124
Tabel 4.11 Data Hasil Penilaian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Siklus I
No. Aspek yang
diamati Skor
Rata-rata Pertemuan
1 2
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
3 4 3,5 2
Menyampaikan informasi 4 4 4
3 Pembentukan kelompok asal dan kelompok ahli
3 3 3 4
Membaca materi dan LKS 3 3 3
5 Diskusi kelompok ahli
3 4 3,5 6
Diskusi kelompok asal laporan kelompok 3 3 3
7 Diskusi kelas Laporan Klasikal
3 3 3 8
Pemberian kuis 3 3 3
9 Pemberian penghargaan kelompok
3 3 3
Jumlah 28
30 29
Nilai 77,78
83,33 80,56
Kriteria AB
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi memperoleh nilai sebesar 80,56 dengan kriteria AB. Nilai tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 71.
4.1.1.3 Refleksi
Data yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus I yaitu berupa tes dan non tes. Hasil tes menggunakan nilai pretes dan tes formatif, sedangkan non tes
menggunakan angket motivasi siswa terhadap IPS, lembar aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok, lembar penilaian performansi guru dalam proses
pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, serta lembar penilaian
performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data-data hasil pengamatan tersebut dilakukan oleh guru mitra dan teman sejawat.
125
Selanjutnya, data tersebut direfleksi oleh peneliti. Tujuan melakukan refleksi yaitu untuk mengevaluasi hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan
pada siklus I. Hasil evaluasi berupa kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan tindakan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata
pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Selanjutnya, hasil evaluasi
digunakan sebagai acuan perbaikan dalam penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya siklus II. Proses evaluasi dilakukan oleh peneliti di akhir setiap
pertemuan pada tindakan siklus I yang didasarkan pada hasil diskusi peneliti bersama guru mitra dan teman sejawat mengenai hambatan-hambatan dan
masalah yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran siklus I. Sebelum pelaksanaan siklus I, peneliti mengadakan pretes dan pengisian
angket tentang motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS. Adapun hasil nilai pretes yang diikuti oleh 33 siswa yaitu sebesar 61,82 36,36. Hal ini,
menunjukkan bahwa hasil pretes belum sesuai harapan KKM ≥71 dan belum
mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 75. Walaupun demikian, motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS
cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil angket memperoleh persentase 87,17 dengan kriteria sangat tinggi. Dengan demikian, hasil belajar siswa
sebelum diadakan tindakan siklus I masih termasuk dalam ketegori rendah. Rendahnya hasil belajar disebabkan karena guru dalam kegiatan pembelajaran
belum optimal, penggunaan model pembelajaran belum variatif dan inovatif. Setelah pretes dan pengisian angket, selanjutnya diterapkan tindakan
pembelajaran inovatif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
126
tipe jigsaw. Rata-rata nilai tes formatif siklus I diperoleh angka sebesar 75,87 60,61. Dengan demikian, hasil belajar siswa pada putaran pertama belum
mencapai ketuntasan belajar kasikal 75. Selain itu, persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 70,10 dengan kriteria tinggi dan hasil penilaian aktivitas
kelompok siswa memperoleh angka sebesar 75,13 dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan rata-rata nilai tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I telah mengalami peningkatan secara klasikal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perolehan nilai pada siklus I telah melebihi nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu 71. Namun, ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan sebesar 75.
Aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 70, yaitu hanya 58,82 dengan
kriteria tinggi. Hal ini disebabkan siswa kurang percaya diri meskipun mereka mampu memecahkan masalah dalam kelompok, siswa kurang berani bertanya dan
mengungkapkan pendapat dan siswa terkesan ragu dan malu ketika diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Sementara, pada siklus I pertemuan kedua,
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 81,39 dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan angka tersebut telah mencapai indikator keberhasilan
sebesar 70. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I, ditunjukkan dengan ketika diberi kesempatan, terdapat beberapa siswa yang
berani berpendapat. Terdapat pula beberapa siswa berani menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang sedang dipelajari.
Selain itu, aktivitas kelompok siswa pada siklus I juga meningkat. Dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai pada pertemuan pertama sebesar
127
69,75 dengan kriteria tinggi menjadi 80,50 dalam kriteria sangat tinggi. Dengan demikian, aktivitas kelompok siswa pada siklus I juga telah meningkat
yaitu dengan perolehan rata-rata nilai siklus I mencapai 75,13 dengan kriteria sangat tinggi dan telah mencapai indikator keberhasilan 70.
Performansi guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I mendapat nilai 82,81 dengan kriteria AB, dan penilaian pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I sebesar 77,50 dengan kriteria B. Nilai akhir performansi guru pada siklus I sebesar 81,16 dengan kriteria AB. Hal tersebut telah mencapai indikator
keberhasilan dalam perfomansi guru sebesar 71. Pada siklus I pertemuan pertama, performansi guru dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh nilai sebesar 77,78. Perolehan angka tersebut dapat dikategorikan
dalam kriteria B. Namun, pada pelaksanaan model tersebut, guru terlihat belum dapat mengondisikan kelas, guru masih berpusat pada satu kelompok tertentu dan
kurang memperhatikan alokasi waktu yang ditentukan sehingga pembelajaran yang berlangsung terlihat tergesa-gesa. Selain itu, penggunaan media power point
belum dimanfaatkan secara maksimal, terbukti belum adanya interaksi antara siswa dengan media tersebut. Guru hanya berpusat pada tampilan materi pada
laptop sehingga aktivitas siswa tidak terarah dan diluar bimbingan guru. Selanjutnya, pada pertemuan kedua, performansi guru dalam menerapkankan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat menjadi 83,33 dengan kriteria AB. Perolehan nilai performansi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I sebesar 80,56 dengan kriteria AB.
128
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I terjadi peningkatan pada pertemuan pertama dan kedua. Peningkatan tersebut diupayakan
melalui proses refleksi pada setiap akhir pertemuan. Hal ini bertujuan agar peningkatan terjadi tidak hanya pada setiap siklus saja, melainkan peningkatan
juga terjadi pada setiap pertemuan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap pertemuan dijadikan sebagai acuan perbaikan pada pertemuan selanjutnya
sehingga diharapkan terjadi peningkatan yang berkelanjutan. Walaupun demikian, peningkatan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan.
Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan mencari solusi untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Kekurangan atau masalah yang berhasil
diidentifikasi saat pelaksanaan tindakan siklus I tersebut diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan performansi guru. Identifikasi masalah
atau hambatan yang berasal dari siswa yaitu: 1
Keberadaan siswa yang belum terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
2 Siswa kesulitan dalam mengadakan perpindahan dari kelompok asal ke
kelompok ahli dan sebaliknya, 3
Ketika pengerjaan LKS atau tes formatif, terlihat ada siswa yang berusaha mencari jawaban dari teman mencontek,
4 Siswa belum berani bertanya maupun berpendapat,
5 Siswa mengalami kebingungan dalam menghitung skor kemajuan
kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga masih dibantu guru,
129
6 Keberanian siswa dalam menjelaskan materi pada kelompok asal terlihat
ragu dan malu, dikarenakan siswa belum terbiasa mengajar teman sendiri, dan
Sementara, hasil pengamatan terhadap performansi guru menunjukkan adanya kekurangan dalam proses pembelajaran. Kekurangan tersebut yaitu:
1 Guru belum memberi kesempatan siswa untuk bertanya,
2 Guru belum memberikan arahan dalam pembagian kelompok,
3 Guru masih terlau cepat dalam menjelaskan materi,
4 Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga beberapa
siswa masih cenderung pasif dalam kegiatan diskusi kelompok, 5
Guru belum memberi siswa dalam mencatat rangkuman pelajaran, 6
Guru kurang optimal dalam mengelola pembelajaran, sehingga kekurangan waktu dalam menganalisis hasil belajar siswa, dan
7 Guru masih sebagai pusat pembelajaran, sehingga masih banyak siswa
yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.
4.1.1.4 Revisi