g. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, iluminasi dari
lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat Suma’mur, 2009.
3.3. Mekanisme Melihat
9
Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu dirubah menjadi ajakan
syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat
pengendali otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan semua gerakan bola mata.
Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang
mengaturnya berjalan secara automatik, jadi diluar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks
hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah diterima sebagai gambaran citra dari dunia luar. Gambar 3.4. merupakan ikhtisar
dari proses visual tersebut.
9
Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. p.157- 159.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Diagram dari Alat Visual
Sumber : Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi
Adapun keterangan dari Gambar 3.4. di atas adalah : 1.
Kornea dan lensa. 2.
Penerima cahaya di dalam retina. 3.
Pemindahan informasi lewat saraf optik ke otak. 4.
Simpul dan pengendali alat optik. 5.
Persepsi visual mengenai dunia luar pada alam sadar.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Flicker Fusion-Frequence
10
Evaluasi pada frekuensi flicker-fusion adalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang realistis dan dapat diulang. Subjek orang yang
diteliti melihat pada sebuah sumber cahaya yang dinyalakan dengan energi yang berfrekuensi rendah dan berkedip-kedip flictrering. Kemudian frekuensi
berkedipnya dinaikkan sampai subjekya merasakan bahwa cahaya yang berkedip tersebut seperti garis lurus. Frekuensi dimana cahaya yang berkedip dianggap
sebagai garis lurus memberikan kesan bahwa subjek yang diteliti berada pada kondisi lelah. Sedangkan subjek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya yang
berkedip. Pada saat istirahat fusing terjadi dengan 35 sampai 40 Hz. Setelah bekerja dengan beban kognitif akan terjadi pengurangan fusing 0,5 sampai 0,7 Hz.
Gambar 3.5. Critical Flicker Fusion pada Mata
10
Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1998. hal 268
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Ergonomi- Cogntlive Work
3.5. Penataan Warna