PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN 2010 2011

(1)

commit to user

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA

PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI COLOMADU

TAHUN 2010/2011

Oleh:

FELI FIRDIANAWATI K 7407180

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 7 Februari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Siswandari, M.Stats Sri Sumaryati, S.Pd., M.Pd


(3)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal : Maret 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang tanda tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd

Sekretaris : Drs. Sukirman, MM

Anggota I : Prof. Dr. Siswandari, M.Stats Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd., M.Pd Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 1316581653


(4)

commit to user ABSTRAK

Feli Firdianawati.K7407180.PENERAPAN PADA PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MATA PELAJARAN

AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN AJARAN 2010/2011, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa akuntansi kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu yang berjumlah 40 siswa. Obyek penelitian pada penelitian tindakan ini adalah aktivitas siswa yaitu keaktifan siswa ketika bertanya, berdiskusi dan mengerjakan soal selama proses pembelajaran. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini antara lain informan, lokasi, peristiwa, dokumen dan arsip. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi dan (4) refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 6 x 45 menit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa pembelajaran akuntansi melalui penerapan metode pembelajaran jigsaw. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Peningkatan keaktifan bertanya 15% (dari 75% pada siklus 1 menjadi 90% pada siklus 2) (2) Peningkatan kerjasama siswa dalam diskusi sebesar 25% (dari 70% pada siklus 1 menjadi 95% pada siklus 2) (3) Peningkatan pencapaian hasil belajar sebesar 17,5% (dari 75% pada siklus 1 menjadi 92,5%).


(5)

commit to user

Peningkatan tertinggi terjadi pada kerjasama siswa, karena dalam pembelajaran jigsaw ini, dituntut kerjasama kelompok untuk diskusi dan siswa yang memiliki nilai yang bagus memberikan informasi ke siswa lain.


(6)

commit to user ABSTRACT

Feli Firdianawati. K7407180. THE APPLICATION OF JIGSAW MODEL OF COOPERATIVE LEARNING APPROACH TO IMPROVE THE STUDENT ACTIVITY IN ACCOUNTING LEARNING IN XI IPS 2 GRADERS OF SMA NEGERI COLOMADU IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, February. 2011.

The objective of research is to find out the application of jigsaw model of cooperative learning approach in the attempt of improving the accounting student activity in XI IPS 2 Graders of SMA Negeri Colomadu in the school year of 2010/2011.

This study employed a classroom action research (CAR) approach using cycle strategy. The subject of research was XI IPS 2 Graders of SMA Negeri Colomadu consisting of 40 students. The object of research in this action research was the student activity, that is, the student activeness in asking question, discussion, and working on the problem during learning process. This study was carried out in collaboration between the researcher, class teacher and involving student participation. The data source employed in this action research included informant, location, event, document and archive. The research process was carried out in two cycles, each of which consists of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) reflecting. Each cycle was carried out in 3 meetings, with time allotment 6 x 45 minutes for each meeting.

Considering the research conducted, it can be concluded that there is an increase in student activity in accounting learning through the application of jigsaw learning method. It is reflected by several indicators, as follows: (1) the increase in asking question activeness is 15% (from 75% in cycle 1 to 90% in


(7)

commit to user

cycle 2); (2) the increase in student cooperation in discussion is 25% (from 70% in cycle 1 to 95% in cycle 2); and (3) the increase in learning achievement is 17.5% (from 75% in cycle 1 to 92.5% in cycle 2), the score before implementation is 67.75, while after implementation it increases to 80.12 in cycle I and 86.2 in the end of cycle II. The highest increase occurs in student cooperation, because in this jigsaw learning, the group cooperation in discussion is required and the student with good mark gives information to other students.


(8)

commit to user MOTTO:

Tak peduli bagaimana pun gelapnya permulaan, pandang ke depan dengan optimis! Lihat semua kemungkinan-kemungkinan karena sukses selalu ada di

sana, menanti kita datang. Optimis dan Berjuang ! (Andri Wongso) Dengan berbagi kepada orang lain, entah itu perhatian, spirit, doa, materi, tenaga

atau apa pun kepada orang yang membutuhkan, pasti kita akan merasa happy. (Andri Wongso)

Ambilah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan, ambilah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan, ambilah waktu untuk mencintai & dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan, ambilah

waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju surga. (Penulis)


(9)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk :

Ibuku Budi Sulistyowati dan Bapakku Sutafir yang tercinta yang selalu mendoakanku dan memberi dukungan terus menerus

Kakakku Faya dan saudara kembarku Fela yang selalu memberi motivasi, do’a dan memacuku menyelesaikan skripsi ini

Hakasa, Irwan, Ms Salim, Trahari, Tina, Yeri, Santi, Erna, Ryza, Bunga, Mey, Sawega, Alfi yang tersayang bersama kalian kita bisa sharing dan memperkaya

ilmu.

Teman-teman FKIP Akuntansi tetap semangat dan jangan menyerah. Teman-teman Bougenvil semua yang tersayang yang memberikan pengalaman

yang berharga.


(10)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Ekonomi Akuntansi

yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

4. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats, pembimbing I dan Sri Sumaryati, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

5. Drs.Ngadiman, M.Si., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UNS;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Ekonomi Akuntansi yang

secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis; 7. Drs. Sukarni, M.Hum., Kepala Sekolah SMA Negeri Colomadu, yang

telah memberikan izin penelitian di SMA Negeri Colomadu;

8. Dra.Siti Nurhayati., Guru Pamong SMA Negeri Colomadu, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian, sehingga dapat terselesaikan dengan baik;

9. Siswa-siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran


(11)

commit to user

2010/2011 yang menjadi subjek dalam penelitian penulis, terima kasih sebesar-besarnya karena membantu dalam memperoleh data penelitian ini dan dengan sukarela bersedia penulis wawancarai;

10. Rekan-Rekan Akuntansi ’07 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan kenangan selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Februari 2011 Penulis


(12)

commit to user DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Hakikat Belajar ... 6

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

a. Hakikat Model Pembelajaran ... 7

b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran ... 8 xii


(13)

commit to user

d. Macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

3. Metode Pembelajaran Jigsaw ... 14

a. Hakikat Metode Jigsaw ... 14

b. Langkah-langkah Metode Jigsaw ... 14

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Jigsaw ... 16

4. Hakikat Aktivitas ... 17

a. Prinsip-prinsip Aktivitas ... 17

b. Pengertian Aktivitas Siswa ... 17

5. Hakikat Akuntansi ... 19

B. Kerangka Berpikir ... 20

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

A.Tempat dan Waktu Penelitian436991 ... 25

B. Pendekatan Penelitian ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Proses Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

1. Riwayat Singkat ... 35

2. Keadaan Lingkungan Belajar ... 36

3. Visi dan Misi ... 37

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 02 SMA Negeri Colomadu ... 38

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 39 xiii


(14)

commit to user

D. Pembahasan ... 55

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 61

A. Simpulan ... 61

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66


(15)

commit to user DAFTAR TABEL Tabel

1. Nilai Nilai Siswa Sebelum Dilaksanakan Siklus I ... 2

2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian ... 26

3. Indikator Ketercapaian Aktivitas Siswa ... 33

4. Profil Hasil Penelitian Siklus I ... 55

5. Profil Hasil Penelitian Siklus II ... 56

6. Profil Hasil Penelitian Siklus I dan II ... 57


(16)

commit to user DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Kerangka Pemikiran ... 22

2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 28

3. Grafik Hasil Penelitian Siklus I ... 55

4. Grafik Hasil Penelitian Siklus II ... 56

5. Grafik Hasil Penelitian Siklus I dan II ... 57


(17)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Dokumentasi Foto Wawancara Sebelum dan Sesudah Siklus dilakukan ... 67

2. RPP Siklus I ... 70

3.RPP Siklus II ... 82

4. Catatan Lapangan ... 91

5. Data Hasil Wawancara ... 92

6. Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar ... 103

7. Daftar Nilai Siswa ... 107

8. Daftar Hadir Siswa ... 109

9. Perijinan ... 111


(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya peningkatan mutu pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sekolah adalah bagian dari masyarakat yang merupakan tempat bagi pembinaan SDM yang sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi. Berbicara tentang pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran akuntansi, tidak akan terlepas dari masalah-masalah yang terdapat di dalam pembelajaran akuntansi tersebut.

Aktivitas siswa sangat mempengaruhi pada hasil belajar siswa. Ketika dilakukan pengamatan di kelas XI IPS 2 SMA N Colomadu, terdapat aktivitas siswa yang masih kurang, terdapat siswa yang masih malu-malu untuk bertanya, selanjutnya siswa tidak mau berpendapat karena dianggap tidak penting, kemudian siswa diberikan waktu untuk diskusi cenderung digunakan untuk bersendau gurau, ketika memecahkan soal banyak siswa yang mengalami kesulitan. Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya materi pokok akuntansi, masih terdapat nilai-nilai yang belum tuntas dalam mengerjakan ulangan pada tahun ajaran 2009/2010, sehingga hasil belajar yang diberikan sangat kurang dari KKM sekolah yaitu dengan skor nilai 65.


(19)

commit to user

Tabel 1. Nilai-nilai siswa sebelum dilaksanakan siklus I dibawah ini. Skor nilai Jumlah Siswa

81-90 6 siswa

71-80 13 siswa

61-70 3 siswa

51-60 13 siswa

41-50 5 siswa

31-40 1 siswa

Disamping itu guru masih memberikan metode ceramah, memberikan tugas kemudian memberikan tes akhir, begitulah aktivitas ini berjalan terus. Rutinitas model pembelajaran seperti itu yang kemudian menimbulkan rasa bosan dan sungkan untuk memperhatikan guru yang sedang mengajar. Untuk pemilihan metode dan pendekatan yang digunakan seorang guru harus memperhatikan tujuan pengajaran. Selain itu, guru dalam memilih metode harus juga memperhatikan jenis atau sifat bahan pengajaran. Fasilitas pengajaran lengkap, siap dipakai, dan sesuai dengan mata pelajaran akan memberikan dorongan serta peluang kepada guru untuk memilih suatu strategi pengajaran dalam rangka mengoptimalkan proses dan hasil belajar yang dicapai.

Model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan untuk XI IPS 2 adalah kooperatif jigsaw, karena jigsaw dapat meningkatkan rasa solidaritas bagi teman satu kelas di XI IPS 2 ini. Cara ini dipilih dengan pertimbangan karena dengan metode jigsaw siswa dapat saling berdiskusi, berpikir, mengemukakan pendapat, menganalisis pendapat teman, sehingga aktivitas siswa akan meningkat terus menerus. Menurut Doantara Yasa (2008) dalam Indah Kusharyati (2009:16) mengatakan keunggulan metode jigsaw adalah:

1. Memacu siswa untuk berpikir kritis

2. Memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat

menjelaskan kepada teman yang lain

3. Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu tapi semua siswa dituntut menjadi aktif


(20)

commit to user

4. Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain 5. Jigsaw mudah dilakukan

Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam metode belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraanya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.

Dari uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif metode jigsaw untuk meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XI IPS SMA N Colomadu tahun ajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum siswa SMAN Colomadu khususnya kelas XI IPS 2 yakni, pada tahun ajaran 2009/2010 semester 1 yakni, 65.

2. Kesulitan siswa SMA N Colomadu khususnya kelas XI IPS 2 dalam memecahkan soal.

3. Interaksi antar guru & siswa, maupun interaksi antar siswa di SMA N Colomadu khususnya kelas XI IPS 2 dalam pembelajaran yang masih kurang.

4. Metode pembelajaran akuntansi di SMA N Colomadu untuk kelas XI

IPS 2 masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni metode ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada :


(21)

commit to user

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA N Colomadu tahun ajaran 2010/2011. Jumlah seluruhnya 40 orang

2. Objek penelitian

Objek penelitian meliputi :

Aktivitas siswa, yang diukur adalah bertanya, diskusi dan mengerjakan soal.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah jigsaw.

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.

4. Materi penelitian :

Materi pelajaran akuntansi yang dijadikan sebagai objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan “Jurnal penyesuaian” di SMA Negeri Colomadu kelas XI IPS 2.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah penerapan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 semester genap SMA N Colomadu tahun ajaran 2010/2011?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini,yaitu :


(22)

commit to user

Mendeskripsikan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam usaha meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 2 semester genap SMA N Colomadu.

F.Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan terutama dalam meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran akuntansi jenjang Sekolah Menengah Atas

b. Untuk lebih mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2.Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

yang sudah peneliti dapatkan dari bangku kuliah selama ini.

2) Meningkatkan dan memantapkan wawasan ilmu pengetahuan peneliti

mengenai masalah aktivitas siswa. b. Bagi sekolah

1) Sebagai masukan kepada pengajar akuntansi tentang penerapan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar untuk memacu motivasi siswa, dengan tujuan siswa akan meraih prestasi belajar yang optimal.

2) Memberikan gambaran kepada pengajar akuntansi tentang arti pentingnya

pemberian metode jigsawdalam latihan soal-soal yang berupa nilai. c. Bagi peneliti lain

1) Dapat memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang membahas mengenai masalah yang sejenis.

2) Memberikan dorongan kepada peneliti lain agar dapat mendalami permasalahan mengenai aktivitas siswa.


(23)

(24)

commit to user 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut menurut Slameto (2010:02) : Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sardiman A.M (2010:20) : (1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience,(2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction, (3 ) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practise. Menurut Cronbach dalam Agus Suprijono (2009:4) menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read toimitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” dengan


(25)

commit to user

kata lain bahwa belajar adalah mengamati, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Jadi, berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang mengalami perubahan ke arah yang positif, baik itu dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2. Model Pembelajaran Kooperatif a.Hakikat Model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Agus Suprijono, 2009:45-46)

b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Drs. H. Isjoni (2010: 23) Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Dan menurut Robert E. Slavin (2010:41) mengatakan bahwa terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa.

Dalam Agus Suprijono (2009:11), Roger dan David Johson menyatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus ditetapkan. Lima unsur tersebut adalah :


(26)

commit to user

8

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4) Interpersonal skill (komunikasi setiap anggota)

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Positive interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Personal Responsibility, yaitu mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

Face to face promotive interaction, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

Interpersonal skill, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

Group processing, yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

Pada intinya, model pembelajaran kooperatif, didukung siswa yang memiliki jiwa sosial dan tanggung jawab terhadap kelompoknya, sehingga dalam menyelesaikan tugasnya dapat terselesaikan dengan cepat dan siswa lain juga dapat sharing terhadap teman yang lebih pintar.

c.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk peran siswa, menurut Jarolimek & Parker (1993) dalam Isjoni (2010:24) mengatakan keunggulan model pembelajaran Kooperatif adalah :


(27)

commit to user 1) saling ketergantungan yang positif

2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif selain memiliki kelebihan seperti yang telah disebutkan diatas juga mempunyai beberapa kelemahan. Isjoni (2010:25) menuliskan beberapa keterbatasan pembelajaran kooperatif : (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. d.Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat macam-macam model pembelajaran kooperatif , menurut Agus Suprijono (2009:101) yaitu: (1) Think Pair Share, (2) Numbered Heads Together, (3) Group Investigation, (4) Two Stay Two Stray, (5) Make a Match, (6) Listening Team, (7) Inside-Outside Circle, (8) Bamboo Dancing, (9) Point Counter Point, (10) The Power of Two, (11) Listening Team, (12) Jigsaw.

1) Think Pair Share

Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya peserta didik berpasang-pasangan, dan guru memberikan kesempatan kepada pasangan untuk diskusi. Diharapkan diskusi dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan seluruh kelas.


(28)

commit to user

10

2) Numbered Heads Together

Pembelajaran ini diawali guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Guru memberikan kesempatan pada tiap-tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok, untuk menjawab pertanyaan guru.

3) Group Investigation

Pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan

pembagian kelompok. Selanjutnya guru dan peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik. Kemudian kelompok beraktivitas dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok.

4) Two Stay Two Stray

Metode two stay two stray atau metode dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode itu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Yang bertugas sebagai tamu, wajib bertamu kesemua


(29)

commit to user

kelompok. Setelah selesai, semua kelompok membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

5) Make a Match

Yang disiapkan pertama adalah kartu-kartu, yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban. Kemudian guru membagi komunitas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama pembawa kartu-kartu pertanyaan, kelompok kedua pembawa kartu-kartu jawaban, kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. Setelah dibagi, guru memberikan aba-aba agar kelompok pertama bertemu dengan kelompok kedua saling bergerak mereke bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Selesai disamakan pertanyaan dan jawaban, kelompok penilai memberikan nilai apakah jawaban dan pertanyaan cocok. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi

untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik

menginformasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.

6) Listening Team

Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan kelompok ketiga adalah kelompok penjawab. Kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang menjawab perspektif berbeda dengan kelompok kedua. Kelompok keempat adalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

7) Inside-Outside Circle

Pembelajaran dengan metode inside-outside circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10


(30)

commit to user

12

orang. Anggota kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran keluar berdiri menghadap ke dalam. Sehingga anggota lingkaran luar dan dalam saling berhadapan. Setelah itu guru memberikan tugas pada tiap-tiap pasangan. Karena dalam contoh ini ada 10 pasangan berarti ada 10 indikator pembelajaran. Setelah mereka berdiskusi, guru meminta kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawan arah dengan angota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut diatas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar-kelompok besar.

8) Bamboo Dancing

Pembelajaran dengan metode bamboo dancing serupa dengan metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengahadapi pelajaran yang baru. Langkah-langkahnya sama dengan metode inside outside circle.

9) Point Counter Point

Langkah pertama metode pembelajaran point conter point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Kelompok saling berhadapan, guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk merumuskan argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya. Selanjutnya tiap kelompok mulai berdebat, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain. Di penghujung waktu guru membuat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.


(31)

commit to user 10) The Power of Two

Diawali dengan mengajukan pertanyaan, guru meminta kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab yang diterimanya. Setelah semua menyelesaikan jawabannya, guru meminta kepada peserta didik mencari pasangan. Setiap pasangan menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. Di akhir pelajaran guru membuat rumusan-rumusan rangkuman sebagai jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.

11) Listening Team

Langkah-langkah metode tim pendengar adalah: (1) Guru membagi peserta didik menjadi 4 tim: tim A perannya sebagai penanya dan tugasnya merumuskan pertanyaan, tim B perannya sebagai pendukung dan tugasnya menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian), tim C perannya penentang dan tugasnya mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian, tim D berperan sebagai penarik kesimpulan dan tugasnya menyimpulkan hasil. Kemudian penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.

12) Jigsaw

Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok-kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Apabila ada 4 konsep, bila satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kelompok asal. Sesi berikutnya, membentuk kelompok ahli. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap anggota kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah


(32)

commit to user

14

sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada kelompok asal yang berbeda-beda tersebut. Kemudian kelompok ahli diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masing-masing konsep. Setelah diskusi selesai, mereka kembali ke kelompok asal. Setelah itu, berikan kesempatan untuk berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli.

3. Metode Pembelajaran Jigsaw a. Hakikat Metode Jigsaw

Dalam Isjoni (2010:57) menurut Aronson, jigsaw merupakan suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok “ahli” dan “asal”.

b. Langkah-langkah Metode Jigsaw

Menurut Anita Lie (2010:69-70), langkah-langkah metode jigsaw adalah:

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.

2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3) Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,

sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

5) Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka

masing-masing.

6) Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang

dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. 7) Kemudian dilakukan diskusi seluruh kelas. Apabila yang dikerjakan

konsep materi cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerjasama mempelajari bagian tersebut. Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.


(33)

commit to user

Menurut Agus Suprijono (2009:89-91), langkah-langkah metode jigsaw adalah: Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok-kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Apabila ada 4 konsep, bila satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kelompok asal. Sesi berikutnya, membentuk kelompok ahli. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap anggota kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada kelompok asal yang berbeda-beda tersebut. Kemudian kelompok ahli diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masing-masing konsep. Setelah diskusi selesai, mereka kembali ke kelompok asal. Setelah itu, berikan kesempatan untuk berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Kemudian peneliti menyimpulkan langkah-langkah metode jigsaw sebagai berikut:

1) Guru membagi materi pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.

2) Sebelum materi pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam meteri pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi materi pelajaran yang baru.

3) Siswa dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota


(34)

commit to user

16

kelompok asal, yang ditugaskan untuk mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

4) Bagian pertama materi diberikan kepada siswa yang pertama,

sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

5) Setiap kelompok asal mengirimkan anggotanya ke kelompok lain atau

kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi belajar yang sama. Kemudian setiap anggota merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik yang menjadi bagian anggota kelompoknya semula (kelompok asal).

6) Setelah pembahasan selesai para anggota kelompok kemudian

kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya pengetahuan apa yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli.

7) Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok. 8) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

9) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Jigsaw

Menurut Doantara Yasa (2008) dalam Indah Kusharyati (2009:16) pembelajaran metode jigsaw ini mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1) Memacu siswa untuk berpikir kritis.

2) Memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman yang lain. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya.

3) Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu tetapi semua siswa dituntut menjadi aktif.

4) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain. 5) Jigsaw mudah dilakukan.

Selain itu menurut Anita Lie (2010:69) metode jigsaw dapat membuat siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai


(35)

commit to user

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Selain kelebihan-kelebihan diatas, menurut Doantara Yasa (2008) dalam Indah Kusharyati (2009:16) jigsaw ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan diantaranya : (1) kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode ceramah, (2) guru membutuhkan konsentrasi dan tenaga lebih ekstra karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

4. Hakikat Aktivitas

Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity” yang artinya kegiatan. Di dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat, “learning by doing”. Menurut Sardiman A. M, (1994:94) menyatakan bahwa aktivitas adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Rousseau dalam Sardiman A. M (2010:96-97) bahwa, “Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

a.Prinsip-Prinsip Aktivitas

Prinsip-prinsip aktivitas pada belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah diketahui bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam belajar-mengajar, yakni siswa dan guru.

Menurut Sardiman (2010:97-100) untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi 2 pandangan yakni Ilmu Jiwa Lama dan Ilmu Jiwa Modern.


(36)

commit to user

18

John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa (psyche) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulisi merah atau hijau, kertas itu akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian ditansfer ke dalam dunia pendidikan. Siswa diibaratkan kertas putih, sedang unsur dari luar yang menulisi adalah guru. Dalam hal ini terserah kepada guru, mau dibawa ke mana, mau diapakan siswa itu, karena guru adalah yang memberi dan mengatur isinya. Dengan demikian aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru menjadi seorang yang adikuasa di dalam kelas.

2) Menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern

Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.

Pendidik tugasnya menyediakan makanan dan minuman rohani anak, akan tetapi yang memakan serta meminumnya adalah anak didik itu sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif.

b. Pengertian Aktivitas Siswa

Menurut Aceng Haetami dan Supriadi dalam penelitiannya (2008:4),


(37)

commit to user

mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru, (2) mengerjakan LKS dalam kelompok belajar, (3) berdiskusi dalam kelompok belajar, (4) mengajukan pertanyaan atau menanggapi pertanyaan, (5) menghargai atau menerima pendapat, (6) mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Aktivitas siswa sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di kelas dalam pembelajaran akuntansi. Melalui aktivitas siswa mampu meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai. Khususnya materi akuntansi mengenai jurnal pnyesuaian, untuk materi ini siswa harus benar benar aktif selama pembelajaran, memperhatikan materi tersebut yang dijelaskan oleh guru, mengerjakan latihan-latihan soal dalam LKS. Aktivitas lain yang harus diterapkan adalah diskusi dalam kelompok, hal ini dapat membantu siswa lain yang belum paham mengenai perusahaan jasa. Apabila belum jelas dapat ditanyakan langsung kepada guru, dengan belajar kelompok akan tahu hasil diskusi diadakan presentasi kelompok. Untuk hasil belajar, juga akan terlihat setelah adanya tes individual yang diberikan oleh guru. Sehingga untuk hasil belajar dianalisis secara deskriptif dengan menentukan rata- rata kelas.

Aktivitas yang dilakukan siswa tentunya cukup kompleks dan bervariasi. Paul B. Diedrich dalam (Sadirman A. M, 2003:101) menyebutkan bahwa aktivitas siswa dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Visual activities : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities : merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.

3) Listening activities : mendengarkan uraian, percakapan, musik dan pidato.

4) Writing activities : menulis cerita, karangan laporan, angket, dan menyalin.

5) Drawing activities : menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. 6) Motor activities : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,

mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

7) Mental activities : menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8) Emosional activities : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.


(38)

commit to user

20

Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang dimaksud dibatasi pada bertanya, diskusi, dan memecahkan soal.

5. Hakikat Akuntansi

Akuntansi menyangkut pembukuan, audit (pemeriksaan kebenaran catatan akuntansi), analisis laporan keuangan, sistem akuntansi dan masih banyak lagi bidang kajian akuntansi. Akuntansi sebagai ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan dapat dipelajari tentang pengidentifikasian, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan informasi dari kegiatan yang dilakukan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan.

Akuntansi sebagai seni diartikan sebagai proses pengidentifikasian, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan informasi dari kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, yang tidak memiliki aturan baku dan hanya mengedepankan sisi keindahan dan kemudahan memahami isi informasi tersebut.

Menurut kegiatan utama usahanya, jenis perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga bidang, yaitu : perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan industri. Pada kelas XI semester genap ini mata pelajaran akuntansi perusahaan jasa. Contohnya : jasa salon kecantikan, jasa konsultan keuangan, jasa transportasi, dan sebagainya. Proses akuntansi membentuk suatu siklus, yaitu:

a. Mempersiapkan dan mengumpulkan bukti transaksi

b. Mencatat transaksi dalam buku harian/jurnal

c. Memindahkan transaksi dari jurnal ke akun buku besar (posting)

d. Membuat neraca saldo

e. Mempersiapkan data penyesuaian

f. Membuat kertas kerja (worksheet)

g. Menyusun laporan keuangan

h. Membuat ayat penutup dan menutup akun buku besar

i. Membuat neraca saldo setelah tutup buku


(39)

commit to user B. Kerangka Berpikir

Saat ini model pembelajaran pada SMA N Colomadu masih menggunakan metode konvensional, akibatnya siswa XI IPS 2 kurang termotivasi dan kurang semangat dalam proses belajar mengajar. Sehingga aktivitas siswa dan hasil nilai yang dicapai sedikit, ketika pengamatan oleh peneliti dilakukan. Pada proses pembelajaran, jika aktivitas siswa mengalami kesulitan, maka perlu dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Salah satu pemecahannya adalah menggunakan pembelajaran kooperatif. Dengan cara ini diharapkan kesulitan yang dialami siswa dapat didiskusikan dengan teman-temannya dalam satu kelompok tetapi masih dalam bimbingan guru. Pengajar harus mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi siswa. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw, merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dilakukan karena metode jigsaw ini menekankan pada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran jigsaw ini, dituntut kerjasama kelompok untuk saling berdiskusi, membaca sumber informasi, mendengarkan apa yang diperintahkan guru, sehingga aktivitas siswa bisa memberikan hasil belajar yang berkualitas.

Berdasarkan hasil observasi awal bahwa kurangnya aktivitas siswa dapat menurunkan hasil belajar pada siswa. Terbukti 50 % belum mencapai batas ketuntasan yaitu sebanyak 18 siswa dari 40 siswa. Sehingga diharapkan dengan metode jigsaw dapat menambah aktivitas siswa dan hasil belajar yang meningkat yaitu nilai siswa juga meningkat. Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :


(40)

commit to user

22

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Tjok Rai Partadjaja dan Made Sulastri (2007) dalam skripsinya yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Penalaran Mahasiswa Pada Mara Kuliah Ilmu Budaya Dasar” menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui (1) pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penalaran mahasiswa semester I jurusan Bimbingan Konseling dalam matakuliah IBD yang diukur adalah mencari dan memberi informasi, keberanian mengemukakan pendapat, keberanian bertanya, keberanian menanggapi pendapat

Guru masih menggunakan metode konvensional

Suasana tidak kondusif dan siswa cepat bosan, kurang aktif dalam beraktivitas

Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode jigsaw

Suasana kelas menjadi lebih hidup karena siswa menjadi lebih aktif

Guru melakukan refleksi pada siklus I kemudian melanjutkan perbaikan pada siklus II

Aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat


(41)

commit to user

atau pertanyaan teman/dosen, dan (2) kemampuan penalaran yang diukur melalui kemampuan memahami dan mengaplikasi isi materi perkuliahan yang diukur dari tes belajar. (3) Skor rata-rata aktivitas mahasiswa meningkat dari skor 7,37 pada siklus I menjadi 10,2 pada siklus II. Masing-masing dari kategori cukup aktif menjadi sangat aktif. Demikian pula skor rata-rata hasil belajar meningkat dari 67,67 pada siklus I menjadi 73,33 pada siklus II. Kentutasan belajarnya meningkat dari 66,7% pada siklus I menjadi 96,7% pada siklus II.

Aceng Haetami dan Supriadi (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan”, menjelaskan bahwa setelah dilakukan penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Bahwa penerapan KTJ dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk setiap siklus : dari rerata = 65,1% (siklus I) menjadi rerata =89,0% (siklus II;2) meningkatkan hasil belajar kimia yang ditandai dengan : (a) meningkatnya hasil belajar kimia untuk setiap siklus : siklus I (Rerata =86,4) dan siklus II (Rerata =90,1) : (b) meningkatnya jumlah siswa yang bernilai lebih dari 70,37 : dari siklus I (76,47%) menjadi siklus II (94,12%).

Indah Kusharyati (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009”, menjelaskan bahwa setelah penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep pembelajaran akuntansi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode jigsaw pada siswa kelas XI IS SMA Negeri 8 Surakarta, hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut : (1) Siswa yang dapat menyebutkan nama contoh buku besar meningkat dari 21 siswa pada siklus I menjadi 34 siswa atau 94,4% dari 36 siswa pada siklus II. (2) siswa yang dapat menyebutkan ciri-ciri buku besar meningkat dari 16 siswa pada siklus I menjadi 32 siswa atau 88,9% dari 36 siswa pada siklus II. (3) siswa yang dapat memilih dan membedakan contoh dari yang bukan contoh buku besar meningkat dari 21 siswa menjadi 34 siswa atau 94,4 dari 36 siswa


(42)

commit to user

24

pada siklus II. (4) siswa yang dapat menyelesaikan masalah atau soal yang berkenaan dengan buku besar dan telah mencapai batas KKM meningkat dari 12 siswa pada siklus I menjadi 33 siswa atau 91,7% dari 36 siswa pada siklus II.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang masih harus diuji kebenarannya sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kajian teori, kerangka pemikiran dari penelitian tindakan kelas, serta hasil penelitian yang relevan seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu.


(43)

commit to user 25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri Colomadu. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak Drs Sukarni, M.Hum selaku kepala sekolah. Sekolah ini memiliki 25 kelas yang terdiri dari :

a. Kelas X sebanyak 7 kelas

b. Kelas XI sebanyak 7 kelas, terdiri dari 3 kelas jurusan IPA, dan 4 kelas jurusan IPS

c. Kelas XII sebanyak 7 kelas, terdiri dari 3 kelas jurusan IPA, dan 4 kelas jurusan IPS.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dengan jumlah 40 siswa. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian ini adalah :

a. Menurut penelitian awal yang peneliti lakukan saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), dalam proses pembelajaran akuntansi masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga para siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran akuntansi akibatnya mereka cenderung tidak memperhatikan penjelasan dari guru, kurangnya aktivitas siswa pada mata pelajaran akuntansi belum memenuhi ketuntasan.

b. Sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yaitu Dra.Siti Nurhayati, yang membantu dalam penelitian tindakan kelas ini, agar penelitian dapat dilakukan secara terarah dan menjaga kevalidan data hasil penelitian.


(44)

commit to user

26

2. Waktu Penelitian

Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah Classroom Action Research, disingkat CAR dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan atau disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Susilo (2007:16) dalam Indah Kusharyati “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran”. PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, sebagai usaha atas kesadaran untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan.

Jenis Kegiatan

Oktober

2010 November 2010 Desember 2010 Januari 2011 Februari 2011 1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Judul b. Penyusunan

proposal c. Perijinan 2. Perencanaan

Tindakan 3. Pelaksanaan

Tindakan a. Siklus I b. Siklus II

4. Review

5. Penyusunan


(45)

commit to user

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya. Meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah PTK berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya. Sifat-sifat khususnya seperti terlihat di dalam matrik di bawah ini (Ibnu:2000)

Menurut Zainal Aqib (2006:16) karakteristik PTK meliputi : 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya

3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik

instruksional

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Disimpulkan bahwa karakteristik PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan guru untuk memperbaiki praktik dan proses pembelajaran.Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Siklus PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan tindakan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Pengamatan, dan 4. Refleksi. Dari pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Masalah penelitian Dari guru (aktual) Bukan dari guru

Peneliti utama Guru Guru hanya sebagai

pendamping

Desain penelitian Lentur/fleksibel Formal dan kaku

Analisis data Segera/seketika (Mungkin) ditunda

Format laporan Sesuai kebutuhan Formal dan kaku


(46)

commit to user

28

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

(Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi 2009:16-19) 1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti melakukan identifikasi masalah kemudian setelah menemukan masalah, perlu segera melakukan langkah analisis terhadap penyebab adanya masalah yang akan dijadikan landasan berpikir untuk mencari alternatif suatu tindakan atau aksi yang dapat dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah. Kegiatan ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Untuk memperlancar kegiatan ini peneliti membuat sebuah instrument pengamatan sebagai alat bantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada PTK di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.

2. Tahap Pelaksanaan tindakan (Acting)

Setelah ditetapkan bentuk tindakan yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru dan peneliti. Dalam refleksi, keterkaitan antara

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

Pengamatan SIKLUS II

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(47)

commit to user

pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3. Tahap pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Kegiatan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan serta dapat dilaksanakan oleh peneliti dan guru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data dengan observasi ini adalah: (a) jenis data yang dihimpun memang diperlukan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, (b) indikator-indikator yang ditetapkan harus tergambarkan pada perilaku siswa secara terukur, (c) kesesuaian prosedur pengambilan data, dan (d) pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah “refleksi” dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai pemantulan. Refleksi dilakukan untuk mengadakan evaluasi yang dilakukan guru atau pengamat. Kegiatan refleksi lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Pada kegiatan refleksi ini ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna. Melalui refleksi inilah maka guru bersama peneliti akan memutuskan langkah selanjutnya, untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena sudah mencapai tujuan yang diharapkan.

Siklus pertama ini terdapat empat tahapan yang sudah dijelaskan di atas mulai dari perencanaan sampai refleksi, sebagai bentuk evaluasi terhadap penerapan siklus sebelumnya apakah tindakan yang dilaksanakan tersebut sudah mencapai tujuan atau belum dan apakah penelitian perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak.


(48)

commit to user

30

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian adalah:

1. Observasi adalah pengunpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati

secara sistematik gejala-gejala yang muncul dalam hal kegiatan PTK yaitu dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan penerapan tipe jigsaw. Fokus observasi ditekankan pada peran serta siswa dalam kegiatan apersepsi, keaktifan dalam kelompok serta keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah terutama saat presentasi.

2. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi dari nara sumber. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran akuntansi dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang dimaksudkan untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi dan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran akuntansi. Wawancara ini dilaksanakan sebelum penerapan metode dan ketika kegiatan pembelajaran selesai atas dasar pengamatan dari setiap siklus. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin dimana pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.

3. Tes merupakan pengumpulan data yang dilakukan pada setiap akhir

penyajian bahan ajar atau akhir siklus. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah kegiatan pemberian tindakan apakah sudah memenuhi target. Tes ini berupa tes tertulis.

4. Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari dokumen tentang keadaan sekolah secara umum, data siswa, rancangan pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, pedoman untuk wawancara, serta lembar skor kelompok


(49)

commit to user

dan hasil nilai evaluasi dari setiap siklus. Peneliti juga mengambil foto ketika proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah rinci yang ditempuh untuk melaksanakan penelitian mulai dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Agar penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Terdiri beberapa tahap kegiatan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan Guru mata pelajaran akuntansi SMA Negeri Colomadu Karanganyar.

b. Observasi untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan

dalam pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 2. c. Penyusunan jadwal penelitian.

2. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, yang terdiri dari: RPP, lembar observasi, pedoman wawancara, serta soal tes untuk siklus I dan siklus II.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan isi rancangan mengenai tindakan di kelas. Pada tahap ini peneliti menentukan alternatif tindakan yang dipandang paling tepat yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Tindakan yang diambil pada penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran akuntansi menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.


(50)

commit to user

32

Tahap observasi yaitu tahap pelaksanaan pengamatan oleh peneliti. Kegiatan ini dalam PTK dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas yang dinyatakan dalam bentuk data.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian.

E. Proses Penelitian

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu Karanganyar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw. Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan Tindakan, 2. Pelaksanaan Tindakan, 3. Observasi dan Interpretasi, dan 4. Refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam dua siklus.

1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: 1) Menyusun skenario pembelajaran sebagai berikut :

a) Guru menciptakan suasana yang kondusif dan teratur

kemudian memberikan pengetahuan awal kepada siswa mengenai perusahaan jasa.

b) Guru membagi materi perusahaan jasa. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok asal dan meminta ketua dari kelompok asal membagi materi yang menjadi tanggung jawab setiap anggotanya. Untuk siklus I aktivitasnya yaitu: bertanya, diskusi dan memecahkan soal.


(51)

commit to user

Sedangkan pada siklus II aktivitasnya yaitu sama dengan siklus I.

c) Guru memberitahukan bahwa masing-masing kelompok

asal akan mengirimkan anggota kelompoknya ke kelompok ahli, yakni siswa yang rata-rata nilainya diatas batas tuntas, untuk mendiskusikan mengenai perusahaan jasa sesuai tanggung jawab masing-masing.

d) Setelah menyelesaikan diskusi di kelompok ahli, siswa diminta kembali mengunjungi kelompok asalnya masing-masing untuk memberikan informasi dari hasil diskusi yang diperoleh dalam kelompok ahlinya kepada kelompok asal yang lain, dalam hal ini setiap anggota diminta untuk mengajarkan materi yang menjadi tanggung jawabnya. Kemudian setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.

2) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis 3) Menetapkan indikator ketercapaian, yaitu:

Dibawah ini merupakan Tabel 3. Indikator Ketercapaian Aktivitas Siswa

Aspek yang diukur Persentase

target pencapaian

Cara Mengukur

Menanyakan kesulitan dalam jurnal penyesuaian

90% Diamati saat

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah apakah siswa bertanya secara struktural, deklaratif maupun tidak relevan.


(52)

commit to user

34

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan menggunakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan.

c. Tahap Observasi dan Interpretasi

Tahap ini dilakukan dengan mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw dan peran siswa dalam proses belajar mengajar yang langsung diamati oleh peneliti dengan bantuan guru.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi ini, dilakukan analisis dan interpretasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan hasil peningkatan aktivitas siswa, serta hasil belajar terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya dalam siklus II.

2. Rancangan Siklus II

Kerjasama dalam diskusi yang diberikan oleh guru

90% Diamati saat

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang berdiskusi dengan sangat baik, baik atau kurang. Mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru dengan batas tuntas 75

90% Diamati saat

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang berhasil melampaui batas tuntas.


(53)

commit to user

Rencana PTK pada siklus II ini disesuaikan dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan ataupun masalah pada siklus sebelumnya, yang sesuai dengan mata pelajaran akuntansi, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.


(54)

commit to user

36


(55)

commit to user 36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Riwayat Singkat

Berdirinya SMA N Colomadu dalam kwantitas penyelanggara pendidikan SMA di Kecamatan Colomadu masih belum memadai. Apalagi jika mengingat bahwa Kecamatan Colomadu merupakan daerah perbatasan sebelah utara dan barat Kecamatan Ngemplak. Dan juga di daerah tersebut belum ada Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan keadaan tersebut, dirasa perlu diadakan sebuah SMA Negeri. Melalui musyawarah warga Colomadu, telah diambil kesepakatan untuk mengajukan permohonan kepada DEPDIKBUD. Sampai akhirnya DEKDIKBUD menyetujuinya, dengan syarat asal sudah disediakan tanah oleh Kecamatan Colomadu.

Berdasarkan Surat Pernyataan HIBAH Bupati Karanganyar Nomor : 590/1903.6 tanggal 2 mei 1990, Bupati Karanganyar pada waktu itu, menghibahkan tanah kurang lebih 2 ha di Desa Baturan, Kecamatan Colomadu untuk dibangun sebuah Sekolah Menengah Atas. Pada tahun 1991 secara resmi SMA Negeri 1 Colomadu diresmikan. SMA Negeri Colomadu berdiri pada tanggal 23 Mei 1992 dengan Nomor Pendirian Sekolah 0216/01/1992, Nomor Statistik 301031312030 dan Nomor Induk Sekolah 30011. SMA Negeri Colomadu didirikan diatas tanah seluas 8000 m2 dan terletak di Desa Baturan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri Colomadu mulai tahun pelajaran 1991/1992 bertempat di SMA PGRI Colomadu di Desa Gawanan. Semester pertama tahun pelajaran 1991/1992 SMA Negeri Colomadu dibawah naungan Kepala Sekolah SMA Negeri Kebakkramat yaitu Bapak Winarno, BA. Sejak berdiri sampai saat SMA Negeri Colomadu telah mengalami tiga kali pergantian Kepala Sekolah, yaitu :


(1)

commit to user

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar akuntansi pada siklus II, aktivitas siswa baik hasil maupun proses sudah menunjukkan peningkatan, yaitu:

1. Selama proses pembelajaran siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya

mereka pada siklus I sebanyak 75% atau 30 siswa, pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 90% atau 36 siswa.

2. Dalam kerja sama siswa berdiskusi sangat baik pada siklus I terdapat 28

siswa atau 70% sedangkan pada siklus II sebanyak 38 siswa atau 95%.

3. Pada ketuntasan hasil belajar siswa peningkatan ini ditunjukkan dari

banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal 30 siswa atau 75%, sedangkan pada siklus II terdapat 37 siswa atau 92,5%.

4. Peningkatan tertinggi pada kerja sama berdiskusi, karena siswa mampu

berdiskusi dengan baik dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kelompoknya, hal ini dikarenakan guru menerapkan metode pembelajaran jigsaw.

Siswa yang semula tidak aktif dan tidak bersemangat saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran. Walaupun begitu, masih diperlukan juga pendekatan dari guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar akuntansi. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi pada pembelajaran akuntansi sudah dapat teratasi dengan cara menerapkan model pembelajaran jigsaw, yang secara langsung dapat meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran akuntansi yang menarik perhatian siswa, sehingga aktivitas dan hasil pembelajaran akuntansi dapat meningkat. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan metode jigsaw dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut :

1. Siswa sudah tidak malu dan berani untuk bertanya dan maju ke depan kelas


(2)

commit to user

3. Siswa terlihat antusias pada saat awal akan mengikuti kegiatan belajar

mengajar dan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

4. Hasil belajar yang telah diberikan guru menunjukkan peningkatan dari

siklus I sampai siklus II, menunjukkan siswa berusaha lebih baik.


(3)

commit to user


(4)

commit to user

62

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Pada Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu : perencanaan tindakan, observasi dan interprestasi, serta analisis dan refleksi tindakan.

Untuk simpulan hasil penelitian yakni, terdapat peningkatan aktivitas siswa dan hasil pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu. Adanya peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi terjadi, setelah guru menerapkan metode pembelajaran jigsaw. Guru membangkitkan semangat siswa dengan meningkatkan aktivitas berdiskusi, tanya jawab, diadakan presentasi untuk maju ke depan dan melakukan latihan mandiri berupa post test. Sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran akuntansi. Guru juga menyadari pentingnya melakukan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik.

Penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu. Indikator peningkatan aktivitas siswa, antara lain :

1. Siswa terlihat sangat bersemangat dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran akuntansi, aktivitas siswa bertanya dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan dari 75% pada siklus I menjadi 90%, terjadi peningkatan sebesar 15%. Siswa menjadi lebih percaya diri untuk bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan.

2. Kerjasama siswa dalam berdiskusi sangat baik. Siklus I terdapat 28 siswa

sebesar 70%, pada siklus II terdapat 38 siswa sebesar 95%, terjadi peningkatan sebesar 25%.


(5)

commit to user

3. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hasil evaluasi

tersebut menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 75% (30 siswa) menjadi 92,5% (37 siswa), terjadi peningkatan sebesar 17,5%. Untuk nilai rata kelas menunjukkan peningkatan pada siklus I nilai rata-ratanya 80,12 dan pada siklus II menunjukkan peningkatan yakni 86,2.

4. Peningkatan tertinggi pada diskusi, karena dalam pembelajaran jigsaw ini,

dituntut kerjasama kelompok untuk diskusi dan untuk memberikan informasi ke siswa lain, sehingga diskusi terjadi peningkatan paling tinggi.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan pembelajaran akuntansi pada materi Akuntansi jurnal penyesuaian dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dilihat dari segi siswa bertanya, berdiskusi dengan teman kelompok dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan model kooperatif dengan metode jigsaw menekankan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, sehingga mendorong siswa aktif dalam pembelajaran, menjadi lebih bersemangat dan terdapat rasa tanggung jawab dalam kerja kelompok.

2. Implikasi Praktis

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa secara optimal dalam pembelajaran akuntansi, apabila guru memiliki kemampuan baik, maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Implementasi model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan


(6)

commit to user

baik, apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus II. Namun, kekurangan tetap ada dan dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus II. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses maupun hasil dari pembelajaran akuntansi.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

a. Guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan materi serta mengelola

kelas, sehingga guru dapat menerapkan model pembelajaran jigsaw secara baik dan aktivitas siswa dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuannya.

b. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebaiknya guru

meningkatkan pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dengan memberikan sehingga dapat tercipta situasi kondusif yang mendukung proses pembelajaran.

c. Guru hendaknya melakukan pendekatan dengan memberikan motivasi

ketika proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa di kelas dapat tercapai dan berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa.

d. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang

baik dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.

e. Siswa sebelumnya mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru.

Siswa lebih meningkatkan kemampuan berdiskusi serta bersosialisasi dengan siswa lain dan saling membantu terhadap siswa lain.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS 5 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

0 7 155

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK KANISIUS SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 8 83

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA2 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 4 88

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 4 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 69

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010 2011

0 32 93

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 BINJAI T.P. 2012/2013.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18