76
di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Watesalit 02 Batang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa, baik secara individu
maupun kelompok pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 68,83 meningkat menjadi
75,33, pada siklus II. Peningkatan hasil belajar diikuti pula peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 86,04 menjadi 90, pada siklus
II. Selain itu, aktivitas kelompok pun meningkat yaitu 83,03 pada siklus I menjadi 98, pada siklus II.
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih terarah untuk saling bekerja sama dan saling
membantu, bertukar informasi dan saling bertanggung jawab atas kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini berdampak positif
pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa SD. Keberadaan IPS dianggap kurang populer dan masih dianggap sebagai
mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Terbukti bahwa materi kajian mata pelajaran IPS bersifat abstrak dan berisi fakta-fakta masa lalu hingga masa kini
yang harus dihafalkan oleh siswa. Proses pembelajaran saat ini guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif. Hal ini, menyebabkan minat dan
77
perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS menjadi berkurang dan aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengalami kegiatan membangun pengetahuan sendiri. Interaksi sosial antar siswa juga kurang terbangun. Hal ini dapat berdampak negatif pada rendahnya hasil
belajar siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya upaya peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS khususnya jenjang sekolah dasar. Salah satu upaya peningkatan pembelajaran IPS yaitu dengan menerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model jigsaw menjadikan siswa belajar dalam kelompok kecil. Siswa melakukan aktivitas belajar untuk
menemukan konsep, memberi dan menerima pengetahuan, membangun kerja sama, dan siswa berlatih menerima perbedaan ras, budaya, kelas sosial, dan
kemampuan serta dilatih adanya rasa tanggung jawab dan kemandirian serta ketergantungan positif antarsiswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah banyak diterapkan di sekolah baik jenjang dasar maupun menengah. Namun, masih banyak kekurangan
yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kekurangan tersebut yaitu kontribusi dari siswa yang berprestasi rendah akan
menjadi kurang. Sementara, siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan yang disebabkan karena siswa tersebut harus membantu
temannya yang berkemampuan rendah. Hal ini dikarenakan peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Dalam penelitian tindakan kelas ini,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedikit berbeda dengan jigsaw yang telah banyak digunakan. Perbedaan tersebut yaitu dengan cara
78
mengadaptasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan situasi dan kebutuhan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada model
pembelajaran kooperatif. Proses adaptasi tersebut berdasarkan pada prinsip- prinsip dasar yaitu dengan menawarkan semacam penghargaan rekognisi bagi
tim yang berhasil dengan baik, mengadakan “kelompok laboratorium” dimana setiap siswa memiliki tugas dan tanggung jawab membuat laporan tunggal untuk
memotivasi siswa melakukan yang terbaik, dan penentuan sistem skor yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berkontribusi terhadap skor tim yang
harus dicapai. Selain itu, dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
peneliti juga memodifikasi dengan penggunaan nama kelompok dan identitas anggota kelompok serta penggunaan media pembelajaran IPS yang lebih
interaktif. Dengan demikian, keberadaan kelompok siswa akan lebih berdayaguna dan termotivasi supaya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih terarah.
Pembelajaran yang terjadi tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Begitu juga dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar tidak lagi
pada aspek kognitif saja melainkan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga, dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS.
Berikut ini, bagan 2.2 merupakan bagan kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan tersebut, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
79
belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1
Tegal.
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir dalam PTK
2.4 Hipotesis Tindakan