahami kebudayaan jawa, khususnya karawitan itu sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya edukasi maupun
pengetahuan yang kurang terhadap seni karawitan tersebut. Mereka bahkan tidak pernah antusias terhadap seni karawitan karena memang sekarang sudah jarang
seni pertunjukan karawitan dipentaskan. Biasanya seni karawitan tersebut dipentaskan dengan seni wayang kulit.
Dalam hal ini sudah jelas bahwa para pemuda lebih memilih kebudayaan dari luar yang gampang untuk dilihat maupun dinikmati. Akses untuk
mendapatkan hiburan diluar seni karawitan juga cukup mudah, contohnya dangdut. Dalam era sekarang, kebanyakan orang jawa lebih memilih dangdut
untuk hiburan dibandingkan dengan seni wayang kulit. Padahal, seni dangdut bukan asli dari tanah jawa. Mereka menganggap seni dangdut ini lebih enak untuk
didengarkan dibandingkan dengan seni karawitan. Selain mudahnya akses untuk memperoleh kebudayaan dari luar, pemuda
juga menganggap kebudayaan jawa khususnya karawitan itu monoton atau bisa dikatakan tidak ada ragamnya. Padahal, bila mereka ingin sedikit saja belajar
10
mengenai seni karawitan ini, seni karawitan itu menurut Suwardi Endraswara indah, penuh pesona. Lorong-lorong estetika tersemai halus dalam seni karawitan
itu. Bahkan, gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika yang tinggi.
Karawitan karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhiran an. Rawit berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis,
istilah “karawitan” juga ada yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhiran an. Rawita adalah sesuatu yang
mengandung rawit. Rawit berarti halus, remit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan lecil, renik, rinci, halus,
atau indah. Suwardi Endraswara, 2008:23 .
Dalam perkembangaanya, karawitan yang merupakan budaya asli dari tanah jawa kalah bersaing dengan budaya-budaya yang datang dari barat. Padahal,
menurut Suwardi Endraswara karawitan itu indah, penuh pesona. Lorong-lorong estetika tersemai halus dalam karawitan. Gendhing yang paling sederhana pun
tetap memuat daya yang estetika tinggi. Namun, tidak bisa dipungkiri seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa
budaya jawa sering dianggap monoton dan kurang modern. Selain itu, kebanyakan generasi muda tidak mengenal budaya jawa maupun kurangnya pengetahuan
tentang budaya jawa. Dengan melihat realita yang terjadi tersebut, Karang Taruna MAPS 03
melakukan kegiatan pemberdayaan pemuda. Kegiatan pemberdayaan ini berkaitan dengan kebudayaan jawa, yaitu seni karawitan. Karang taruna MAPS 03
menganggap generasi pemuda saat ini sangat tidak memikirkan kebudayaan dari jawa.
11
Jadi peran karang taruna bukan saja dalam pembinan remaja saja atau pemberdayaan saja, melainkan juga berusaha mengadakan perbaikan serta
perubahan melaui pelatihan. Hal ini terjadi pada Karang Taruna MAP’S 03 Dusun
Plumbon, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, KabupatenWonogiri yang menunjukkan peran aktif dalam melakukan pemberdayaan pemuda melalui
pelatihan karawitan gamelan jawa. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk meneliti sejauh mana peran karang taruna dalam memberdayakan pemuda melalui
karawitan gamelan jawa ini. Berdasarkan uraian diatas, dapat diperoleh gambaran yang menggerakkan
hati penulis mengungkapkannya dalam sebuah karya yang berjudul “
Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa
Dusun Plumbon Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Eromoko Wonogiri. ”