74
Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 10-1 poin di bawah skor awal
10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30 Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 30
Slavin 2010: 159 Slavin mengemukakan bahwa untuk menghitung skor tim,
menggunakan rumus berikut: N
jumlah total perkembangan anggota jumlah anggota kelompok yang ada
Asma 2006: 91 3
Merekognisi prestasi tim Pemberian penghargaan disesuaikan dengan perolehan poin
perkembangan kelompok. Predikat penghargaan tersebut terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelompok baik, hebat, dan super. Tabel
2.2 merupakan sajian predikat penghargaan tersebut. Tabel 2.2. Predikat Penghargaan Kelompok
No. Perolehan rata-rata poin
Predikat 1
2 3
15 20
25 Good Teamkelompok baik
Great Teamkelompok hebat Super Teamkelompok super
Asma 2006: 91
2.2 Kajian Empiris
Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu Sumardi, Astiti dan
Ashshiddiqi.
75
Sumardi 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Siasem 03 Brebes” hasilnya membuktikan bahwa rerata nilai siswa pada siklus I yaitu 55 meningkat pada siklus II menjadi 81,60. Selain itu,
ketuntasan belajar klasikal pada siklus I mencapai 76,00 meningkat pada siklus II menjadi 92,50. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 54,69
meningkat menjadi 96,90, pada siklus II. Selanjutnya, performansi guru pada siklus I mencapai 90,00 meningkat pada siklus II menjadi 92,50. Begitu juga
terjadi peningkatan pada penerapan jigsaw, pada siklus I mencapai 67,05 meningkat menjadi 82,90, pada siklus II.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diteliti oleh Pungkas Astiti 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Padasugih 01 Brebes pada Materi Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”. Hasilnya membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Padasugih 01 Brebes. Hal
ini, dapat dilihat dari keaktifan belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari 75, hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, dengan rata-rata nilai hasil belajar kelas ekperimen 78,14 dan kelas kontrol 70,30.
Selanjutnya, skripsi Ashshiddiqi 2011 yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Alat Indera Manusia melalui Model Jigsaw
76
di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Watesalit 02 Batang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa, baik secara individu
maupun kelompok pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 68,83 meningkat menjadi
75,33, pada siklus II. Peningkatan hasil belajar diikuti pula peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 86,04 menjadi 90, pada siklus
II. Selain itu, aktivitas kelompok pun meningkat yaitu 83,03 pada siklus I menjadi 98, pada siklus II.
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih terarah untuk saling bekerja sama dan saling
membantu, bertukar informasi dan saling bertanggung jawab atas kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini berdampak positif
pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir