44
Namun, realita sulit terbayangkan bahwa memang belajar karawitan yang paling penting adalah faktor pengalaman. Pengalaman menjadi guru terbaik
bagi orang-orang yang mempelajari gendhing-gendhing. Pengalaman dapat diperoleh dari dua hal, yaitu : 1 terjun langsung,
menabuh, entah hanya balungan, mengerti perjalanan sebuah gendhing, 2 merekam, mendengarkan sebuah sajian karawitan, kemudian mencocokan
dengan titilaras secara tertulis. Pengalaman 1 dan 2 sama-sama amat berharga bagi calon penabuh gendhing. Orang yang telah berkali-kali
mendengar, mengikuti, dan menabuh jauh lebih mampu merasakan sajian karawitan.
Orang yang telah berpengalaman, akan semakin sigap menabuh gamelan. Sebab, gendhing ada yang menggunakan garap, ada pula yang lugu. Bagi
gendhing lagu, mungkin yang terbiasa menabuh tinggal menyesuaikan diri. Sebaliknya, bagi gendhing garapan amat membutuhkan keseriusan dalam
menabuh. Gendhing garapan menuntut pengalaman kebersamaan. Dari berbagai argument yang dikemukakan diatas, belajar karawitan
memang seharusnya harus dibumbui sikap usaha terus-menerus, selalu bertanya, penasaran, dan mudah tergoda dengan pergelaran agar nantinya
dapat membantu kemauan si pembelajar untuk terus-menerus meningkatkan diri.
45
C. Instrumentalia dan Gamelan
Instrumen adalah segala bunyi instrumen gamelan jawa. Instrumentalia adalah hasil bunyi gamelan, tanpa iringan vocal apapun. Bunyi-bunyian
semacam ini biasanya digunakan untuk mengawali berbagai ragam tradisi Jawa. Dari suara gamelan yang dibunyikan, tampak mengesankan, menyayat
dan penuh aroma keindahan. Gamelan berarti instrumen musik jawa. Gamelan adalah alat mengekspresikan gagasan orang Jawa melalui alat yang ditata
estetis. Selama ini gamelan jawa masih mendominasi dalam berbagai perhelatan Jawa apapun. Sebagai sebuah alat khusus, gamelan ada yang dibuat
dari perunggu, besi, bamboo, dan kayu. Perpaduan berbagai unsur pembuatan gamelan akan mempengaruhi suara gamelan itu sendiri.
Instrumentalia dapat menjadi hiasan estetis pada tape recorder di mobil, mengiringi perhelatan, dan sebagainya. Yang instrumentalia biasanya digarap
yang lebih indah. Permainan gamelan mulai dari kendang sampai instrumen yang lain digarap matang, hingga memunculkan kesan yang ritmis. Pendek
kata, instrumentalia akan menjadi pengantar kesibukan, sambil menulis dikomputer, sambil tiduran, dan sebagainya.
Gendhing-gendhing instrumentalia membutuhkan tabuhan yang jitu. Karena instrumen gamelan itu alat berekspresi, tentu memiliki strategi khas
dalam memukul menabuh atau membunyikannya. Strategi itu yang disebut olah seni karawitan. Ketika gamelan dibunyikan dalam karawitan, tidak berdiri
sendiri, melainkan dirangkai dengan bidang lain, seperti vocal swara manusia. Tatacara menabuh gamelan pun dariwaktu ke waktu bisa berubah.
46
Semua titilaras notasi gamelan masih sederhana, namun belakangan semakin
berkembang ke hal-hal estetis dan artistik. Suwardi Endraswara, 2008 : 35-36 D.
Nama Ricikan Gamelan Jawa
Ricikan waditra adalah nama semua instrumen gamelan. Alat-alat bunyi gamelan itu disebut ricikan, baik yang menabuh satu maupun yang tabuh dua.
Bahkan ada pula ricikan yang digesek, dipetik, dan disebul. Pada dasarnya ricikan gamelan dibagi menjadi tiga macam, menurut bentuk dan wujudnya
Widodo, 1996:1, yaitu : a Bilah, ujud dan bentuknya seperti bilah. Yang termasuk ricikan bilah, antara lain : Demung, Slenthem, Saron Barung, Saron
Penerus, Gender Barung, Gender Penerus, Gambang bilah kayu ; b Pencon atau pencu, ujud dan bentuknya seperti pen-con ricikan yang mempunyai
pencon atau pencu. Yang termasuk ricikan penconpencu, antara lain : Kenong, Kempul, Gong Besar, Gong Suwukan, Bonang Barung, Bonang
Penerus, Kethuk, Kempyang, Engkuk-Kemong ; c Bentuk lain-lain, yaitu : Site, Rebab, Ken-dhang, Suling, dan Kemanak.Suwardi Endraswara, 2008 :
46. Disebut ricikan balungan bertabuh satu biasanya disebut ricikan pokok.
Nada-nada pada ricikan balungan, dibuat hanya dalam satu gembyang satu oktaf saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi
secara berurutan. Fungsi ricikan balungan pada sajian karawitan adalah sebagai pemangku lagu. Maksudnya sebagai penegas atau menunjukkan lagu yang
sebenarnya, lagu pokoknya. Selanjutnya Widodo dalam Suwardi Endraswara
47
2008:47-57 memberikan uraian nama-nama gamelan dan gambarnya sebagai berikut :
a Slenthem
Gambar 4. Gambar slenthem laras pelog dan laras slendro. Suwardi Endraswara, 2008 :47
b Demung
Gambar 5. Gambar demung laras pelog dan slendro Suwardi Endraswara, 2008 :47
48
c Saron Barung
Ricikan Saron Barung termasuk ricikan balungan atau ricikan pokok. Nada-nada pada ricikan Saron Barung dibuat dalam satu
gembyang satu oktaf saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara berurutan. Fungsi ricikan Saron pada sajian
karawitan adalah sebagai pemangku lagu, maksudnya adalah penegas atau menunjukkan lagu pokoknya.
Gambar 6. Nama saron barung pelog mupun slendro Suwardi Endraswara, 2008 : 48
d Saron Penerus Peking
Nada-nada saron penerus dibuat satu gembyang satu oktaf. Bilah nada disusun dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi, secara
berurutan. Fungsi ricikan Saron Penerus pada sajian karawitan adalah sebagai pemangku lagu pembuat lagu
49
Gambar 7. Gambar saron penerus pelog maupun slendro Suwardi Endraswara, 2008 :48
e Siter
Siter dibuat dari kayu, kawat lempengan besi. Siter dapat menghasilkan nada-nada Slendro dan Pelog. Tinggal menyetel sesuai
dengan keinginannya. Akan menginginkan laras slendro, pelog nem atau pelog barang.
Gambar 8. Siter Suwardi Endraswara, 2008 :49