PERAN KARANG TARUNA DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN KARAWITAN GAMELAN JAWA DUSUN PLUMBON KELURAHAN NGADIREJO KECAMATAN EROMOKO WONOGIRI.

(1)

PERAN KARANG TARUNA DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN KARAWITAN GAMELAN JAWA

DUSUN PLUMBON KELURAHAN NGADIREJO KECAMATAN EROMOKO WONOGIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Riris Arifianto NIM 11102244009

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

1. “Berikan aku 1000 orang tua, nicahya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, nicahya akan kuguncangkan dunia”

(Bung Karno)

2. Think globally and do locally. Think big and start from the smallest things (Penulis)

3. When we get up in the morning, we have two simple choices, go back to sleep and dreaming or get up and start to catch the dreams


(6)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim.

Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dengan ini saya persembahkan karya saya ini untuk :

1. (Alm) Ibunda Sukatmi tersayang, terimakasih atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.

2. Kedua orang tua, Bapak Suratmo dan Ibu Ambarwati serta keluarga yang sangat mendukung dalam penulisan karya saya ini. Terimakasih atas pengorbanan yang telah diberikan.


(7)

PERAN KARANG TARUNA DALAM PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN KARAWITAN GAMELAN JAWA

DUSUN PLUMBON KELURAHAN NGADIREJO KECAMATAN EROMOKO WONOGIRI

Oleh Riris Arifianto NIM 11102244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) Peran Karang Taruna dalam pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna Milik Anak Plumbon Sejati (MAPS) 03; (2).Poses pemberdayaan pemuda melalui karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna Milik Anak Plumbon Sejati (MAPS) 03; (3) Faktor penghambat maupun faktor pendukung pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna MAPS 03 di Dusun Plumbon.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian adalah pengurus, anggota dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi yang digunakan dalam keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) peran Karang Taruna dalam program pemberdayaan melalui pelatihan karawitan gamelan jawa ini adalah sebagai media dan fasilitasi kelompok (group facilitation) ; (2) proses pemberdayaan pemuda melalui karawitan gamelan jawa meliputi tahap perencanaan kegiatan yaitu dengan penyusunan jadwal dan sosialisasi. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pelatihan. Tahap evaluasi meliputi diskusi dan sharing; (3) faktor pendukung khususnya dari orang tua dan masyarakat pada umumnya. Faktor penghambat rasa malas dan jam belajar pelatihan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugrahkan kepada penulis, sehingga penyusunan tugas akhir (skripsi) ini dapat terselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa Dusun Plumbon Kelurahan

Ngadirejo Kecamatan Eromoko Wonogiri” ini tidak mungkin terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.. beserta staff yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Haryanto, M.Pd. beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk kelancaran dalam pembuatan penulisan karya tulis ilmian ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd. yang telah menyetujui dan memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian sampai penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Puji yanti Fauziah, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dan kesabaran mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu yang selalu diberikan sebagai motivasi untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

5. Bapak Joko Pamungkas, M.Pd. selaku dosen penguji yang dengan penuh kerelaan menguji serta memberikan masukan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Widyaningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini agar penulis cepat menyelesaikan dengan baik.

7. Para dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

8. Pengurus Karang Taruna MAPS 03 dan masyarakat dusun Plumbon yang telah memberikan ijin dan waktunya untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 9. Untuk orang tua tercinta, Bapak Suratmo dan Ibu Ambarwati yang dengan

penuh kesabaran, pengorbanan dan kasih sayang setiap doa dan sujud malamnya sehingga penulis tidak pernah putus asa untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman PLS angkatan 2011 Reza Bho, Fada, Bang Oji, Rizal, Arey atas segala persahabatan, persaudaraan dan dukungan yang luar biasa kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat IMFC Adizero dan Busser FC Eromoko yang selalu mendampingi, memberikan masukan, memberikan hiburan maupun memberikan motivasi agar penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat kos “Los Argulo 6” yang selama penulis di jogja telah menjadi rumah ke-2. Terimakasih atas semua yang telah diberikan.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

SURAT PERNYATAAN……… iii

PENGESAHAN……….. iv

MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi

ABSTRAK………... vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR GAMBAR………... xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah……… 1

B.Identifikasi Masalah……….. 11

C.Batasan Masalah……… 12

D.Rumusan Masalah………. 12

E. Tujuan Penelitian……….. 12

F. Manfaat Penelitian……… 13

BAB II KAJIAN TEORI A.Diskripsi Teori……….. 15


(12)

2. Teori dan Konsep Pemberdayaan……… 18

3. Teori dan Konsep Karang Taruna……….... 27

4. Konsep Budaya……… 33

5. Pengrtian Karawitan………. 35

B.Kerangka Pemikiran………... 57

C.Penelitian Yang Relevan……… 59

D.Pertanyaan Penelitian………. 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF A.Pendekatan Penelitian……… 63

B.Subjek Penelitian………... 64

C.Lokasi dan Waktu Penelitian………. 64

D.Metode Pengumpulan Data……… 65

E. Instrumen Penelitian………... 68

F. Teknik Analisis Data………. 68

G.Teknik Keabsahan Data……….. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………... 71

1. Deskripsi Dusun Plumbon………... 71

B.Gambaran Umum Organisasi Karang Taruna MAPS 03……... 73

1. Sejarah Berdirinya Karang taruna MAPS 03……….. 73

2. Visi Dan Misi Karang taruna MAPS 03………. 74

3. Struktur Organisasi………. 74

C.Data Hasil Penelitian……….. 76

1. Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03………. 76

2. Proses Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03…………... 78

3. Faktor Pendukung Maupun Faktor Penghambat Pemberdayaan Pemuda Melalui Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03………. 85


(13)

D.Pembahasan……… 88

1. Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03………. 89

2. Proses Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03……… 91

a. Perencanaan Program Pelatihan………. 93

b. Pelaksanaan Program Pelatihan………. 94

c. Evaluasi Program Pelatihan………... 95

3. Faktor Pendukung Maupun Faktor Penghambat Pemberdayaan Pemuda Melalui Karawitan Gamelan Jawa oleh Karang Taruna MAPS 03………. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………. 98

B.Saran………... 101

DAFTAR PUSTAKA……… 102


(14)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data………. 67

Tabel 2. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan……….. 72

Tabel 3. Data Penduduk Dusun Plumbon Setiap RT……… 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Pertunjukan Seni Wayang Kulit……….. 38

Gambar 2. Seperangkat Gamelan……….. 39

Gambar 3. Gambar Seni Cokekan………. 40

Gambar 4. Slenthem Laras Pelog Dan Laras Slendro……… 47

Gambar 5. Demung Laras Pelog Dan Laras Slendro………. 47

Gambar 6. Saron Barung Laras Pelog Dan Laras Slendro…………. 48

Gambar 7. Saron Penerus (Peking) Laras Pelog Dan Laras Slendro.. 49

Gambar 8. Siter……….. 49

Gambar 9. Kendhang………. 50

Gambar 10. Bonang Barung Laras Pelog Dan Laras Slendro……….. 51

Gambar 11. Kethuk Dan Kempyang Laras Pelog Dan Laras Slendro.. 51

Gambar 12. Perangkat Kenong……… 52

Gambar 13. Kempul……….... 52

Gambar 14. Gong……… 53

Gambar 15. Rebab……….. 54

Gambar 16. Suling Laras Pelog Dan Laras Slendro………... 54

Gambar 17. Gambang Laras Pelog Dan Laras Slendro……….. 55

Gambar 18. Gender Barung……… 55

Gambar 19. Gender Penerus………... 56

Gambar 20. Kerangka Pikir……… 58


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi……….. 106

Lampiran 2. Pedoman Observasi………... 107

Lampiran 3. Pedoman Wawancara……… 108

Lampiran 4. Hasil Wawancara……….. 117

Lampiran 5. Catatan Lapangan………. 139

Lampiran 6. Reduksi Data, Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara………. 150

Lampiran 7. Dokumentasi Foto Kegiatan………. 171


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan generasi yang akan mewarisi negara Indonesia pada masa yang akan datang. Berbagai harapan diletakkan agar mereka berupaya menjadi individu yang berguna serta mampu menyumbang ke arah kesejahteraan Negara secara keseluruhan.

Suatu Negara yang tangguh salah satunya dapat dilihat dari sosok pemudanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda adalah salah satu pilar yang dibutuhkan untuk membangun suatu Negara yang tangguh dan mampu bersaing dalam hal teknologi maupun kesempatan kerja. Meskipin bukan satu-satunya, keterlibatan pemuda sebagai agen perubahan (agent of changes) dalam masyarakat dirasakan sangat strategis. Generasi muda mempunyai peran penting sebagai seorang revolusioner sosial ditengah-tengah masyarakat karena pemuda dianggap mempunyai kemampuan yang lebih, semangat yang besar, daya saing yang tinggi dan daya pikir yang cepat serta fisik yang masih gesit.

Namun pada realitanya, beberapa pihak mulai menaruh kebimbangan tentang gejala sosial yang melanda remaja dan meruntuhkan akhlak generasi remaja saat ini. Tanpa disadari, perkembangan gejala sosial ini semakin meningkat hari demi hari seiring dengan sudah masuknya era globalisasi saat ini.

Setiap hari kita sering dipaparkan dibeberapa media tentang berbagai cerita penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, baik itu dalam skala besar maupun kecil. Seperti contoh kejadian yang baru saja terjadi, dikutip dari


(18)

www.tribunjogja.com yang diakses pada 27 Desember 2016 pukul 19.00 WIB Petugas kepolisian sektor Bulaksumur, Sleman menangkap sebelas orang remaja di Manggungan, Caturtunggal, Depok, Sleman pada Selasa (27/12/2016). Turut diamankan bersama mereka, berbagai senjata semisal tongkat pemukul yang dipasang mur di bagian ujungnya, gir dengan tali, serta sejumlah batu. Kesebelas remaja ini diduga hendak melakukan aksi kekerasan atau klitih.

Yang sangat menjadi perhatian dalam peristiwa itu adalah kesebelas remaja tersebut kebanyakan masih di bawah umur. Adapun mereka yang ditangkap itu meliputi Ardi (19) warga pakem dan RY (16) warga Ngemplak, Sleman. Lalu Tommi (20), IR (17), YU (17), IA (17), FS (15), MR (16), YM (16), YD (16), dan ND (16) warga Ngaglik, Sleman. Masalah ini turut memberikan sedikit gambaran betapa seriusnya fenomena ini dan langkah-langkah tegas perlu diambil untuk membendung ataupun mengurangi penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda saat ini.

Dalam memecahkan masalah generasi muda diperlukan suatu wadah untuk membina atau memberdayakan generasi muda tersebut. Pelaksanaan pembinaan tersebut merupakan tugas dan kewajiban pengurus pelaksana baik pusat maupun daerah yang sesuai dengan bidangnya, yang nantinya diaplikasikan ke tengah masyarakat terutama dalam pemberian bantuan dan bimbingan yaitu dengan membentuk suatu organisasi yang nantinya akan menjadi wadah generasi muda tersebut khususnya di tingkat Desa/Kelurahan.

Generasi muda sebagai manusia biasa juga tentunya tidak dapat hidup tanpa bersinggungan atau berinteraksi dengan generasi muda yang lainnya atau


(19)

masyarakat pada umumnya. Hal tersebut biasanya juga dapat dilakukan salah satunya melalui organisasi kepemudaan. Salah satu organisasi kepemudaan yang berada di wilayah masyarakat Desa/Kelurahan adalah karang taruna.

Karang taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang tidak asing lagi karena memang keberadaan karang taruna merupakan suatu wadah yang telah memiliki visi maupun misi untuk membina maupun memberdayakan generasi muda khususnya dipedesaan.

Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu, Jakarta. Dalam perjalanan sejarahnya, Karang Taruna telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai upaya untuk turut menanggulangi kemampuan masing-masing.(http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=35 5)

Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah.

Karang taruna merupakan suatu organisasi kepemudaan yang bergerak ditingkat desa maupun kelurahan yang menjadi wadah atau tempat bagi generasi muda untuk lebih bisa mengembangkan dirinya sendiri.


(20)

Sebagai organisasi sosial kepemudaan yang mempunyai jaringan hingga ke tingkat bawah, Karang Taruna merupakan mediator dan motivator dalam pembangunan. Karang Taruna merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini. Karena itu, pemuda Karang Taruna harus mempunyai tekad dan keinginan untuk memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bangsa.

Pada saat ini tergabung sedikitnya 12 juta pemuda ke dalam wadah karang taruna, yang tersebar di 600 ribu desa di 32 provinsi. Dalam usianya yang sudah 46 tahun, karang taruna harus mampu memperkuat dan menjadi perekat negara kesatuan Republik Indonesia. Karang Taruna harus mempererat kebersamaan dalam mewujudkan kejayaan bangsa Indonesia.(http://www.depsos.go.id/ modules.php?name=News&file=article&sid=355)

Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa/Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga/Organisasi yang bergerak di bidang pembangunan kesejahteraan sosial dan berfungsi sebagai subyek. Karang Taruna sedapat mungkin mampu menunjukkan fungsi dan perannya secara optimal. (Departemen Sosial RI Dirjen Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial, Pedoman Pembinaan Program dan kegiatan Karang Taruna (Jakarta : 1979), hal 12‐14)

Keberadaan lembaga kemasyarakatan seperti karang taruna dianggap sangat penting karena diharapkan dapat menjadi wadah pembinaan dan


(21)

pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan potensi bagi pemuda. Selain itu, karang taruna juga dijadikan tempat para pemuda untuk menggali dan menyalurkan potensi, saling bertukar informasi, menjalin kebersamaan, membangun rasa tanggung jawab dan kepedulian diri sendiri dan masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa : “Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama bergerak dibidang usaha kesehjateraan sosial”.

Ketetapan diatas mengisyaratkan bahwa karang taruna adalah organisasi yang tepat dan sudah ditepatkan oleh Menteri Sosial sebagai wadah pengembangan generasi muda di wilayah desa yang harus bisa dimanfaatkan. Organisasi karang taruna ini dapat berjalan sesuai dengan tugas maupun fungsinya apabila masing-masing komponen atau unsur-unsur dalam karang taruna berjalan dengan baik serta tanpa adanya konflik diantara satu pengurus dengan pengurus lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 2 mengenai tugas pokok karang taruna adalah sebagai berikut : “Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah


(22)

kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya”.

Sementara itu, yang menjadi fungsi dari Karang Taruna sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut : “Pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya”.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi karang taruna sebagai pemupuk kreativitas, hal ini sesuai dengan ciri dari generasi muda itu sendiri yaitu “kreativitasnya” (Simandjutak, 1990:87). Berkaitan dengan pengertian kreativitas tersebut, sangat relevan dengan pendapat Supriadi (1997:7) mendefinisikan kreativitas sebagai “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya”.

Kemampuan seperti yang dikemukakan di atas menjadi penting dimiliki oleh setiap orang maupun generasi muda pada khususnya karena di era globalisasi saat ini memang bisa digunakan untuk tolok ukur keberhasilan seseorang. Pengembangan kemampuan tersebut bisa diwujudkan melalui suatu wadah


(23)

organisasi, yaitu Karang Taruna dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif didalamnya.

Pada dasarnya Karang Taruna terbentuk karena adanya rasa tanggung jawab dan peduli para anggotanya khususnya para pemuda, sedangkan yang terjadi sekarang ini para pemuda yang seharusnya dapat menjadi generasi penerus bangsa kebanyakan kurang memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian, mereka lebih memilih melakukan kegiatan atau hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan negatif seperti tindak kriminalitas yang dianggap lebih menyenangkan dibandingkan harus menggali potensi.

Padahal jika potensi yang mereka miliki dikembangkan kearah yang lebih positif bisa menjadi suatu modal dasar dan asset bangsa, dengan kata lain potensi yang dimiliki para pemuda dapat menciptakan keadaan yang lebih baik di masa mendatang melalui karya dan potensi intelektual yang dimiliki pemuda.

Dalam memasuki era globalisasi saat ini, banyak kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh Karang Taruna untuk menggali potensi yang dimiliki salah satunya adalah pemberdayaan pemuda. Pemberdayaan yang dimaksudkan adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan maupun pelatihan-pelatihan agar para pemuda memiliki kemampuan seperti yang telah dikemukakan diatas tadi.

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain


(24)

melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. ( Edi Suharto, 2007:57).

Karang Taruna MAPS 03 (Milik Anak Plumbon Sejati) yang berdomisili di Desa Plumbon, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko secara rutin telah melaksanakan pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa. Pelatihan ini dilaksanakan secara rutin setiap minggunya.

Secara sederhana, adanya kegiatan pemberdayaan adalah bagaimana membuat individu yang tidak berdaya menjadi lebih berdaya, artinya pemberdayaan memberikan suatu proses individu untuk mengembangkan kemampuannya supaya lebih berdaya atau berkemampuan sesuai potensi yang dimilikinnya.

Karang Taruna yang berdomisili di desa Plumbon ini berjumlah sekitar 48 anggota dengan rincian 25 pemuda dan 23 pemudi. Kebanyakan anggota dari karang taruna ini adalah dari tingkat SMP maupun SMA, walaupun memang juga ada yang telah lulus dari SMA dan telah bekerja maupun melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.

Tanpa disadari, perkembangan pemuda Karang Taruna MAPS 03 ini menuju tingkat kedewasaan sangat rawan terjadi kenakalan atau perilaku menyimpang yang telah disebutkan diatas tadi. Pernah dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985:73) bahwa perilaku menimpang atau jahat kalau dalam batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal.


(25)

Ini jelas memunculkan banyak spekulasi maupun tanda tanya yang besar mengenai tingkat kenakalan pemuda maupun perilaku menyimpang. Apalagi dalam perkembangan jaman yang semakin modern ini, pemuda khususnya anggota Karang Taruna MAPS 03 perlu diberikan kegiatan positif maupun pemberdayaan agar mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar atau sekitar 90% pemuda anggota dari karang taruna MAP’S 03 ini tidak memahami kebudayaan jawa, khususnya karawitan itu sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya edukasi maupun pengetahuan yang kurang terhadap seni karawitan tersebut. Mereka bahkan tidak pernah antusias terhadap seni karawitan karena memang sekarang sudah jarang seni pertunjukan karawitan dipentaskan. Biasanya seni karawitan tersebut dipentaskan dengan seni wayang kulit.

Dalam hal ini sudah jelas bahwa para pemuda lebih memilih kebudayaan dari luar yang gampang untuk dilihat maupun dinikmati. Akses untuk mendapatkan hiburan diluar seni karawitan juga cukup mudah, contohnya dangdut. Dalam era sekarang, kebanyakan orang jawa lebih memilih dangdut untuk hiburan dibandingkan dengan seni wayang kulit. Padahal, seni dangdut bukan asli dari tanah jawa. Mereka menganggap seni dangdut ini lebih enak untuk didengarkan dibandingkan dengan seni karawitan.

Selain mudahnya akses untuk memperoleh kebudayaan dari luar, pemuda juga menganggap kebudayaan jawa khususnya karawitan itu monoton atau bisa dikatakan tidak ada ragamnya. Padahal, bila mereka ingin sedikit saja belajar


(26)

mengenai seni karawitan ini, seni karawitan itu menurut Suwardi Endraswara indah, penuh pesona. Lorong-lorong estetika tersemai halus dalam seni karawitan itu. Bahkan, gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika yang tinggi.

Karawitan (karawitan) berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhiran an. Rawit berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah “karawitan” juga ada yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhiran an. Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit. Rawit berarti halus, remit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan lecil, renik, rinci, halus, atau indah. ( Suwardi Endraswara, 2008:23 ).

Dalam perkembangaanya, karawitan yang merupakan budaya asli dari tanah jawa kalah bersaing dengan budaya-budaya yang datang dari barat. Padahal, menurut Suwardi Endraswara karawitan itu indah, penuh pesona. Lorong-lorong estetika tersemai halus dalam karawitan. Gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya yang estetika tinggi.

Namun, tidak bisa dipungkiri seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa budaya jawa sering dianggap monoton dan kurang modern. Selain itu, kebanyakan generasi muda tidak mengenal budaya jawa maupun kurangnya pengetahuan tentang budaya jawa.

Dengan melihat realita yang terjadi tersebut, Karang Taruna MAPS 03 melakukan kegiatan pemberdayaan pemuda. Kegiatan pemberdayaan ini berkaitan dengan kebudayaan jawa, yaitu seni karawitan. Karang taruna MAPS 03 menganggap generasi pemuda saat ini sangat tidak memikirkan kebudayaan dari jawa.


(27)

Jadi peran karang taruna bukan saja dalam pembinan remaja saja atau pemberdayaan saja, melainkan juga berusaha mengadakan perbaikan serta perubahan melaui pelatihan. Hal ini terjadi pada Karang Taruna MAP’S 03 Dusun Plumbon, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, KabupatenWonogiri yang menunjukkan peran aktif dalam melakukan pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk meneliti sejauh mana peran karang taruna dalam memberdayakan pemuda melalui karawitan gamelan jawa ini.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diperoleh gambaran yang menggerakkan hati penulis mengungkapkannya dalam sebuah karya yang berjudul “Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa

Dusun Plumbon Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Eromoko Wonogiri.”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas timbul berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut dapat di susun sebagai berikut :

1. Gejala sosial yang meningkat dikalangan remaja.

2. Banyak pemuda karang taruna MAPS 03 yang tidak memahami kebudayaan jawa khususnya karawitan.

3. Banyak pemuda karang taruna MAPS 03 yang terpengaruh oleh kebudayaan dari luar.

4. Pemuda karang taruna MAPS 03 menganggap budaya jawa itu monoton. 5. Kurangnya pengetahuan pemuda MAPS 03 mengenai budaya jawa.


(28)

6. Kurangnya kegiatan pemuda MAPS 03 yang berkaitan dengan kebudayaan jawa.

C.Batasan Masalah

Mengingat luasnya bahasan dalam penelitian ini, maka penelitian membatasi penelitian ini pada aspek kajian tentang “Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelatihan Karawitan Gamelan Jawa”.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat mengemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran karang taruna dalam pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa di Karang Taruna MAPS 03 Dusun Plumbon, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri.

2. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa di Karang Taruna MAPS 03 Dusun Plumbon, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri.

3. Faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam pemberdayaan pemuda ini.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan peran Karang Taruna dalam pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna MAPS 03 di Dusun Plumbon.


(29)

2. Untuk mengetahui poses pemberdayaan pemuda melalui karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna MAPS 03 di Dusun Plumbon.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat maupun faktor pendukung pemberdayaan pemuda melaui pelatihan karawitan gamelan jawa oleh Karang Taruna MAPS 03 di Dusun Plumbon.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menjadi salah satu informasi terkait dengan penelitian sejenis dan memberikan informasi ilmiah terhadap kajian-kajian tentang kepemudaan bagi jurusan pendidikan luar sekolah dan jurusan terkait.

b. Dapat memberi sumbangan dalam memperluas khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai ilmu keorganisasian Karang Taruna dan karawitan jawa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi organisasi kepemudaan atau Karang Taruna yang lain dapat dijadikan bahan acuan maupun contoh dalam membangkitkan jiwa sosial masyarakat maupun menumbuhkan rasa semangat terkait dengan organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan.

b. Bagi organisasi kepemudaan yang lain dapat digunakan sebagai acuan untuk memahami dan mengetahui bagaimana seharusnya Karang Taruna


(30)

berpartisipasi di dalam lingkungan masyarakat, dan khususnya bagi pemuda diharapkan mengoptimalkan sumber daya alam, manusia dan sumber daya yang ada.

c. Bagi Karang Taruna terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan atau peningkatan partisipasi organisasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat terutama pemuda pada waktu yang akan datang.


(31)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Deskripsi Teori

1. Teori Dan Konsep Peran

Setiap orang pasti akan memiliki peran dalam dalam kehidupan ini, misalnya di lingkungan sekolah, di lingkungan tersebut tentunya akan terdapat peran yang diambil tiap masing-masing individu, seperti peran sebagai kepala sekolah, peran sebagai guru, peran sebagai siswa dan lain sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat juga terdapat berbagai macam peran, seperti peran sebagai kepala lingkungan, peran sebagai ketua RT/RW, peran sebagai ketua karang taruna, maupun peran sebagai masyarakat itu sendiri. Namun, dalam pembahasan ini akan dibatasi mengenai peranan Karang Taruna. Sebelum membahas lebih jauh akan lebih baik jika kita mengetahui apa pengertian dari peran itu sendiri.

Teori Peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Selain itu, peranan atau role (Bruce J. Cohen, 1992: 25) juga memiliki beberapa bagian, yaitu :

1. Peranan nyata (Anacted Role) adalah suatu cara yang betul-betul dijalankan seseorang dalam menjalankan suatu peranan

2. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) adalah cara yang diharapkan masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.


(32)

3. Konflik peranan (Role Conflick) adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan peranan yang saling bertentangan satu sama lain.

4. Kesenjangan Peranan (Role Distance) adalah Pelaksanaan Peranan secara emosional.

5. Kegagalan Peran (Role Failure) adalah kagagalan seseorang dalam menjalankan peranan tertentu.

6. Model peranan (Role Model) adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru, diikuti.

Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) adalah hubungan seseorang dengan individu lainnya pada saat dia sedang menjalankan perannya.

Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku yang dilakukan oleh organisasi karang taruna MAP’S 03 untuk memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) para anggotanya.

Ketegangan peranan (Role Strain) adalah kondisi yang timbul bila seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi harapan atau tujuan peranan yang dijalankan dikarenakan adanya ketidakserasiaan yang bertentangan satu sama lain.Pengertian Peranan diungkapkan oleh Soerjono Soekanto : “Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”.(Soerjono Soekanto, 1990: 268).

Terdapat dalam ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial peranan adalah “tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu” (Koentjoroningrat, 1986:35).

Pendapat lain dikemukakan oleh Livinson yang dikutip oleh Soerjono Soekanto bahwa :


(33)

1. Peranan meliputi norma – norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat (Soerjono Suekanto, 1990:221).

Berdasarkan pengertian diatas, peranan dapat diartikan sebagai suatu perilaku atau tingkah laku seseorang yang meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi dalam masyarakat. Pendapat lain dalam buku sosiologi suatu pengantar bahwa “Peranan adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu”. (Bruce J Cohen, 1992:76).

Wirutomo dalam David Berry (1981: 99–101) berpendapat bahwa “ peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya”. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial.

Dari beberapa pernyataan tentang teori peran, dapat disimpilkan bahwa peran merupakan sesuatu yang memainkan tugas maupun kewajiban. Peran merupakan suatu yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dikarenakan kedududukannya akan memberikan pengaruh pada lingkungan tersebut.


(34)

Begitu pentingnya peran disini dalam meningkatkan sebuah organisasi karang taruna, agar fungsi Karang Taruna dapat dimanfaatkan dengan baik di masyarakat. Selain itu, peran menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu maupun kelompok yang melakukan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas suatu tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuai dengan kedudukannya.

Peran Karang Taruna di dalam pemberdayaan melalui pelatihan karawitan gamelan jawa ini berarti menunjukkan pada keterlibatan organisasi karang taruna untuk melakukan pemberdayaan melalui suatu pelatihan yang telah dirancang untuk memberdayakan pemuda.

2. Teori Dan Konsep Pemberdayaan A.Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu istilah yang menunjukkan adanya suatu bentuk aktivitas untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang bermakna untuk membangun atau melaksanakan sesuatu secara baik. Wikipedia (2010:1) mendefinisikan pemberdayaan adalah proses berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.

Pengertian pemberdayaan menurut Mc Ardle sebagaimana yang dikutip Harry Hikmat mengartikan : pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih di


(35)

berdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, McArdle mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. (Harry Hikmat, 2010:3).

Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata “empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of authority dan pengertian pengrtian kedua berarti to give ability to or enable, dalam pengartian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan atoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik. Yang dimaksud suara adalah


(36)

segala aspirasi maupun segala potensi yang dimili oleh peserta didik tersebut.

Pada intinya pemberdayaan adalah membantu klien atau peserta didik untuk memperoleh daya untuk untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkungannya. (Onny S. Prijono dan A.M.W Pranaka, 1996 : 8)

Dari beberapa pernyataan mengenai pemberdayaan, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses untuk membuat berdaya suatu kelompok maupun organisasi melalui kegiatan pemberian, pengembangan maupun penguatan kemampuan terhadap potensi yang telah dimiliki sehingga nantinya diharapkan akan tercipta kemandirian.

Dengan demikian, kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan pemuda dirasa cukup penting untuk mengembangkan potensi pemuda itu dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh Karang Taruna yaitu dengan kegiatan pelatihan yang melibatkan pemuda.

B.Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi berdaya dan mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat


(37)

adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat guna mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut. (Ambar Teguh S, 2004 : 81).

Pada dasarnya pemberdayaan bertujuan untuk memberikan kesempatan membentuk individu maupun kelompok agar lebih berdaya dan mandiri melalui proses belajar maupun pelatihan yang telah direncanakan sehingga diharapkan terjadi suatu kemajuan.

C.Karakteristik Pemuda

Sudah tidak diragukan bahwa pemuda merupakan generasi penerus yang menjadi harapan bangsa. Bagi orang tua, anak-anak mereka adalah harapan untuk meraih lebih dari apa yang sudah mereka capai. Bagi para guru, mudrid-murid adalah harapan untuk mengetahui banyak hal bahkan memperoleh sesuatu yang baru yang lebih inoivatif dan berguna.


(38)

Banyak kisah pemuda penerus bangsa yang telah menjadi harapan dan membanggakan bangsa khususnya di Indonesia, salah satu contohnya adalah Rio Haryanto yang membawa bendera Indonesia berkibar diajang Formula-1, ada pula Debby Susanto dan Praveen Jordan yang bulan mei kemarin sukses menjuarai All England, dan masih banyak lagi kisah pemuda berprestasi lainnya.

Tetapi ternyata disamping itu banyak juga kisah pemuda yang merusak citra mereka sebagai generasi penerus yang seharusnya menorehkan berbagai prestasi. Ini terbukti terbukti dengan maraknya berita mengenai kasus pencabulan dibawah umur, yang baru saja terjadi adalah kasus yuyun bocah yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar menjadi korban karena digilir oleh 13 pemuda yang sangat sadis, selain itu kasus geng motor yang melakukan tindakan premanisme juga melibatkan pemuda. Seperti yang sudah kita lihat bagaimana pemuda secara positif maupun negatif mempengaruhi pembangunan bangsa dan negeri. Tentu pemuda yang secara positif lah yang diharapkan menjadi penerus dimasa depan, untuk itu karakter yang baik merupakan hal yang tidak dapat ditolelir untuk ditanamkan di dalam diri pemuda sedini mungkin.

Dalam UU. No 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan menjelaskan bahwa pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16-30 tahun.

Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, sesuai


(39)

dengan ciri-ciri khas pemuda secara umum yang dipaparkan oleh Andi Mappiare (1982 :36-40) antara lain :

1. Stabilitas mulai timbul dan meningkat.

Dalam masa ini terjadi keseimbangan tubuh dan anggota badan, panjang dan besar berimbang, stabil dan minat-minatnya pergaulan dengan sesame ataupun lawan jenis dan mereka relatif mantap dan tidak mudah berubah pikiran akibat adanya rayuan ataupun propaganda.

2. Citra diri dan pandangan yang realistis

Dalam fase ini seseorang individu cenderung mampu dan mulai menilai diri sebagaimana adanya, menghargai miliknya, keluarga dan lingkungan sesungguhnya yang dapat menimbulkan perasaan puas untuk mencapai kebahagiaan.

3. Menghadapi masalahnya secara lebih tenang

Kematangan ditunjukkan dengan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi baik dengan cara sendiri ataupun dengan cara diskusi bersama teman-teman sebaya. Langkah seperti ini lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak situasi lingkungan dan situasi-situasi perasaan diri.

4. Perasaan menjadi lebih tenang

Pada masa ini umumnya remaja lebih tenang menghadapi masalah-masalahnya. Ketenangan perasaan dalam menghadapi rasa kecewa atau hal lain yang mengakibatkan kemarahan mereka ditunjang oleh adanya kemampuan pikir dan dapat menguasai perasaan.


(40)

Penggolongan remaja menurut Thordburg dalam Agus Dariyo (2004:3) terbagi dalam 3 tahap, yaitu (a) remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah ( usia 15-17 tahun) (c) remaja akhir ( usia 18-21 tahun). Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan dibangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMA). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.

Selanjutnya, santrock mengartikan masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 20 tahun (santrock, 2003). Perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Semakin banyak ahli perkembangan yang menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas.

Pemuda dalam hal ini sebagai generasi penerus harus mampu berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral dapat diwujudkan dengan menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan,


(41)

memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental spiritual dan meningkatkan kesadaran hukum.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter yang khas, optimis, berfikir maju, maupun memiliki moralitas. Kelemahan yang sangat terlihat dari pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

D.Pengertian Pemberdayaan Pemuda

Sebagai makhluk sosial, pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat. Sebagai makhluk individu artinya pemuda tidak bisa melakukan kebebasan dengan sebebas-bebasnya, tetapi disertai tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pemuda adalah kelompok masyarakat yang mulai mencari jati dirinya, oleh karena itu manusia muda ini masih memerlukan pembinaan dan pengembangan potensi dalam dirinya agar menuju arah yang lebih baik dan membawa bangsanya ke dalam perubahan yang positif. Oleh karena itu, keterlibatan pemuda dalam proses pembaharuan dan pembangunan sangat diperlukan.


(42)

Kaum muda membawa semangat dan karakter yang kuat untuk memacu kelompok usia lain terhanyut dalam suasana yang berkobar. Semangat ini ditunjukkan dengan adanya prestasi, keunggulan khas, dapat diandalkan, daya juang dalam setiap persaingan dan tidak kalah penting yaitu modal moral. Pemberdayaan merupakan salah satu wujud program kegiatan untuk dapat membuat perubahan yang lebih baik dan peningkatan kualitas kaum muda.

Dalam Wahyu Tri Trisnani (2014: 24) Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan, pemuda adalah yang berumur 16-30 tahun (2010:10). Senada dengan hal tersebut, pengertian pemuda dalam UU nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan adalah warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.

Dalam UU nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan menjelaskan pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Pemuda yang memiliki posisi generasi penerus bangsa digadang-gadang sebagai kelompok yang strategis untuk menanamkan jiwa revolusioner, kompetitif, optimis, bermoral dan berbudaya. Dengan segudang potensi yang dimiliki, pemuda mulai perlu diberdayakan dalam berbagai kehidupan dalam lingkungan masyarakat.

Kegiatan karang taruna dalam upaya pemberdayaan pemuda dilakukan melalui berbagai program seperti diungkap oleh Wahjudi Djaja berikut (2007:22-24) :


(43)

a. Kegiatan produktif dan ekonomis b. Pendidikan dan pelatihan

c. Menangani masalah sosial d. Olahraga dan kesehatan e. Kerohanian

Dari penjabaran kajian tentang pemberdayaan dan pemuda diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian pemberdayaan pemuda. Pemberdayaan pemuda adalah proses mendayagunakan atau meningkatkan serta mengembangan potensi yang dimiliki oleh pemuda guna memperkuat kemampuan daya yang dimiliki agar nantinya mereka dapat mencapai kemandirian.

3. Teori Dan Konsep Karang Taruna

Karang taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang tidak asing lagi karena memang keberadaan karang taruna merupakan suatu wadah yang telah memiliki visi maupun misi untuk membina maupun memberdayakan generasi muda khususnya dipedesaan.

Dalam Pedoman Dasar Karang Taruna Pasal 1 (2011:3) menyebutkan pengertian karang taruna sebagai berikut :

“Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan, sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda diwilayah desa kelurahan atau komunitas adat sederajat terutama bergerak bidang usaha kesehjateraan sosial”


(44)

Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah.

Karang Taruna merupakan suatu organisasi kepemudaan yang bergerak ditingkat Desa maupun Kelurahan yang menjadi wadah atau tempat bagi generasi muda untuk lebih bisa mengembangkan dirinya sendiri. Sebagai organisasi sosial kepemudaan yang mempunyai jaringan hingga ke tingkat bawah, Karang Taruna merupakan mediator dan motivator dalam pembangunan. Karang Taruna merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini. Karena itu, pemuda Karang Taruna harus mempunyai tekad dan keinginan untuk memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bangsa.

Sebagai agen perubahan dan pilar utama dalam pembangunan kesehjateraan sosial dan pemberdayaan masyarakat terutama di Desa/Kelurahan, karang taruna memiliki 2 (dua) peran pokok dan 2 (dua) peran pendukung sebagaimana diungkapkan Pengurus Nasional Karang Taruna, Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna Provinsi Jawa Barat meliputi :


(45)

1. Peran Fasilitatif (facilitative Roles 2. Peran Edukasional (Educational Roles)

3. Peran sebagai Perwalian Masyarakat (Representational Roles) 4. Peran-peran teknis (Technical Roles)

(www.KarangTarunaAsriblogspot.com/posts/6306829402876000?stream_ref= 10 diakses pada 20 Januari 2017 pukul 19.51 WIB)

Karang Taruna memiliki peran yang sangat beragam, peran fasilitatif diuraikan sebagai agen perubahan, agen mediasi dan negosiasi, peran membentuk konsesus dan fasilitasi suatu kelompok. Peran edukasional menjabarkan bahwa karang taruna sebagai pembangkit kesdaran masyarakat, menyampaikan informasi kepada masyarakat, mengkonfrontasi atau mengatasi masalah yang terjadi dan pelatihan (training). Peran sebagai perwalian masyarakat berhubungan erat denganperan teknis, yaitu mengenai secara teknis karang taruna dapat menjadi wali dari masyarakat.

Karang Taruna juga merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa/Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga/Organisasi yang bergerak di bidang pembangunan kesejahteraan sosial dan berfungsi sebagai subyek. Karang Taruna sedapat mungkin mampu menunjukkan fungsi dan perannya secara optimal. (Departemen Sosial RI Dirjen Rehabilitasi dan


(46)

Pelayanan Sosial, Pedoman Pembinaan Program dan kegiatan Karang Taruna (Jakarta : 1979), hal 12‐14)

Berkaitan dengan hal tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa :“Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama bergerak dibidang usaha kesehjateraan sosial”.

Ketetapan diatas mengisyaratkan bahwa Karang Taruna adalah organisasi yang tepat dan sudah ditepatkan oleh Menteri Sosial sebagai wadah pengembangan generasi muda di wilayah Desa yang harus bisa dimanfaatkan. Organisasi karang taruna ini dapat berjalan sesuai dengan tugas maupun fungsinya apabila masing-masing komponen atau unsur-unsur dalam karang taruna berjalan dengan baik serta tanpa adanya konflik diantara satu pengurus dengan pengurus lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 2 mengenai tugas pokok karang taruna adalah sebagai berikut :“Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagaiu masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya”.


(47)

Sementara itu, yang menjadi fungsi dari karang taruna sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut : “Pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya”.

Berdasarkan uraian diatas mengenai fungsi karang taruna sebagai pemupuk kreativitas, hal ini sesuai dengan ciri dari generasi muda itu sendiri yaitu “kreativitasnya” (Simandjutak, 1990:87). Berkaitan dengan pengertian kreativitas tersebut, sangat relevan dengan pendapat Supriadi (1997:7) mendefinisikan kreativitas sebagai “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya”.

Kemampuan seperti yang dikemukakan diatas menjadi penting dimiliki oleh setiap orang maupun generasi muda pada khususnya karena diera globalisasi saat ini memang bisa digunakan untuk tolok ukur keberhasilan seseorang. Pengembangan kemampuan tersebut bisa diwujudkan melalui suatu wadah organisasi, yaitu karang taruna dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif didalamnya.


(48)

4. Konsep Budaya A.Pengertian Budaya

Mempelajari pengertian kebudayaan bukanlah suatu kegiatan yang mudah dan sederhana, karena banyak sekali batasan konsep dari berbagai bahasa, sejarah, sumber bacaan atau literatur baik yang berwujud ataupun yang abstrak dari kelompok orang atau masyarakat. Dalam hal pendekatan metode juga telah banyak disiplin ilmu lain yang juga mengkaji berbagai macam permasalahan terkait kebudayaan seperti sosiologi, psikoanalisis, psikologi (perilaku) dan sebagainya yang masing-masing mempunyai tingkat kejelasan sendiri-sendiri tergantung pada konsep dan penekanan masing-masing.

Apabila ditinjau dari asal katanya, maka ‘Kebudayaan’ berasal dari bahasa sansekerta buddhahaya yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Secara etimologis, kata “kebudayaan” berarti hal-hal yang berkaitan dengan “akal”. Namun ada pula anggapan bahwa kata “budaya” berasal dari kata majemuk budhidaya yang berarti “daya dari budi” atau “daya dari akal” yang berupa cipta, karsa, dan rasa.

Selanjutnya, Koentjaraningrat (1980) mendefinisikan Kebudayaan sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karya”. Dengan kata lain, “Kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya”.

Lebih spesifik lagi,E. B Taylor, dalam bukunya “Primitive Cultures”, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang


(49)

didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, koral, hukum, adat istiadat kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Elly M Setiadi, 2007:27)

Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem tersebut berbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun system tersendiri dalam kumpulan masyarakat.

B.Wujud Kebudayaan

J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusiadalam masyarakat.


(50)

Selanjutnya, mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M. Setiadi dkk dalam buku Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Wujud Ide

Wujud tersebut menunjukan ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.

2. Wujud Perilaku

Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.

3. Wujud Artefak

Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer.


(51)

C.Unsur Kebudayaan

Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, antara lain :

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan 3. Organisasi Sosial

4. Sistem Peralatan hidup dan Teknologi 5. System Mata Pencaharian

6. Sistem Religi 7. Kesenian

Mengenai unsur kebudayaan diatas, karawitan termasuk unsur kesenian dalam unsur-unsur kebudayaan. Jadi, seni kawaitan merupakan suatu kebudayaan yang harus tetap dilestarikan.

5. Pengertian Karawitan A.Arti Karawitan Jawa

Karawitan (karawitan) berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhiran an. Rawit berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah “karawitan” juga ada yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhiran an. Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit. Rawit berarti halus, remit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil, renik, rinci, halus, atau indah. (Suwardi Endraswara, 2008:23)


(52)

Selanjutnya, (Suwardi Endraswara, 2008:23) mengatakan penambahan awalan ke atau- ka dan akhiran an pada kata dasar rawit mengubah bentuk kata dasar tersebut menjadi karawitan atau karawitan, yang merupakan kata benda. Adapun istilah karawitan berasal dari penyingkatan bunyi pengucapan suku kata kara dalam kata karawitan menjadi kra. Agak dekat dengan kata rawit, juga dikenal kata lain yang setara artinya, misalnya, kata ruwit, hanruwit, angruwit, ngruwit, hangrawit, angrawit, ngrawit, hangruwet, angruwet, ngruwet, ruwet, rumet, atau rumit. Semua kata ini mengacu pada pengertian yang sama, yaitu kecil, potongan kecil, rinci, rincian, bagian, atau bagian-bagian yang sangat kecil ukurannya. Istilah karawitan sering juga diartikan sebagai kehalusan atau keindahan. Selain itu, secara umum ada juga yang mengartikannya sebagai musik tradisional Indonesia.

Karawitan mempunyai dua arti yakni: arti umum dan arti khusus. Dalam arti umum, berarti musik jawa tradisional, daalam arti khusus adalah seni vokal, yang dikemas dengan instrumental yang berlaras slendro dan pelog. Secara khusus, istilah karawitan lebih mengacu pada pengertian seni suara yang menggunakan gamelan laras slendro dan laras pelog. Pengertian itupun sesungguhnya masih sangat kasar, karena pada kenyataannya, di dalam karawitan terdapat mendium suara manusia (karawitan vokal), suara instrument gamelan (karawitan instrumental), dan gabungan keduanya (karawitan vocal instrumental). Bahkan salam perkembangan selanjutnya, beberapa komposer berusahaha memasukan suara-suara lain di luar suara manusia dan instrumen gamelan. (Suwardi Endraswara, 2008:24)

Dalam pengertian umum dan khusus itu, lalu muncul berbagai istilah lain yang disebut gendhing sekar dan sekar gendhing, adalah alunan suara dalam karawitan yang dibarengi dengan sekar (tembang). Sedangkan sekar gendhing,


(53)

berupa tembang yang diiringi gamelan. Penamaan ini tergantung asspek yang dominan unsur apa. Jadi karawitan adalah sebuah garapan manis antara vocal dan gamelan sehingga membentuk alunan suara yang indah dan nikmat.

Secara fungsional, karawitan banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan seni pertunjukan tradisional jawa. Masing-masing mempunyai ciri penyajian yang khas. Karawitan dapat berdiri sendiri dalam sajiannya, serta dapat disajikan sebagai iringan seni yang lain. Berdasarkan fungsinya, karawitan dibagi menjadi empat, yaitu (1) karawitan sebagai iringan lagu atau dolanan rakyat, (2) karawitan sebagai seni pertunjukan yang dibagi menjadi (a) karawitan iringan pedalangan, adalah jenis karawitan yang dipergunakan untuk mengiringi pagelaran wayang, dengan acuan pathet telah tertentu, meskipun wayang model sekarang telah berubah-ubah memilih iringan, (b) karawitan iringan tari, baik tari klasik maupun kreasi baru, dengan sajian gendhing yang bermacam-macam, lebih lincah, ada juga yang anggun, pelan, tergantung tariannya, (c) karawitan iringan teater tradisional, (3) karawitan untuk pagelaran mandiri ( uyon-uyon ), dan (4) karawitan untuk upacara, biasanya memanfaatkan gending sakral (agung), seperti gamelan sekaten, carabalen, dan monggang.

Dari sisi penampilan, belakangan karawitan juga dapat berkolaborasi dengan seni modern. Jika sajian mandiri, biasanya berupa rangkaian gendhing uyon-uyon, soran, dan dolanan. Apabila karawitan digunakan untuk iringan atau berkolaborasi, dapat dipakai untuk mengiringi (a) wayang, (b) tari, (c)


(54)

kethoprak, (d) lawak, dan sebagainya. Masing-masing sajian karawitan memerlukan “ garap “ yang berbeda-beda. “ garap “ dalam karawitan dilakukan oleh seorang “ pranata gendhing , dengan memperhatikan aspek yang diiringi.

Berikut merupakan contoh gambar seni karawitan yang dipadukan dengan seni pertunjukan wayang kulit :

Gambar 1. Pertunjukan Seni Wayang Kulit

(http://ki-bambang-asmoro.blogspot.co.id/ di akses pada 26 Januari 2017 pukul 13.30 WIB)

Dalam Prima Ardiani (2009:31) Berdasarkan penggunaanya, sebuah pementasan gamelan tidak semua instrumen gamelan lengkap digunakan. Adapun dua macam seni pementasan gamelan berdasarkan penggunaanya adalah, pertama gamelan sepangkon, yang artinya pertunjukan gamelan yang hanya memainkan sepangkon saja (hanya salah satu laras slendro maupun pelog), kedua gamelan seperangkat atau dua pengkon yang maksudnya pertunjukan gamelan yang memainkan seperangkat lengkap dengan laras slendro dan pelog.


(55)

Contoh gambar seperangkat gamelan pelog maupun slendro :

Gambar 2. Seperangkat Gamelan

(http://nglarasgending.blogspot.com/ diakses pada 26 januari 2016 pukul 14.00 WIB).

Kemudian lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan instrumennya, seni karawitan terdapat Seni Cokekan, yang berarti seni ini termasuk bagian dari karawitan ricikan depan yang memakai instrumen gamelan secara ringkas. Terdiri atas kendang, gender, siter, dan gong. Selanjutnya Seni Uyon-Uyon yang berarti gamelan yang dibunyikan sebelum acara dimulai dngan menggunakan instrumen lengkap yang memainkanlagu-lagu ringan dan pendek. Kata uyon-uyon sendiri, berarti membunyikan gamelan untuk dinikmati (dengan instrumen lengkap) dan lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu panjang, pendek, klasik dan kontemporer. (Prima Ardiani, 2009:31)


(56)

Contoh gambar instrumen seni cokekan :

Gambar 3. Gambar Seni Cokekan

(http://www.sinarngawi.com/2014/08/gebyar-cokekan-gairahkan-suasana-malam.html diakses pada 29 Januari 2017 jam 09.30 WIB)

B. Pola Belajar Karawitan

Ada berbagai pola belajar yang sering dilakukan oleh orang yang hendak menguasai karawitan. Pola belajar itu akan menentukan tingkat kemahiran bermain gamelan. Bram Palgunandi dalam bukunya Serat Kandha Karawitan Jawa (2002:34-35) ada beberapa pola belajar karawitan, yaitu sebagai berikut.

1. Meguru adalah belajar tentang sejumlah kawruh (pengetahuan) tertentu yang dilakukan dengan cara berguru (biasanya secara tidak formal) kepada seseorang yang dipandang mempunyai kawruh (pengetahuan) yang luas. Dalam hal ini, pendalaman yang dilakukan


(57)

umumnya lebih bersifat teoritis dan teknis. Berguru, biasanya dilakukan secara perorangan oleh orang yang sama sekali belum mempunyai kawruh (pengetahuan). Pola ini biasanya dilakukan secara perorangan sehingga bisa bersifat sangat intensif. Dengan cara ini, kemahiran seseorang bisa meningkat secara pesat dalam waktu yang relatif singkat.

2. Nyantrik adalah belajar tentang sejumlah kawruh (pengetahuan) tertentu yang dilakukan dengan cara belajar pada seseorang guru atau orang yang dianggap mempunyai kawruh (pengetahuan) tertentu, dengan tujuan memperluas dan memperdalam kawruh (pengetahuan) dan wawasan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam hal ini, pendalaman yang dilakukan umumnya lebih bersifat teoritis dan filosofis. Pola ini biasanya dilakukan secara perorangan atau dilakukan oleh bebrapa orang sekaligus. Dengan cara ini, kedalaman dan keluasan pengetahuan seseorang bisa meningkat pesat dalam waktu yang relative singkat.

3. Magang adalah belajar tentang suatu kawruh (pengetahuan) tertentu dilakukan dengan cara memperhatikan, mempelajari, dan mengamati apa yang dilakukan oleh seseorang yang sudah lebih mahir dalam suatu hal tertentu, kemudian secara bertahap dan perlahan-lahan disesuaikan dengan tingkat kemahiran yang sudah dikuasai. Orang yang sedang belajar harus berusaha untuk menggantikan orang yang diamatinya. Magang biasanya lebih banyak berhubungan dengan


(58)

berbagai hal yang lebih menekankan segi pemahaman, kemahiran, ketrampilan dan teknis. Pola ini biasanya dilakukan secara perorangan atau oleh sekelompok kecil sehingga bersifat sangat intensif. Dengan cara ini, kemahiran dan ketrampilan seseorang bisa meningkat secara pesat dalam waktu yang relatif singkat terutama dalam berbagai hal yang bersifat teknis.

4. Ajar dhewe adalah belajar secara mandiri (Inggris : selfstudy) yang dilaksanakan untuk menguasai suatu kawruh (pengetahuan) tertentu tanpa bantuan pelatih, guru, atau orang lain. Karena dilakukan sendiri, biasanya kemahirannya didapat setelah kurun waktu yang cukup lama. Selain itu, ada kesulitan tersendiri, yaitu sampai saat ini sangat sedikit buku-buku yang membahas tentang karawitan, khususnya karawitan Jawa yang yang bisa digunakan untuk keperluan belajar sendiri.

5. Latihan bareng adalah belajar dan berlatih yang dilakukan secara bersama-sama atau secara berkelompok (Inggris : study group), yang dilaksanakan dengan tujuan menguasai suatu kawruh (pengetahuan) tertentu. Dalam hal ini, bisa dilakukan tanpa bantuan pelatih, guru, atau orang lain, tetapi bisa juga dengan dibantu pelatih, instruktur, atau guru. Pola ini sering diterapkan pada kelompok-kelompok kesenian (grup kesenian). Karena dilakukan secara bersama-sama, biasanya kemahirannya didapat setelah melampaui kurun waktu yang tidak terlampau panjang. Dalam hal ini, kesulitan tentang


(59)

ketersediaan buku pelajaran umumnya bisa sedikit diatasi dengan menggunakan catatan notasi balungan gendhing yang dalam kelompok kesenian Jawa lazim disebut buku atau catatan ‘not gendhing jawa’.

6. Sekolah adalah belajar tentang sejumlah kawruh (pengetahuan) tertentu yang dilakukan secara formal, yakni disuatu lembaga pendidikan atau sekolah. Pendidikan dengan cara ini, umumnya lebih banyak memberikan bekal dalam bentuk teori daripada dalam bentuk berlatih atau praktik. Pada masa sekarang, ada jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), misalnya SMKI (Sekolah Menengan Karawitan Indonesia), jenjang pendidikan tingkat akademis sarjana, misalnya STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia), atau ISI (Institut Seni Indonesia). Dalam hal ini, kesulitan tentang ketersediaan buku pelajaran umumnya bisa diatasi dengan menggunakan buku-buku diktat. Sayangnya, kebanyakan hanya beredar secara terbatas dan tidak mudah diperoleh oleh kalangan luar yang ingin belajar.

Dari 6 pola belajar karawitan yang telah dikemukakan diatas, tampaknya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Semua pola belajar memang semuanya bagus, namun yang biasa dilakukan adalah pola belajar Latihan Bareng seperti yang dilakukan di karang taruna MAP’S 03 Dusun Plumbon.


(60)

Namun, realita sulit terbayangkan bahwa memang belajar karawitan yang paling penting adalah faktor pengalaman. Pengalaman menjadi guru terbaik bagi orang-orang yang mempelajari gendhing-gendhing.

Pengalaman dapat diperoleh dari dua hal, yaitu : (1) terjun langsung, menabuh, entah hanya balungan, mengerti perjalanan sebuah gendhing, (2) merekam, mendengarkan sebuah sajian karawitan, kemudian mencocokan dengan titilaras secara tertulis. Pengalaman (1) dan (2) sama-sama amat berharga bagi calon penabuh gendhing. Orang yang telah berkali-kali mendengar, mengikuti, dan menabuh jauh lebih mampu merasakan sajian karawitan.

Orang yang telah berpengalaman, akan semakin sigap menabuh gamelan. Sebab, gendhing ada yang menggunakan garap, ada pula yang lugu. Bagi gendhing lagu, mungkin yang terbiasa menabuh tinggal menyesuaikan diri. Sebaliknya, bagi gendhing garapan amat membutuhkan keseriusan dalam menabuh. Gendhing garapan menuntut pengalaman kebersamaan.

Dari berbagai argument yang dikemukakan diatas, belajar karawitan memang seharusnya harus dibumbui sikap usaha terus-menerus, selalu bertanya, penasaran, dan mudah tergoda dengan pergelaran agar nantinya dapat membantu kemauan si pembelajar untuk terus-menerus meningkatkan diri.


(61)

C. Instrumentalia dan Gamelan

Instrumen adalah segala bunyi instrumen gamelan jawa. Instrumentalia adalah hasil bunyi gamelan, tanpa iringan vocal apapun. Bunyi-bunyian semacam ini biasanya digunakan untuk mengawali berbagai ragam tradisi Jawa. Dari suara gamelan yang dibunyikan, tampak mengesankan, menyayat dan penuh aroma keindahan. Gamelan berarti instrumen musik jawa. Gamelan adalah alat mengekspresikan gagasan orang Jawa melalui alat yang ditata estetis. Selama ini gamelan jawa masih mendominasi dalam berbagai perhelatan Jawa apapun. Sebagai sebuah alat khusus, gamelan ada yang dibuat dari perunggu, besi, bamboo, dan kayu. Perpaduan berbagai unsur pembuatan gamelan akan mempengaruhi suara gamelan itu sendiri.

Instrumentalia dapat menjadi hiasan estetis pada tape recorder di mobil, mengiringi perhelatan, dan sebagainya. Yang instrumentalia biasanya digarap yang lebih indah. Permainan gamelan mulai dari kendang sampai instrumen yang lain digarap matang, hingga memunculkan kesan yang ritmis. Pendek kata, instrumentalia akan menjadi pengantar kesibukan, sambil menulis dikomputer, sambil tiduran, dan sebagainya.

Gendhing-gendhing instrumentalia membutuhkan tabuhan yang jitu. Karena instrumen gamelan itu alat berekspresi, tentu memiliki strategi khas dalam memukul (menabuh) atau membunyikannya. Strategi itu yang disebut olah seni karawitan. Ketika gamelan dibunyikan dalam karawitan, tidak berdiri sendiri, melainkan dirangkai dengan bidang lain, seperti vocal (swara) manusia. Tatacara menabuh gamelan pun dariwaktu ke waktu bisa berubah.


(62)

Semua titilaras (notasi) gamelan masih sederhana, namun belakangan semakin berkembang ke hal-hal estetis dan artistik. (Suwardi Endraswara, 2008 : 35-36) D. Nama Ricikan Gamelan Jawa

Ricikan (waditra) adalah nama semua instrumen gamelan. Alat-alat bunyi gamelan itu disebut ricikan, baik yang menabuh satu maupun yang tabuh dua. Bahkan ada pula ricikan yang digesek, dipetik, dan disebul. Pada dasarnya ricikan gamelan dibagi menjadi tiga macam, menurut bentuk dan wujudnya (Widodo, 1996:1), yaitu : (a) Bilah, ujud dan bentuknya seperti bilah. Yang termasuk ricikan bilah, antara lain : Demung, Slenthem, Saron Barung, Saron Penerus, Gender Barung, Gender Penerus, Gambang (bilah kayu) ; (b) Pencon atau pencu, ujud dan bentuknya seperti pen-con (ricikan yang mempunyai pencon atau pencu). Yang termasuk ricikan pencon/pencu, antara lain : Kenong, Kempul, Gong Besar, Gong Suwukan, Bonang Barung, Bonang Penerus, Kethuk, Kempyang, Engkuk-Kemong ; (c) Bentuk lain-lain, yaitu : Site, Rebab, Ken-dhang, Suling, dan Kemanak.(Suwardi Endraswara, 2008 : 46).

Disebut ricikan balungan bertabuh satu biasanya disebut ricikan pokok. Nada-nada pada ricikan balungan, dibuat hanya dalam satu gembyang (satu oktaf) saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara berurutan. Fungsi ricikan balungan pada sajian karawitan adalah sebagai pemangku lagu. Maksudnya sebagai penegas atau menunjukkan lagu yang sebenarnya, lagu pokoknya. Selanjutnya Widodo dalam Suwardi Endraswara


(63)

(2008:47-57) memberikan uraian nama-nama gamelan dan gambarnya sebagai berikut :

(a)Slenthem

Gambar 4. Gambar slenthem laras pelog dan laras slendro. (Suwardi Endraswara, 2008 :47)

(b)Demung

Gambar 5. Gambar demung laras pelog dan slendro (Suwardi Endraswara, 2008 :47)


(64)

(c)Saron Barung

Ricikan Saron Barung termasuk ricikan balungan atau ricikan pokok. Nada-nada pada ricikan Saron Barung dibuat dalam satu gembyang (satu oktaf) saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara berurutan. Fungsi ricikan Saron pada sajian karawitan adalah sebagai pemangku lagu, maksudnya adalah penegas atau menunjukkan lagu pokoknya.

Gambar 6. Nama saron barung pelog mupun slendro (Suwardi Endraswara, 2008 : 48)

(d)Saron Penerus (Peking)

Nada-nada saron penerus dibuat satu gembyang (satu oktaf). Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi, secara berurutan. Fungsi ricikan Saron Penerus pada sajian karawitan adalah sebagai pemangku lagu (pembuat lagu)


(65)

Gambar 7. Gambar saron penerus pelog maupun slendro (Suwardi Endraswara, 2008 :48)

(e)Siter

Siter dibuat dari kayu, kawat lempengan besi. Siter dapat menghasilkan nada-nada Slendro dan Pelog. Tinggal menyetel sesuai dengan keinginannya. Akan menginginkan laras slendro, pelog nem atau pelog barang.

Gambar 8. Siter


(66)

(f) Kendhang

Kendhang bila ditabuh, akan menghasilkan suara atau bunyi, antara lain : (tong), t (tak), p (thung), b (dah, atau dang), I (ket), ti (tlang), bl(delang), dll.fungsi kendhang adalah pamurba irama dan sebagai variasi lagu.

Gambar 9. Gambar sepasang kendhang (Suwardi Endraswara, 2008 :50)

(g) Bonang Barung

Bonang barung digunakan untuk buka gendhing, berwujud pencon (brunjung) dan dhempok. Bonang ditabuh dengan dua pukul. Bonang itu diletakkan dalam sebuah rancakan gamelan.


(67)

Gambar 10. Gambar bonang barung pelog maupun slendro (Suwardi Endraswara, 2008 :51)

(h) Kethuk dan Kempyang

Kethuk slendro bernada 2 sedang, kempyang slendro bernada 1 (kecil). Kethuk pelog bernada 6 (besar) dan Kempyang Pelog bernada 1 (kecil). Fungsi kethuk : Pemangku irama. Tugas : menegaskan irama.

Gambar 11. Gambar kethuk kempyang pelog maupun slendro. (Suwardi Endraswara, 2008 :52)


(68)

(i) Kenong

Kenong terdiri dari kenong Slendro dan Kenong Pelog. Kenong slendro bernada : 1, 2, 3, 5, dan 6. Kenong pelog bernada : 7, 1, 2, 3, 5, dan 6. Fungsi kenong adalah menentukan batas-batas gatra, dan menegaskan irama.

Gambar 12. Gambar perangkat kenong (Suwardi Endraswara, 2008 :52) (j) Kempul

Kempul terdiri dari kempul pelog maupun slendro. Fungsi kempul : pemangku irama. Tugas : menegaskan irama.

Gambar 13. Gambar dari kempul (Suwardi Endraswara, 2008 :53)


(69)

(k) Gong

Gong dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Gong Siyem, gong ini bernada 1 (besar). Besarnya diantara Kempul dan Gong gedhe (besar), 2. Gong Suwukan, gong ini bernada 2 (sedang), besarnya diantara Kempul dan 3. Gong gedhe(besar).

Gambar 14. Gambar Gong (Suwardi Endraswara, 2008 :53) (l) Rebab

Rebab dibuat dari bahan galih kayu asem, galih kayu sana, babad (perut besar sapi) yang dikeringkan, kawat, kain budru. Rebab dapat menghasilkan nada-nada Slendro dan Pelog dengan tata jari. Rebab ini biasanya digunakan untuk wirama alus.


(70)

Gambar 15. Gambar Rebab (Suwardi Endraswara, 2008 :54)

(m) Suling

Suling dibuat dari bahan pokok bamboo kecil. Suling terdiri dari Suling Slendro dan Suling Pelog. Perbedan antara Suling Slendro dan Suling Pelog adalah pada letak lobang-lobangnya.

Gambar 16. Gambar suling laras pelog dan slendro. (Suwardi Endraswara, 2008 :54-55)


(71)

(n) Gambang

Gambang dibuat dari bahan pokok kayu yang dipilih, kualitas suaranya yang baik. Nada-nada Gambang terdiri dari empat gembyang atau oktaf. Dari nada 5 (lima titik dua bawah) sampai 5 (lima titik satu aras). Gambang terdiri dari Gambang Slendro dan Gambang Pelog.

Gambar 17. Gambar gambang pelog dan slendro (Suwardi Endraswara, 2008 :55)

(o) Gender Barung

Gender barung dibuat dari bahan pokok kuningan, perunggu, atau besi. Kayu jati sebagai rancakan, benang sebagai pluntur, seng


(72)

sebagai bumbungan. Nada-nada pada Gender barung adalah dari nada 6 (enam titik dua bawah) sampai 3 (tiga titik dua atas).

Gambar 18. Gambar Gender Barung (Suwardi Endraswara, 2008 :56) (p) Gender Penerus

Gender penerus bentuknya lebih kecil dari gender barung. Nada-nada Gender Penerus adalah dari nada 6 (nem sedang sampai nada 3 (tiga titik atas dua).

Gambar 19. Gambar gender penerus (Suwardi Endraswara, 2008 :57)


(73)

B.Kerangka Pemikiran

Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan bimbingan maupun pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah berlangsung. Pemuda Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Masa depan suatu bangsa ditentukan dari generasi penerusnya, yaitu kaum muda. Kaum muda memang masih memiliki karakter dan mental yang labil. Dalam usia dini, pemuda terus berproses mencari jati diri dan arah tujuan hidup mereka. Dalam kondisi rentan seperti ini, mereka mudah tercoret warna pergaulan negatif. Banyak terjadi penyimpangan dan kenakalan-kenakalan yang ditimbulkan akibat kurang kuatnya pondasi mereka seperti malas-malasan, sering menunda pekerjaan, apatis, pengangguran maupun penyalagunaan narkoba.

Namun jika pemuda memiliki keyakinan yang teguh, mereka akan menjadi tombak perubahan masyarakat dan bangsanya. Berbagai hal negatif yang dapat menempa kaum muda akan musnah dengan adanya keyakinan yang positif dan semangat. Pemuda akan membawa pembaharuan dan perubahan baik dengan harta terpendam yang telah ada dalam dirinya yaitu potensi yang dimilikinya.

Dalam hal ini, peran Karang Taruna yang seharusnya ditingkatkan malah semakin pudar. Oleh sebab itu, kelompok usia ini masih terus harus dibina, dibimbing dan diarahkan. Karang Taruna MAP’S menjadi salah satu organisasi pemuda yang salah satu programnya berfokus kepada pemberdayaan pemuda.


(74)

Perwujudan program yang disusun ini berupa kegiatan-kegiatan pemberdayaan. Karang Taruna MAPS sudah melaksanakan pemberdayaan pemuda melaui karawitan jawa di Dusun Plumbon, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, Wonogiri. Dalam pelaksanaan program tersebut disusun untuk memberdayakan pemuda serta untuk mendorong perkembangan dan penyaluran potensi pemuda sehingga peran Karang Taruna menjadi penting dalam pemberdayaan ini. Dengan adanya pemberdayaan ini diharapkan dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi pemuda.

Berikut adalah kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Gambar 20. Kerangka Berfikir Pemuda

Potensi Pemuda

Karang Taruna MAPS 03

Pemberdayaan pemuda

Proses

Dampak Negatif

Positif

Faktor Penghambat Faktor


(1)

(2)

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)

5. Surat Penelitian Dari Kosbangpol Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah