31
Sementara itu, yang menjadi fungsi dari karang taruna sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77HUK2010 tentang
Pedoman Dasar Karang Taruna dalam pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut : “Pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya”. Berdasarkan uraian diatas mengenai fungsi karang taruna sebagai
pemupuk kreativitas, hal ini sesuai dengan ciri dari generasi muda itu sendiri yaitu “kreativitasnya” Simandjutak, 1990:87. Berkaitan dengan pengertian
kreativitas tersebut, sangat relevan dengan pendapat Supriadi 1997:7 mendefinisikan kreativitas sebagai “kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya”.
Kemampuan seperti yang dikemukakan diatas menjadi penting dimiliki oleh setiap orang maupun generasi muda pada khususnya karena diera
globalisasi saat ini memang bisa digunakan untuk tolok ukur keberhasilan seseorang. Pengembangan kemampuan tersebut bisa diwujudkan melalui suatu
wadah organisasi, yaitu karang taruna dengan melakukan berbagai kegiatan- kegiatan yang positif didalamnya.
32
4. Konsep Budaya
A. Pengertian Budaya
Mempelajari pengertian kebudayaan bukanlah suatu kegiatan yang mudah dan sederhana, karena banyak sekali batasan konsep dari berbagai
bahasa, sejarah, sumber bacaan atau literatur baik yang berwujud ataupun yang abstrak dari kelompok orang atau masyarakat. Dalam hal pendekatan
metode juga telah banyak disiplin ilmu lain yang juga mengkaji berbagai macam permasalahan terkait kebudayaan seperti sosiologi, psikoanalisis,
psikologi perilaku dan sebagainya yang masing-masing mempunyai tingkat kejelasan sendiri-sendiri tergantung pada konsep dan penekanan
masing-masing.
Apabila ditinjau dari asal katanya, maka ‘Kebudayaan’ berasal dari
bahasa sansekerta buddhahaya yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Secara etimologis, kata “kebudayaan” berarti hal-hal yang berkaitan dengan “akal”. Namun ada pula anggapan bahwa kata
“budaya” berasal dari kata majemuk budhidaya yang berarti “daya dari
budi” atau “daya dari akal” yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Selanjutnya, Koentjaraningrat 1980 mendefinisikan Kebudayaan sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karya”. Dengan kata lain,
“Kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh
manusia karena pemikiran dan karyanya”.
Lebih spesifik lagi,E. B Taylor, dalam bukunya “Primitive Cultures”,
mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang
33
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, koral, hukum, adat istiadat kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Elly M Setiadi, 2007:27
Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem
tersebut berbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana
pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun system tersendiri dalam kumpulan
masyarakat. B.
Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann dalam Koenjtaraningrat, 2000 membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ yaitu 1 ideas, 2 activities, dan 3 artifact, dan
ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusiadalam masyarakat. 3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
34
Selanjutnya, mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M. Setiadi dkk dalam buku Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar 2007:29-30 memberikan
penjelasan sebagai berikut : 1.
Wujud Ide Wujud tersebut menunjukan ide dari kebudayaan, sifatnya
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan
perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2. Wujud Perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini
bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba,
dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer.
35
C. Unsur Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat mengambil sari dari berbagai kerangka yang
disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang
kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, antara lain : 1.
Bahasa 2.
Sistem Pengetahuan 3.
Organisasi Sosial 4.
Sistem Peralatan hidup dan Teknologi 5.
System Mata Pencaharian 6.
Sistem Religi 7.
Kesenian Mengenai unsur kebudayaan diatas, karawitan termasuk unsur kesenian
dalam unsur-unsur kebudayaan. Jadi, seni kawaitan merupakan suatu kebudayaan yang harus tetap dilestarikan.
5. Pengertian Karawitan
A. Arti Karawitan Jawa
Karawitan karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhiran an. Rawit berarti halus, lembut, lungit. Secara
etimologis, istilah “karawitan” juga ada yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhiran an. Rawita adalah sesuatu
yang mengandung rawit. Rawit berarti halus, remit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil, renik, rinci,
halus, atau indah. Suwardi Endraswara, 2008:23
36
Selanjutnya, Suwardi
Endraswara, 2008:23
mengatakan penambahan awalan ke atau- ka dan akhiran an pada kata dasar rawit
mengubah bentuk kata dasar tersebut menjadi karawitan atau karawitan, yang merupakan kata benda. Adapun istilah karawitan berasal dari
penyingkatan bunyi pengucapan suku kata kara dalam kata karawitan menjadi kra. Agak dekat dengan kata rawit, juga dikenal kata lain yang
setara artinya, misalnya, kata ruwit, hanruwit, angruwit, ngruwit, hangrawit, angrawit, ngrawit, hangruwet, angruwet, ngruwet, ruwet,
rumet, atau rumit. Semua kata ini mengacu pada pengertian yang sama, yaitu kecil, potongan kecil, rinci, rincian, bagian, atau bagian-bagian yang
sangat kecil ukurannya. Istilah karawitan sering juga diartikan sebagai kehalusan atau keindahan. Selain itu, secara umum ada juga yang
mengartikannya sebagai musik tradisional Indonesia. Karawitan mempunyai dua arti yakni: arti umum dan arti khusus.
Dalam arti umum, berarti musik jawa tradisional, daalam arti khusus adalah seni vokal, yang dikemas dengan instrumental yang berlaras
slendro dan pelog. Secara khusus, istilah karawitan lebih mengacu pada pengertian seni suara yang menggunakan gamelan laras slendro
dan laras pelog. Pengertian itupun sesungguhnya masih sangat kasar, karena pada kenyataannya, di dalam karawitan terdapat mendium
suara manusia karawitan vokal, suara instrument gamelan karawitan instrumental, dan gabungan keduanya karawitan vocal instrumental.
Bahkan salam perkembangan selanjutnya, beberapa komposer berusahaha memasukan suara-suara lain di luar suara manusia dan
instrumen gamelan. Suwardi Endraswara, 2008:24
Dalam pengertian umum dan khusus itu, lalu muncul berbagai istilah lain yang disebut gendhing sekar dan sekar gendhing, adalah alunan suara dalam
karawitan yang dibarengi dengan sekar tembang. Sedangkan sekar gendhing,