Pengaruh Penataan Ruang Terhadap Kelelahan Mata Pada Pengguna Komputer Di Bank XXX Cabang Medan
PENGARUH PENATAAN RUANG TERHADAP KELELAHAN
MATA PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK XXX
CABANG MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
OLEH
AFRINA RAHMAHDHANI NIM. 080403167
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tugas Sarjana berjudul “Pengaruh Penataan Ruang Terhadap Kelelahan
Mata Pada Pengguna Komputer Di Bank XXX Cabang Medan” ini merupakan
sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata
dalam perusahaan sehingga dapat memberi masukan pada perusahaan.
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya
sempurna dan masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan Tugas
Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Juli 2012
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini,
banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan
yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, selaku Dosen Pembimbing I
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.
4. Ibu Ir. Nazlina, MT. Selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis dalam penulisan laporan.
5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc,.
Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
6. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. Selaku Ketua Bidang Ergonomi dan
Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan
(7)
7. Bapakku, Almarhumah Ibuku, Kakak, Abang, dan seluruh keluarga yang telah
memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas
Sarjana ini. Untuk ibuku yang tercinta dan tersayang ada dan tiada dirimu
akan selalu ada di dalam hatiku selamanya.
8. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri,
Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Bu Ani, Kak Rahma
yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.
9. Seluruh Karyawan Bank XXX yang telah membantu penulis dalam
pengambilan data dan informasi.
10.Sahabat-sahabat penulis, Fida, Amel, Citra, Indri, Anti, Revi, Dinda, Dian
Lupita, Rizvan, Randi, Rian, Joshua, Roy, Fani, Rahman, Yuni, Sirmon, dan
teman-teman transfer 2007 yang telah memberikan semangat, motivasi, suka
duka selama kuliah.
11.Dian Harisa Afliani yang tersayang yang selama ini menjadi kawan
seperjuangan mengalami suka duka pengerjaan Tgas Sarjana hingga selesai.
12.Sahabat-sahabat senior transferan 2005 dan 2006 yang yang telah memberikan
semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.
13.Sahabat-sahabat seangkatan 2007 dan adik-adik junior 2008 yang yang telah
memberikan semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima
(8)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT SIDANG SARJANA LEMBAR HASIL SIDANG KOLOKIUM
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Pembatasan Masalah ... I-4 1.6. Asumsi Yang Digunakan ... I-5 1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5
II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia ... II-3 2.3. Struktur Organisasi ... II-4 2.4. Tugas dan Wewenang ... II-6 2.5. Karyawan dan Jam Kerja ... II-8 2.5.1. Karyawan ... II-8
(9)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN 2.5.2. Jam Kerja ... II-8 2.6. Produk ... II-9
III LANDASAN TEORI
3.1. Tata Ruang Kantor ... III-1 3.1.1. Pengertian Tata Ruang Kantor ... III-1 3.1.2. Tujuan Pengaturan Tata Ruang ... III-3 3.1.3. Macam-macam Tata Ruang Kantor ... III-5 3.1.4. Kepuasan Kerja ... III-8 3.1.5. Hubungan Antara Persepsi Tentang Tata Ruang
Kerja Dengan Kepuasan Kerja Karyawan ... III-9 3.2. Mata ... III-11 3.2.1. Anatomi Mata ... III-11 3.2.2. Faktor Lingkungan ... III-14 3.2.2.1. Faktor Manusia ... III-14 3.2.2.2. Faktor Lingkungan ... III-16 3.3. Mekaanisme Melihat ... III-21 3.4. Flicker Fusion-Frequency ... III-23 3.5. Penataan Warna ... III-24 3.6. Job Content (Tugas dan Tannggung Jawab Pekerjaan) ... III-28 3.7. Antropoteknologi (Antropotechnology) ... III-29 3.7.1. Ergonomic Work Analysis (EWA) ... III-30 3.7.2. Hubungan Makro Ergonomi dengan
Antropoteknologi ... III-31 3.8. Pengaturan VDU ... III-32 3.9. Standar Ruang Kantor ... III-37 3.10. Uji Chi-Square ... III-40 3.10.1. Bentuk Distribusi Chi‐Square (χ2)... III-40
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN 3.10.2. Uji Kecocokan (Goodness of fit test) ... III-41 3.10.3. Kegunaan dan Karakteristik Chi-Square ... III-42 3.11. Macroergonomic Analysis And Design (MEAD) ... III-42
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian... IV-1 4.4. Identifikasi Variabel penelitian ... IV-2 4.4.1. Variabel Independent ... IV-2 4.4.2. Variabel Dependent ... IV-3 4.4.3. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-4 4.6. Sumber Data ... IV-4 4.7. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5 4.8. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.9. Pengolahan Data ... IV-8 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9 4.7. Kesimpulan dan Saran ... IV-9
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Identifikasi Kondisi Lingkungan Keja ... V-1 5.2. Proses Kerja Teknis dan Analisis Tugas ... V-5 5.3. Pengembangan Kerangka Konseptual ... V-10 5.4. Mengumpulkan Data Varians (collect Data Varians) ... V-11 5.5. Membuat Matriks Varians (Construct Varians Matrix) ... V-12 5.6. Membuat Tabel Kontrol Varians dan Analisis Peran ... V-15 5.7. Performing Function Allocation and Joint Design ... V-20
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN 5.8. Evaluated Roles and Responsibility Perceptions ... V-24
5.8.1. Evaluation Criteria Scorerad Alternative ... V-24 5.8.2. Evaluation Criteria Scorerad Alternative ... V-28 5.9. Design/Redesign Support sub System and Interface ... V-29 5.10. Iterate, Implement and Improve ... V-37
VI ANALISIS DAN EVALUASI 6.1. Analisis MEAD
6.1.1. Analisis Identifikasi Kondisi Ruang ... VI-1 6.1.2. Analisis Matriks Varians (Construct Varians Matrix)
dan Tabel Kontrol Varians dan Analisis Peran ... VI-2 6.1.3. Analisis Performing Function Allocation and
Joint Design ... VI-3 6.1.4. Analisis Evaluated Roles and Responsibility
Perception ... VI-4 6.1.5. Analisis Design/Redesign Support sub System and
Interface ... VI-6 6.1.6. Analisis Iterate, Implement and Improve ... VI-7 6.2. Evaluasi MEAD ... VI-8
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Karyawan PT. Bank Negara Indonesia Cabang USU Medan ... II-8
2.2. Ketentuan Jam Kerja Karyawan PT. Bank Negara Indonesia
Cabang USU Medan ... II-9
3.1. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405
Tahun 2002 ... III-17
3.2. Ukuran Ruang Kantor ... III-37
5.1. Identifikasi Karyawan Bank XXX ... V-1
5.2. Pengukuran Flicker Fusion Karyawan Bank XXX ... V-2 5.3. Klasifikasi Job Content ... V-9 5.4. Matriks Varians Data ... V-12
5.5. Kontrol Varians Data ... V-15
5.6. Kriteria Penilaian Bobot ... V-21
5.7. Evaluation Criteria Scorerad Alternative ... V-23 5.8. Pengukuran Flicker Fusion Karyawan Bank XXX ... V-33
(13)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Bank XXX ... II-5
3.1. Anatomi Mata Manusia ... III-13
3.2. Penurunan Ketajaman Penglihatan ... III-14
3.3. Pengaruh lluminasi dan Kontras terhadap Ketajaman Penglihatan ... III-16
3.4. Diagram dari Alat Visual ... III-22 3.5. Critical Flicker Fusion pada Mata ... III-23 3.6. Letak Pusat Layar Monitor yang Ideal ... III-27
3.7. Posisi Mengetik yang Ideal ... III-33
3.8. Letak Mouse Yang Konvensional dan Yang Ergonomis ... III-35
3.9. Luas Daerah Uji Chi-Square ... III-40 3.10. Ruang Lingkup Ergonomi Makro ... III-42
3.11. Langkah-langkah MEAD ... III-44
4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3
4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-10
5.1. Kondisi Aktual ... V-4
5.2. Diagram Pohon Faktor Permasalahan ... V-10
5.3. Alternatif Penyelesaian Masalah ... V-20
5.4. Letak Pusat Layar Monitor Yang Ideal ... V-29
5.5. Posisi Mengetik yang Ideal... V-30
5.6. Letak Mouse Yang Konvensional dan Yang Ergonomis ... V-31 5.7. Perbaikan Perancangan Layar VDU dan Perbaikan Stasiun Kerja
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
L.1 Tabel chi-square
L.2. Penggunaan Perangkat VDU yang Baik L.3. Surat Penjajakan Pabrik
L.4. Surat Balasan Pabrik
L.5. Surat Keputusan Masa Berlaku TA L.6. Surat Peminjaman Alat
L.7. Form TA L.8. Form Asistensi
(15)
ABSTRAK
Penataan ruang kerja sangat diperlukan atau dibutuhkan demi kenyamanan serta kepuasan kerja dari karyawan dalam melakukan aktivitas bekerjanya didalam sebuah ruangan. Perasaan tidak puas dari seorang karyawan ditekankan pada aspek-aspek keadaan pekerjaannya seperti sering keluar dari tempat kerjanya. Penataan ruang kerja yang kurang baik dapat juga menyebabkanstress pada karyawan. Oleh karena itu, ruang kerja membutuhkan pemandangan indah agar dapat berkonsentrasi dengan tenang, seperti menghadap ke jendela, taman, dekat dengan kolam air mancur. Dengan menghadap ke taman dapat mengistirahatkan mata sejenak ketika lelah berada di depan komputer atau berkas pekerjaan.
Penelitian ini dilakukan untuk ada melihat tidaknya pengaruh dari illuminansi, penataan ruang dan kelelahan mata terhadap terjadinya kelelahan mata pada objek yang sama dengan menggunakan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD).
Tahapan yang digunakan dengan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD) adalah membuat identifikasi kondisi lingkungan kerja , membuat proses kerja teknis dan analisis tugas, melakukan pengembangan kerangka konseptual, mengumpulkan data varians (collect data varians), membuat matriks varians (construct varians matrix), membuat tabel kontrol varians dan analisis peran, performing function allocation and joint design, evaluated roles and responsibility perceptions,
design/redesign support sub system and interface dan iterate, implement and improve. Untuk melihat tingkat kelelahan operator maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan flicker fusion. Dari hasil pengukuran kemudian dilakukan pengujian chi-square untuk melihat adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kelelahan mata pada karyawan.
Berdasarkan hasil pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD), perlu dilakukannya perbaikan terhadap perbaikan jarak pandang mata terhadap VDU dan perbaikan layout dan perancangan stasiun kerja, dan menciptakan team work yang baik, mengadakan family gathering dan outbond dapat menciptakan kekerabatan dan keefektifan serta keefisienan dalam organisasi sehingga dapat memberikan motivasi bagi karyawan dalam meningkatkan produktivitas dalm bekerja.
(16)
ABSTRAK
Penataan ruang kerja sangat diperlukan atau dibutuhkan demi kenyamanan serta kepuasan kerja dari karyawan dalam melakukan aktivitas bekerjanya didalam sebuah ruangan. Perasaan tidak puas dari seorang karyawan ditekankan pada aspek-aspek keadaan pekerjaannya seperti sering keluar dari tempat kerjanya. Penataan ruang kerja yang kurang baik dapat juga menyebabkanstress pada karyawan. Oleh karena itu, ruang kerja membutuhkan pemandangan indah agar dapat berkonsentrasi dengan tenang, seperti menghadap ke jendela, taman, dekat dengan kolam air mancur. Dengan menghadap ke taman dapat mengistirahatkan mata sejenak ketika lelah berada di depan komputer atau berkas pekerjaan.
Penelitian ini dilakukan untuk ada melihat tidaknya pengaruh dari illuminansi, penataan ruang dan kelelahan mata terhadap terjadinya kelelahan mata pada objek yang sama dengan menggunakan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD).
Tahapan yang digunakan dengan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD) adalah membuat identifikasi kondisi lingkungan kerja , membuat proses kerja teknis dan analisis tugas, melakukan pengembangan kerangka konseptual, mengumpulkan data varians (collect data varians), membuat matriks varians (construct varians matrix), membuat tabel kontrol varians dan analisis peran, performing function allocation and joint design, evaluated roles and responsibility perceptions,
design/redesign support sub system and interface dan iterate, implement and improve. Untuk melihat tingkat kelelahan operator maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan flicker fusion. Dari hasil pengukuran kemudian dilakukan pengujian chi-square untuk melihat adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kelelahan mata pada karyawan.
Berdasarkan hasil pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD), perlu dilakukannya perbaikan terhadap perbaikan jarak pandang mata terhadap VDU dan perbaikan layout dan perancangan stasiun kerja, dan menciptakan team work yang baik, mengadakan family gathering dan outbond dapat menciptakan kekerabatan dan keefektifan serta keefisienan dalam organisasi sehingga dapat memberikan motivasi bagi karyawan dalam meningkatkan produktivitas dalm bekerja.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Pada saat sekarang ini, kedudukan dan peranan kantor berkembang dengan
pesat dan sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuan. Kantor yang menyenangkan adalah tempat yang tidak
membosankan dan dapat menambah gairah kerja karyawan dalam rangka
mendukung peningkatan mutu kegiatan perkantoran dan tercapainya tujuan
perusahaan, maka secara tidak langsung peran dan suasana kantor sangat
mendukung aktivitas kerja karyawan.
Penggunaan komputer dan teknologi infomasi secara intensif dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan stress, seperti yang ditemukan NIOSH (The National Institute of Occupational Safety and Health ). NIOSH menemukan bahwa operator komputer memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pekerjaan lain. Gangguan kesehatan lain yang paling banyak dilaporkan
akibat pengguna komputer adalah gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan
dapat menimbulkan kelainan fisik. Hal ini terjadi karena saat penglihatan menjadi
kabur, maka pengguna komputer akan mengubah posisi tubuh maju kedepan
mendekatkan diri agar dapat melihat objek yang ada di monitor lebih jelas. Oleh
karena itu, untuk mengurangi gangguan mata pada saat bekerja dengan komputer
perlu dibutuhkan suatu penyegaran seperti pemandangan yang baik di ruang
(18)
Di dalam kantor terdapat ruang kerja yang dibuat untuk memudahkan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Melalui penataan ruang yang sesuai juga
dapat menghadirkan suasana dinamis yang meningkatkan kinerja seseorang
sehingga aktivitas dapat berjalan dengan lancar. Dengan pengaturan tata ruang
yang baik akan mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan kantor dapat diatur secara
tertib dan lancar.
Penataan ruang kerja sangat diperlukan atau dibutuhkan demi kenyamanan
serta kepuasan kerja dari karyawan dalam melakukan aktivitas bekerjanya di
dalam sebuah ruangan. Perasaan tidak puas dari seorang karyawan ditekankan
pada aspek-aspek keadaan pekerjaannya seperti sering keluar dari tempat
kerjanya. Ruang kerja membutuhkan pemandangan indah agar dapat
berkonsentrasi dengan tenang, seperti menghadap ke jendela, taman dan dekat
dengan kolam air mancur. Dengan menghadap ke taman dapat mengistirahatkan
mata anda sejenak ketika lelah berada di depan komputer atau berkas pekerjaan.
Perbandingan keadaan nyata di seluruh kantor, hampir semua karyawan
menginginkan ruangan yang memiliki objek atau pemandangan dan akses jendela
dengan menghadap pada pepohonan atau jalan raya. Keadaan nyata yang menjadi
objek penelitian, memiliki ruangan yang berpanorama hanya sedikit berupa
beberapa tanaman di sekitar ruang. Sedangkan dari hasil penelitian 400 karyawan
di Inggris yang berada disuatu kantor, yang lebih memilih lanskap/pemandangan
pepohonan atau jalan raya sebanyak (88%), pemandangan atas bangunan di
dekatnya sebanyak (8%) dan pemandangan langit sebanyak (4%). Dengan
(19)
yang dapat dilihat dan dekat dengan akses jendela sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dalam bekerja dan dapat mengurangi kelelahan mata1
1. Pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
kelelahan mata pada pengguna komputer bagian administrasi dan umum di
Bank XXX Medan yang dilihat dari nilai flicker fusion frequency. .
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk menilai adanya pengaruh penataan ruang kerja yang
kurang berpanorama terhadap kelelahan mata pada pengguna komputer bagian
administrasi dan umum di Bank XXX Medan.
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh kelelahan mata
terhadap penataan ruangan pada pengguna komputer bagian administrasi dan
umum di Bank XXX Medan. Untuk mencapai tujuan penelitian maka sasaran
penelitian ini adalah:
2. Pengidentifikasian mengenai job content dan antropoteknologi dengan menggunakan pendekatan makroergonomi pada bagian administrasi dan
umum di Bank XXX Medan.
1
Farley, K.M.J. August 2001. A Room with a View : A Review of the Effects of Windows on Work and Well-Being : Veitch. J.A. IRC-RR-136.
(20)
3. Pengidentifikasian mengenani variabel variansi kelelahan mata dengan
menggunakan MEAD (Macroergonomic Analysis and Design).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan bagi perusahaan perbankan dalam perbaikan ruang
kerja yang ergonomis dilihat dari sudut pandang penataan ruang kerja dan
kelelahan mata pengguna komputer sehingga dapat meningkatkan efisiensi
kerja dan produktivitas.
2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan
membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada
perusahaan perbankan.
3. Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan
penelitian ini.
1.5. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini terdapat batasan-batasan masalah karena
adanya keterbatasan waktu, fasilitas dan faktor-faktor lain yang berada diluar
jangkauan peneliti. Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan pada ruang kerja Bank XXX di Medan.
2. Pengukuran Flicker Fusion Frequency dilakukan pada pengguna komputer di Bank XXX Medan.
(21)
3. Metode yang digunakan adalah MEAD (Macroergonomic Analysis and Design).
1.6. Asumsi yang Digunakan
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam membahas permasalahan tersebut
antara lain:
1. Ruangkerjatidakmengalamiperubahan selama penelitian berlangsung.
2. Pengguna komputer bagian asuransi yang berada pada ruang kerja yang
diamati dalam kondisi normal/wajar. Artinya operator dalam kondisi stamina
yang baik dan tidak berada dalam tekanan.
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
Bab I Pendahuluan, Dalam bab ini diuraikan mengenai pengaruh penataan
ruang kantor terhadap kepuasan kerja karyawan, penataan ruang kerja kantor, dan
pengaruh penggunaan komputer terhadap kelelahan mata. Pada rumusan masalah
yaitu menilai pengaruh penataan ruang terhadap kelelahan mata pada pengguna
komputer di Bank XXX. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap kelelahan mata, mengidentifikasi mengenai
job content dan antropoteknologi dengan menggunakan pendekatan MEAD dan mengidentifikasi variabel variansi kelelahan mata.
Manfaat penelitian yaitu memberikan masukan-masukan bagi perusahaan
(22)
ruang kerja Bank XXX yang tidak mengalami perubahan dan dilakukan
pengukuran kelelahan mata dengan menggunakan flicker fusion pada setiap operator/karyawan serta menggunakan metode MEAD dalam melakukan analisa
masalah.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan, Dalam bab ini diuraikan mengenai
sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan produk yang
ditawarkan perusahaan.
Bab III Landasan Teori, Dalam bab ini diuraikan mengenai
tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis
pemecahan masalah.
Bab IV Metodologi Penelitian, Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian
mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.
Bab V Pengumpulan Dan Pengolahan Data, Bab ini memuat data hasil
penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan tahapan yang digunakan
dengan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD) sebagai
pemcahan masalah. adapun tahapan MEAD yaitu adalah membuat identifikasi
kondisi lingkungan kerja, membuat proses kerja teknis dan analisis tugas,
melakukan pengembangan kerangka konseptual, mengumpulkan data varians
(collect data varians), membuat matriks varians (construct varians matrix), membuat tabel kontrol varians dan analisis peran, performing function allocation and joint design, evaluated roles and responsibility perceptions, design/redesign support sub system and interface dan iterate, implement and improve. Untuk melihat tingkat kelelahan operator maka dilakukan pengukuran dengan
(23)
menggunakan flicker fusion. Dari hasil pengukuran kemudian dilakukan pengujian chi-square untuk melihat adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kelelahan mata pada karyawan.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, Dalam bab ini berisikan mengenai
analisis pengolahan data dan pemecahan masalah.
Bab VII Kesimpulan Dan Saran, Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat
diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang
(24)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Bank XXX mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik
Indonesia, paa malam menjelang 30 Oktober 1946 yang terlebih dahulu
diresmikan oleh menteri Keuangan A.A Maranis, hanya beberapa bulan sejak
pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai hari Keuangan
Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan
sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukkan De Javasche Bank yang
merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun
1944, Pemerintah membatasi peranan XXX sebagai bank sentral atau bank
sirkulasi. XXX lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian
diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk
transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status XXX
diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi
pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan
keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan,
nama XXX 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan XXX lebih dikenal XXX ’46”-ditetapkan bersamaan dengan
(25)
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT. XXX
(Persero), sementara keputusan untuk menjadikan perusahaan publik diwujudkan
melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1966. Kemampuan
XXX untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial
budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perubahan
yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan
komitmen XXX terhadap perbaiakn kualitas kerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan
untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
mengarungi masa-masa sulit. Sebutan “Bank XXX” dipersingkat menjadi “XXX”,
sedangkan tahun pendirian –“46”-digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang
berakar pada sejarahnya, Bank XXX bertekad untuk memberikan pelayanan yang
baik bagi negeri, senantiasa menjadi bank kebanggaan negara.
2.2. Visi dan Misi PT. Bank XXX
Visi dan misi Bank XXX sebagai berikut:
a. Visi XXX
Menjadi bank kebanggan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja.
Pernyataan misinya adalah menjadi bank kebanggan nasional yang menawarkan
layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar, koperasi,
(26)
b. Misi XXX
1. Memberikan layanan prima yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah dan
selaku mitra pilihan umum (the bank device).
2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggan untuk berkarya dan
berprestasi.
4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.
5. Menjadikan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.
c. Budaya Kerja XXX
“PRINSIP 46” merupakan tuntutan perilaku insan XXX yang terdiri dari
empat nilai budaya yaitu :
1. Profesional
2. Integritas
3. Orientasi pelanggan
4. Perbaikan tiada henti
Enam nilai perilaku utama insan XXX yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi dan memberikan hasil terbaik
2. Jujur, tulus dan ikhlas
3. Disiplin, konsisten dan bertanggung jawab
4. Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis
5. Senantiasa melakukan penyempurnaan
(27)
2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Bank XXX Cabang USU Medan berbentuk
fungsional dan staff. Adapun yang dimaksud fungsional dan staff adalah bahwa
organisasi diuraikan menjadi bagian-bagian atau unit-unit berdasarkan fungsinya,
dimana fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan dan dibantu oleh staff-staff yang
mengawasi fungsi tersebut. Struktur organisasi PT. Bank XXX Cabang USU
(28)
Pimpinan cabang
Asisten pelayanan nasabah
Penyelia Adm. dan umum
Pimpinan Kantor Layanan
Asisten Adm dan Umum Pimpinan Kantor Kas Penyelia pelayanan nasabah Pemimpin Bidang Pembinaan Kator Layanan 2 BQA (Branch Quality
Assurance) Pimpinan Kantor Layanan Pimpinan Kantor Kas Pemimpin Bidang Pembinaan Kantor Layanan 3 Penyelia pelayanan uang tunai Asisten pelayanan uang Penyelia penjualan Asisten penjualan Pemimpin Bidang Pembinaan Kantor Layanan 1
(29)
2.4. Tugas dan Wewenang
PT. Bank XXX Cabang USU Medan memiliki pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya masing-masing. Adapun
spesifikasi atau pembagian kerja tersebut yaitu :
1. Pimpinan Cabang
Bertugas dan bertanggung jawab dalam meminpin PT. Bank XXX Cabang
USU Medan.
2. Branch Quality Assurance (BQA)
Merupakan pengawas internal PT. Bank XXX Cabang USU Medan
3. Bidang Pembinaan Kantor Layanan (BPY)
Meliputi administrasi Cabang (ASC), kantor layanan dan kantor kas. Bidang
Pelayanan Nasabah (PBN) dan Bidang penjualan Cabang (JPU).
a. Administrasi Cabang (ASC)
Memiliki tugas mengelola administrasi keuangan cabang, mengelola
administrasi transaksi DN dan Kliring, Cabang Utama dan Kantor
Layanan dan mengkompilasi tindak lanjut hasil temuan Audit KCU
(Kantor Cabang Utama-KLN (Kantor Cabang Layanan).
b. Kantor Layanan dan Kantor Kas
Bertugas melayani informasi mengenai produk jasa Bank, melayani semua
jenis transaksi kas/ tunai dan pemindahan, melayani transaksi dana dan
(30)
4. Bidang Pelayanan Nasabah (BPN)
Meliputi Pelayanan Uang Tunai (PUT) dan Pelayanan Nasabah (PNC) yakni :
a. Pelayanan Uang tunai (PUT)
Bertugas melayani semua jenis transaksi kas/tunai dan pemindahan
melayani kegiatan eksternal payment point dan mengelola kas ATM. b. Pelayanan Nasabah (PNC)
Bertugas mengelola transaksi produk danan (giro, tabungan, deposito,
simponi dan lain-lain), melayani penerbitan kartu, melayani transaksi
pencairan bunga deposito, melayani informasi transaksi produk dana, jasa
dan kredit, melayani transaksi LN, mengelola sistem penerimaan/ antrian
nasabah, dan mengelola pelaksanaan layanan untuk kenyamanan nasabah.
5. Bidang Penjualan Cabang (JUC) hanya terdiri dari satu unit yaitu marketing
(penjualan). Bertugas menjual produk dan jasa BNI, melakukan ekstensif dan
intensif.
6. Bidang Administrasi dan Umum
Adapun tugasnya adalah sebagai berikut :
a. Mengelola administrasi laporan dan keuangan cabang
b. Mengelola administrasi transaksi dalam negeri dan kliring cabang utama dan
kantor layanan
c. Mengelola aktifitas administrasi perkreditan
d. Mengelola logistik cabang utama dan kantor layanan
(31)
2.5. Karyawan dan Jam Kerja 2.5.1. Karyawan
Hingga saat ini jumlah karyawan PT. Bank XXX Cabang USU Medan
dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT. Bank XXXCabang USU Medan
No Jabatan Jumlah
1 Pemimpin Cabang 1
2 Pemimpin Bidang Operasional 1
3 Pemimpin Bidang Kantor Layanan 2 4 Pemimpin Kantor Layanan dan Kantor Kas 20
5 Administrasi Dalam Negeri 5
6 Teller 36
7 Marketing 6
8 Petugas Non Administrasi 2
9 Customer service 16
10 Satpam dan Jaga Malam 19
11 Supir 14
12 Administrasi dan Umum 4
Jumlah 126
2.5.2. Jam Kerja
Bedasarkan surat perjanjian bersama BNI-SP XXX No. DIR/063 dan No.
PKB-035/DSP-SP Bank XXX /2004 tanggal 10 Agustus 2004, maka jumlah jam
kerja karyawan PT. Bank XXX Cabang USU Medan dapat dilihat pada Tabel 2.2
(32)
Tabel 2.2. Ketentuan Jam Kerja Karyawan PT. Bank XXXCabang USU Medan
Karyawan Ketentuan Jam Kerja
Jenjang Asisten Ke Atas Hari Senin-Kamis : Pukul 08.00-17.00 Istirahat : Pukul 12.00-13.00
Hari Jum’at : Pukul 07.30-17.00 Istirahat : Pukul 11.30-13.00 Pegawai Non Administrasi (PNA)
dan Supir
PNA dan Supir Selain Antar Jemput Pemimpin
Hari Senin-Kamis : Pukul 07.00-16.00 Hari Jum’at : Pukul 06.30-15.30 Supir Antar Jemput Pemimpin
Hari Senin-Kamis : Pukul 06.30-15.30 Istirahat : Pukul 11.30-13.00
2.6. Produk
PT. Bank XXX Cabang USU Medan memiliki beberapa jenis produk
keuangan yang dapat dibedakan atas beberapa jenis, diantaranya adalah yang
diperuntukkan bagi individual. Produk-produk tersebut yaitu :
a. Taplus utama
Taplus utama ini merupakan simpanan masyarakat secara perseorangan
dalam bentuk valuta rupiah yang trasnsaksi penyetoran dan penarikannya dapat
dilakukan setiap saat melalui teller dan melalui fasilitas ATM maupun phone plus.
Keunggulan dari taplus utama ini adalah
1. Memperoleh manfaat ganda yaitu bunga yang lebih tinggu, nasabah mendapat
(33)
2. Mendapatkan KartuPlus Utama yang berfungsi sebagai penarikan uang tunai
di ATM XXX sampai dengan Rp. 10 juta/hari, penarikan tunai di ATM
dengan berlogo Cirrus di dalam.luar negeri dan belanja di merchant yang berlogo maestro di seluruh dunia.
3. Menyetor dan mengambil uang dapat dilakukan di semua cabang/capem
XXX.
4. Menggunakan taplus utama untuk pembayaran telepon/handphone, listrik, air,
kartu kredit dan kewajiban lainnya melalui XXX.
5. Mendapatkan fasilitas phoneplus XXX secara otomatis
b. XXX TAPENAS
XXX TAPENAS yaitu simpanan berjangka untuk investasi dana pendidikan
anak dengan manfaat asuransi yang diperuntukkan bagi nasabah perseorangan.
Manfaatnya adalah
1. Mendapatkan kepastian dana untuk pendidikan anak sesuai rencana,
walaupun sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada orang tuanya.
2. Meningkat kedisplinan dalam menabung.
3. Mendapatkan manfaat asuransi secara Cuma-Cuma
(34)
c. XXX Dollar
XXX Dollar adalah simpanan dalam mata uang dollar yang memilki nilai
tukar uang yang lebih stabil dan aman dari resiko turunnya nilai rupiah serta
member kemudahan dalam bertransaksi. Keuntungan menggunakan XXX Dollar
ini adalah
1. Mendapatkan suku bunga menarik dan dihitung atas dasar saldo harian
sehingga kebih menguntungkan.
2. Mendapatkan biaya administrasi bulanan yang sangat ringan untuk benefit
yang anda peroleh.
3. Menyetor uang secara tunai dalam pecahan USD 100 dengan total setoran
maksimal USD 50.000 per hari bebas biaya.
4. Mendapatkan jaminan fasilits jaminan asuransi kecelakaan diri gratis
sehinnga anda akan merasa semakin nyaman dan tenang karena secara
otomatis dilindungi asuransi kecelakaan diri dengan nilai pertanggunagn :
a. Mendapatkan 100 % dari saldo atu maksimal USD 100.000 untuk cacat
tetap total atau meninggal dunia.
b. Mendapatkan persentase tertentu dari saldo untuk cacat tatap sebagian.
c. Mendapatkan 10 % dari saldo atau maksimal USD 1000 untuk rawat inap.
(35)
d. XXX Haji
Bagi calon jamaah haji tabungan ini adalah sarana pas untuk mendapatkan
kepastian porsi keberangkatan menunaikan ibadah haji sesuai keinginan anda
dalam masa keberangkatan tertentu. Keunggulan dari XXX Haji adalah :
1. Memperoleh souvenir (berupa barang) pada saat membuka rekening (selama persediaan masih ada).
2. Memperoleh souvenir (berupa barang) pada saat pelunasan BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji).
3. Memperoleh nomor porsi keberangkatan haji setelah dana mencapai jumlah
tertentu (sekitar 20 juta) dan mendaftar di Kantor Depag setempat dan gratis
perlindungan asuransi dengan nilai manfaat sampai nilai ibadah haji.
e. XXX Giro
XXX Giro adalah produk simpanan yang dapat ditarik kapan saja. Penarikan
dapat menggunakan cek dan bilyet giro, surat perintah pembayaran atau
pemindahbukuan. Jenisnya dapat berupa Rupiah atau Valuta Asing. Adapun
manfaat XXX Giro adalah :
1. Dapat jasa giro menarik dihitung atas dasar saldo harian.
2. Dapat dibuka atas nama perorangan maupun perusahaan.
3. Dapat dibuka dalam mata uang rupiah maupun valas sesuai dengan kebutuhan
bisnis.
4. Dapat menentukan waktu pengiriman rekening Koran (harian, mingguan,
(36)
5. Tersedia pilihan rekening gabungan atau joint account. Sedangkan kemudahan dan keuntungan XXX Giro adalah :
1. Penarikan dapat menggunakan Cek/BG, perintah pembayaran lainnya
pemindahbukuan dan ATM (khusus giro perorangan IDR).
2. Penyetoran tunai bank notes USD ke rekening giro valas USD hingga USD
50,000 per hari dalam denominasi USD 100 bebas biaya.
3. Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai,
baik mata uang rupiah, USD maupun mata uang lainnya.
4. Pentransaksian secara on-line.
5. Dukungan lebih dari 920 kantor cabang on-line dan lebih dari 2.300 XXX ATM.
6. Dilengkapi dengan Intercity Clearing mempermudah anda untuk bertransaksi bisnis antar wilayah.
(37)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Tata Ruang Kantor
3.1.1. Pengertian Tata Ruang Kantor2
Istilah tata ruang kantor berasal dari bahasa inggris, yaitu Office Layout
atau sering disebut juga layout saja. Tata ruang kantor adalah pengaturan perabotan, mesin, dan sebagainya di dalam ruangan yang tersedia. Ada beberapa
ahli yang mendefinisikan tata ruang kantor diantaranya, sebagai berikut :
1. Menurut George Terry yang disadur dari The Liang Gie menyatakan “Tata
ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dalam
penggunaan ruang secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapkan suatu
susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi
pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak” (1988:200).
2. Menurut Littlefield dan Peterson menyatakan “Tata ruang kantor dapat
dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada luas
lantai yang tersedia” (1956:117).
Tata ruang kantor disusun berdasarkan aliran pekerjaan kantor sehingga
perencanaan ruangan kantor dapat membantu para pekerja dalam meningkatkan
produktifitas. Selain itu pengaturan tata ruang kantor yang baik akan memberikan
keuntungan-keuntungan, diantaranya :
2
Soedarmayanti. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran.1992. Pustaka Binaman Pressindo. Hal 125-129.
(38)
1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai, karena berjalan
mondar-mandir yang sebetulnya tidak perlu.
2. Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai
tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya.
4. Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan
memenuhi suatu bagian tertentu. (The Liang Gie, 1983:162).
Akibat perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini, mengakibatkan
penerapan tata ruang kantor ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Dari beberapa pakar yang mengutarakan tentang pengertian tata ruang,
diantaranya George R. Terry dalam buku office management and Control tahun 1958 menyatakan sebagai berikut :
“Office layout in the dertemination of space requirement and the detailed utilization of this space in order to provide a practical arrangement of the physical factors considered necessary for the execution of the officework within reasonable cost”.
(Tata ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan ruang dan tentang
penggunaanya secara terinci dari ruangan tersebut untuk menyiapkan suatu
susunan praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan
kerja perkantoran dengan biaya yang layak).
Dengan kata lain, arti tata ruang kantor dapat pula diutarakan sebagai
(39)
perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan
baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja.
3.1.2. Tujuan Pengaturan Tata Ruang
Pengaturan tata ruang yang baik akan mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan kantor dapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian
komunikasi kerja pegawai akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan
pengawasan semakin mudah serta akhirnya dapat mencapai efesiensi kerja.
Dengan penggunaan ruang yang baik proses alur pekerjaan yang efektif
dan efesien, maka tujuan tata ruang kantor adalah sebagai berikut :
1. The Liang Gie
a. Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak
yang sependek mungkin.
b. Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar.
c. Kesehatan dan kepuasaan bekerja para pegawai dapat terpelihara.
d. Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan.
e. Seluruh ruang dipergunakan secara efesien untuk keperluan pekerjaan.
f. Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan
yang baik tentang organisasi tersebut.
g. Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan
mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan (The Liang Gie, 1988:207)
(40)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan tata ruang kantor :
1. Memperlancar jalannya pekerjaan yaitu segenap ruangan digunakan secara
efesien untuk keperluan pekerjan
2. Menambah semangat kerja pegawai
3. Memberikan kesan yang baik bagi para tamu yang datang mengunjungi
kantor
4. Mempermudah pengawasan
Apabila dirinci, maka tujuan tata ruang kantor antara lain adalah :
a. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena prosedur
kerja dapat dipersingkat.
b. Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
c. memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efesien.
d. Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan
menemui suatu bagian tertentu, atau oleh suara bising lainnya.
e. Menciptakan kenyamanan bekerja bagi para pegawai.
f. Memberikan kesan yang baik terhadap para pengunjung.
g. Mengusahakan adanya keleluasaan bagi :
1. Gerakan pegawai yang sedang bekerja.
2. Kemungkinan pemanfaatan ruangan bagi keperluan lain pada waktu
tertentu.
(41)
3.1.3. Macam-macam Tata Ruang Kantor
Pada dasarnya, dikenal adanya 4 macam tata ruang kantor, yaitu :
1. Tata Ruang Kantor Tertutup/Berkamar
Yang dimaksud dengan tata ruang kantor berkamar adalah ruangan untuk
bekerja yang dipisahkan atau dibagi dalam kamar-kamar kerja atau ruangan yang
dipisahkan oleh tembok atau penyekat yang terbuat dari kayu.
a. Keuntungantata ruang kantor berkamar adalah :
1. Konsentrasi kerja lebih terjamin
2. Pekerjaan yang bersifat rahasia, dapat lebih terjamin atau terlindungi baik dari
segi pembicaraan, dokumen-dokumn, atau asset perusahaan yang berharga..
3. Untuk menambah kewibawaan, status pejabat sehingga selalu terpelihara
adanya kewibawaan pejabat/pimpinan.
4. Untuk menjamin keberhasilan kerja dan merasa ikut bertanggung jawab atas
ruangan dan merasa ikut memiliki.
5. Dapat lebih menghargai tamu.
b. Kerugiantata ruang kantor berkamar adalah :
1. Komunikasi langsung antar pegawai tidak dapat lancar, sehingga kesempatan
untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang.
2. Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan ruangan,
pengaturan penerangan dan biaya peralatan lainnya.
3. Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan dan perkembangan
organisasi.
(42)
5. Memerlukan ruangan yang luas.
2. Tata Ruang Kantor Terbuka
Yang dimaksud dengan tata ruang kantor terbuka adalah ruangan besar untuk
bekerja yang ditempati oleh beberapa pegawai yang bekerja bersama-sama
diruangan tersebut tanpa dipisahkan oleh penyekat.
a. Keuntungantata ruang kantor terbuka
1. Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara, pengaturan warna dan
dekorasi
2. Luwes atau fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan tidak
memerlukan biaya tinggi
3. Mudah untuk mengadakan hubungan langsung, pengawasan, penyeragaman
kerja dan pembagian peralatan kerja.
4. Biaya lebih hemat atau murah untuk pemeliharaan : ruangan kerja,
penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan, penggunaan telepon dan
lain-lainnya.
5. Memudahkan penempatan, penggunaan, dan perawatan peralatan kerja.
6. Memudahkan komunikasi dan koordinasi kerja antarpegawai baik.
7. Menghemat penggunaan penerangan dan peralatan kerja.
b. Kerugiantata ruang kantor terbuka
1. Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau kebisingan
2. Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh konsentrasi
(43)
4. Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan
5. Kemungkinan nampak adanya tumpukan-tumpukan berkas atau kertas dan
peralatan kerja lainnya, sehingga mengakibatkan pemandangan yang kurang
baik.
6. Memerlukan air conditioning untuk mengurangi debu dan pendingin udar serta air cleaner untuk mengurangi bau.
3. Tata Ruang Kantor Berpanorama
Yang dimaksud dengan tata kantor berpanorama adalah ruangan untuk
bekerja yang dihiasi oleh taman, dekorasi dan lainnya. Bentuk ruangan kantor
berhias ini mengusahakan agar lingkungan ruangan perkantoran nampak seperti
pemandangan alam terbuka dan benar-benar merupakan lingkungan yang nyaman,
menyenangkan dan ekonomis dalam pemanfaatan ruangan.
a. Keuntungantata ruang kantor berhias atau berpanorama :
1. Para pegawai akan merasa nyaman dan betah bekerja
2. Ketegangan syaraf dapat berkurang atau dihindarkan
3. Kebisingan dan kegaduhan dapat berkurang atau dihindarkan
4. Produktivitas kerja dapat meningkat, pekerjaan dilaksanakan dengan efesien
sehingga tujuan organisasi dapat mudah dicapai.
b. Kerugiantata ruang kantor berhias atau bertaman/berpanorama :
1. Biaya cukup tinggi untuk mengadakan taman dan dekorasi lainnya.
2. Biaya pemeliharaan tinggi.
(44)
3.1.4. Kepuasan Kerja3
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam
bekerja tentunya dia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Menurut
Robbin (1996) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan. Pertama, adalah pekerjaan yang secara mental menantang (mentally challenging work), artinya apakah pekerjaan yang dilakukan karyawan saat ini ada tantangannya atau tidak sama sekali. Pekerjaan yang dirasa tidak menantang akan
menimbulkan rasa bosan dalam diri karyawan, sebaliknya pekerjaan yang
tantangannya terlalu berat justru akan menimbulkan rasa frustasi dan perasaan
gagal. Oleh karena itu, pekerjaan yang diberikan kepada karyawan hendaknya
memiliki tantangan yang proporsional. Kedua masalah reward yang sesuai (equitable reward), yang dimaksud reward misalnya gaji, komisi, bonus dan juga kebijakan promosi. Umumnya karyawan menginginkan gaji dan system promosi
yang adil dan fair. Yang dimaksud adil dan fair misalnya ada kesesuaian antara gaji dan tuntutan pekerjaan, skill, atau ketrampilan, latar belakang pendidikan, dan
sebagainya. Demikian juga masalah promosi, jangan sampai terjadi karyawan
yang tidak outstanding malah mendapat promosi. Jika karyawan menilai sistem gaji dan promosi sudah adil dan fair, maka kemungkinan besar karyawan akan
mengalami kepuasan dengan pekerjaannya.
3
(45)
Umumnya masalah ketidakpuasan banyak dipicu oleh sistem gaji yang
dipandang tidak memenuhi rasa keadilan. Ketiga adalah kondisi kerja yang
mendukung (supportive working condition), yang termasuk ke dalam kondisi kerja misalnya temperatur, cahaya atau penerangan, meja, kursi, tingkat
kebisingan, dan lain-lain.
Dari beberapa definisi mengenai kepuasan kerja di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa kepuasan kerja yaitu, perasaan seseorang terhadap pekerjaaan,
ini mengartikan bahwa kepuasan kerja itu sebagai hasil interaksi lingkungan
kerjanya. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan pada masing-masing individu.
3.1.5. Hubungan Antara Persepsi Tentang Tata Ruang Kerja Dengan Kepuasan Kerja Karyawan4
Persepsi tata ruang kerja yang memadai bagi setiap individu satu dengan
individu yang lain sangat mempunyai pengaruh dan potensi untuk menghasilkan
perasaan puas dalam bekerja. Di samping itu, para karyawan akan merasa nyaman
dengan ruang kerja yang layak dan kelengkapan akan fasilitas yang mendukung
para karyawan untuk bekerja lebih giat dan tekun. Lingkungan kerja yang baik
akan membuat para pekerja merasa nyaman. Jika pekerja atau karyawan merasa
nyaman dalam bekerja bisa dipastikan produktivitas akan meningkat. Kelancaran
aktivitas pekerjaan kantor, rasa kepuasan karyawan dan pelanggan sangat
4
(46)
ditentukan oleh penataan ruang kantor. Semakin baik tata ruangnya, semakin
memberikan rasa aman dan nyaman dalam bekerja serta meningkatkan
produktivitas kerja. Oleh karena itu sebuah ruangan kantor wajib ditata dan selalu
mendapatkan perhatian dari manajer kantor (dalam Maryati, 2008) Tata ruang
menunjukkan penentuan syarat-syarat ruang dan penggunaannya secara terinci
daripada ruang ini untuk memberikan susunan perabot dan perlengkapan yang
paling praktis yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan kantor (dalam
Moekijat, 1997).
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika
perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa
karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja tidak mutlak dipengaruhi
oleh gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,
diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk
kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Lingkungan
kantor akan sedikit banyak mempengaruhi fisik maupun psikologis pegawai
ketika melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi manajer
administrasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang bisa membuat pegawainya
bekerja secara efisien dan efektif, serta meminimalkan kemungkinan pegawai
mendapatkan cedera ketika melakukan pekerjaannya.
Ergonomi membantu memastikan apakah tugas, peralatan, maupun
lingkungan kantor digunakan secara optimal dalam menyelesaikan tugas. Dengan
(47)
bersangkutan. Odgers (2005), mendefinisikannya sebagai ilmu terapan yang
digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat
kenyamanan, efisiensi dan keamanan dalam mendesain tempat kerja demi
memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis pegawai di kantor.
3.2. Mata5
Mata merupakan indra pengelihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina selanjutnya dengan
perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
3.2.1. Anatomi Mata
Mata diproteksi oleh tulang rongga mata alis dan bulu mata, kelopak mata,
refleks miengedip, sel-sel pada pemukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir
yang melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi
memperbaiki tajam penglihatan membersihkan kotoran yang masuk ke mata,
lubrikasi (pelumasan), media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa,
elektrolit, enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibodi.
Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 cm, bagian depannya
bening serta terdiri dari tigalapisan, yaitu:
1. Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan penyangga.
5
Evelyn., Anatomi dan Fisiologis untuk Para Medis, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1999. p. 317
(48)
2. Lapisan tengah (vaskuler).
3. Lapisan dalam yang merupakan lapisan saraf.
Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata otot-otot ini dikaitkan
pada sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini menggerakkan mata
ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luar secara bergantian.
Adapun bagian-bagian mata adalah sebagai berikkut ini.
1. Skelera
Merupakan pembungkus yang kuat dam fibrus. Sklera membentuk putih mata.
sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu
mempertahankan bentuk biji mata.
2. Retina
Retina merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan
serabut, yaitu sel-sel saraf.
3. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih
dan tidak tembus cahaya.
4. Iris
Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang
(49)
5. Lensa
Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa
lapisan. Lensa mata befungsi sebagai organ fokus utama yemg membiaskan
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.
6. Pupil
Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai
yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki
mata.
Gambar 3.1. Anatomi Mata Manusia
(50)
3.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata 3.2.2.1.Faktor Manusia
a. Umur6
Semakin tua seseorang lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya
akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan
dan menipiskan mata. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin
berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan
diri. Sebaiknya semakin muda sesorang, kebutuhan cahayaa akan lebih sedikit
dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami
kelelahan mata lebih sedikit. Daya akomodasi menurun pada usia 45 – 50
tahun. Penurunan ketajaman pengelihatan manusia sesuai dengan umur dapat
dilihat pada Gambar 3.2. berikut.
Gambar 3.2. Penurunan Ketajaman Penglihatan (Sumber : Eko Nurmianto., Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasi)
6
(51)
Umur berpengaruh besar terhadap daya akomodasi makin banyak umur, lensa
makin kehilangan kekenyalan dan kapasitas melengkungnya semakin berkurang,
akibatnya titik dekat menjauhi mata, sedangkan titik jauh umunya tetap. Titik
dekat rata-ratanya sebagai berikut
1. Umur 16 Tahun yaitu 8 cm
2. Umur 32 Tahun yaitu 12,5 cm
3. Umur 44 Tahun yaitu 25 cm
4. Umur 50 Tahun yaitu 50 cm
5. Umur 60 Tahun yaitu 100 cm
b. Jenis Penyakit Tertentu dan Pengaruh Obat-Obatan7
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi mata antara lain adalah penyakit
Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Jenis obat midiatrik seperti atropine,
homotropin, dan schopolamin dapat melumpuhkan otot siliar, jenis obat penenang sedetif jika dimakan teratur mempunyai efek dapat mengurangi
produksi air mata yang dihasilkan oleh kelenjar laktimal, akibatnya mata
menjadi kering dan mengalami iritasi.
7
(52)
3.2.2.2. Faktor Lingkungan a. Illuminasi (Penerangan)
Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata
akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan. Pada
tingkat iluminasi yang rendah, titik jauh akan bergerak lebih dekat dan letak
titik dekat akan berpindah, serta ketepatan (Precision) dan kecepatan akomodasi akan menurun. Pengaruh illuminasi dan kontras terhadap
ketajaman penglihatan manusia dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3. Pengaruh lluminasi dan Kontras terhadap Ketajaman Penglihatan
(Sumber : Eko Nurmianto., Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasi)
Illuminasi (illumination) yaitu flux-flux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Illuminasi
(illumination) adalah datangnya cahaya ke suatu objek. Illuminan adalah banyaknya arus cahaya yang datang pada satu unit bidang. Sedangkan luminan
(53)
diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi. Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, tercantum dalam Tabel 3.1. berikut ini :
Tabel 3.1. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jenis Pekerjaan Tingkat Pencahayaan Minimal ( Lux )
Keterangan Pekerjaan kasar dan
tidak terus-menerus 100
Ruang penyimpanan dan ruang
peralatan/instalasi yang memerlukan
pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar dan
terus-menerus 200
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan
kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun
Pekerjaan agak
halus 500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin, kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
Pekerjaan amat halus
1500
Tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus.
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus.
(54)
b. Suhu Udara8
Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga
kerja berada dalam tempat yang nyaman (comfort) atau dapat dikatakan efisiensi kerja yang opimal dalam daerah yang nikmat kerja yaitu suhu yang
sesuai, tidak dingin dan tidak panas. Bagi orang Indonesia suhu udara yang
dirasa nyaman adalah berada antara 240C - 260C serta toleransi 2-30C di atas
atau di bawah suhu nyaman.
c. Silau (Glare)
Dari sudut fisiologis, silau merupakan gangguan utama bagi tahap adaptif dari
retina. Menurut Grandjean (1988), silau adalah suatu proses adaptasi yang
berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina terkena sinar yang berlebihan.
Ada tiga jenis dari kesilauan :
1. Silau relatif adalah kontras terlalu kuat di dalam bidang visual.
2. Silau mutlak adalah penerangan yang begitu tingginya sehingga adaptasi
tidak dimungkinkan.
3. Silau adaptif adalah adaptasi pada tingkat terang tertentu tapi yang belum
tercapai.
Untuk menghindarkan diri dari silau, berikut beberapa prinsip yang dapat
diterapkan :
1. Makin pendek waktu menatap silau, tahap adaptasi asal makin cepat
(55)
2. Derajat dari silau tergantung pada cerah relatif dari sumbernya, ia
meningkat dengan meningkatnya area sumber dan paling celaka kalau
sumber itu dekat dengan garis pandang.
3. Sumber sinar di atas garis pandang tidak begitu memuakkan daripada yang
terletak di samping atau di bawahnya.
4. Bahaya silau makin besar bila penerangan umum di bidang visual
bertingkat rendah.
Tajam visual merupakan kemampuan untuk membedakan secara cermat
objek dan peralatannya. Tajam visual membedakan dua titik yang sangat
berdekatan serta persepsi atas jarak. Tajam visual berpengaruh terhadap peka
kontras, peka kontrasa merupakan kemampuan untuk mengenali perbedan dalam
kecerahan. Kepekaan kontras bervariasi sebagai berikut :
a. Kontras lebih besar terhadap area yang kecil daripada yang besar.
b. Kontras lebih besar terhadap perbatasan yang jelas daripada perubahan
yang gradual.
c. Kontras meningkat bersamaan dengan meningkatnya cerah dari
lingkungan dan terbesar dalam lingkup 200-1000 asb.
d. Kontras mengikuti hukum Weber-Fechneri dalam lingkup 200-1000 atas
perbedaan yang hanya sekitar 2 % dari kecerahan lingkungan.
e. Kontras lebih besar bila bagian luar bidang visual lebih gelap dari pusat
bidang, dengan nilai maksimum sekitar 1200-1500 asb di pusat bidang dan
(56)
d. Lamanya Melihat
Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia
(Afandi, 2002). Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan
oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya
disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).
e. Jarak Pandang Ke Monitor
Menurut Jaschinski (1991), melihat ke layar dengan jarak 20 inci dirasakan
terlalu dekat. Jarak yang sesuai adalah 40 inci. Sedangkan menurut Grandjean
(1991), menyebutkan bahwa jarak rata-rata ideal melihat ke layar adalah 30
inci.
f. Masa Kerja
Masa kerja berkaitan dengan proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap iklim
kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim kerja tersebut dan
kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja
yang dimaksud. Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja
dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi
terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah
mengalaminya. Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari
(57)
g. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran
objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, iluminasi dari
lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada
arah si pengamat, serta lamanya melihat (Suma’mur, 2009).
3.3. Mekanisme Melihat9
Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan
kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu dirubah menjadi ajakan
syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam
bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat
pengendali otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan
semua gerakan bola mata.
Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata
secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang
mengaturnya berjalan secara automatik, jadi diluar kesadaran kita. Pada saat yang
sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks
hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah
diterima sebagai gambaran (citra) dari dunia luar. Gambar 3.4. merupakan ikhtisar
dari proses visual tersebut.
9
Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. p.157- 159.
(58)
Gambar 3.4. Diagram dari Alat Visual
(Sumber : Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi)
Adapun keterangan dari Gambar 3.4. di atas adalah :
1. Kornea dan lensa.
2. Penerima cahaya di dalam retina.
3. Pemindahan informasi lewat saraf optik ke otak.
4. Simpul dan pengendali alat optik.
(59)
3.4. Flicker Fusion-Frequence10
Evaluasi pada frekuensi flicker-fusion adalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang realistis dan dapat diulang. Subjek (orang) yang
diteliti melihat pada sebuah sumber cahaya yang dinyalakan dengan energi yang
berfrekuensi rendah dan berkedip-kedip (flictrering). Kemudian frekuensi berkedipnya dinaikkan sampai subjekya merasakan bahwa cahaya yang berkedip
tersebut seperti garis lurus. Frekuensi dimana cahaya yang berkedip dianggap
sebagai garis lurus memberikan kesan bahwa subjek yang diteliti berada pada
kondisi lelah. Sedangkan subjek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya yang
berkedip. Pada saat istirahat fusing terjadi dengan 35 sampai 40 Hz. Setelah bekerja dengan beban kognitif akan terjadi pengurangan fusing 0,5 sampai 0,7 Hz.
Gambar 3.5. Critical Flicker Fusion pada Mata
10
Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1998. hal 268
(60)
(Sumber : Ergonomi- Cogntlive Work) 3.5. Penataan Warna11
1. Warna merah merupakan warna yang cukup dominan. Penggunaan warna ini
pada suatu objek seringkali membuat objek tersebut tampak lebih dekat dari
sebenarnya, sehingga mata kita cenderung lebih cepat mengidentifikasi warna
merah dalam suatu ruangan. Warna merah memiliki pengaruh besar pada
mood pria, karena warna ini menciptakan reaksi yang emosional. Selain itu, warna merah juga banyak mempengaruhi manusia secara fisik seperti
Warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja,
khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa. Dengan
memakai warna yang tepat pada dinding ruangan dan alat‐alat lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara. Selain itu
warna yang tepat juga akan mencegah kesulitan yang mungkin timbul karena
cahaya yang berlebih‐lebihan.
Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruang dan alat-alat
lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara.
Selain itu, warna yang tepat juga akan mencegah kesilauan yang mungkin timbul
karena cahaya yang berlebihan. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi
psikologis seseorang akan mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan
keseimbangan dari ketiganya dalam diri manusia. Berikut ini adalah beberapa
contoh pengaruh warna terhadap manusia :
11
Soedarmayanti. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran.1992. Pustaka Binaman Pressindo. Hal 131.
(61)
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan, warna ini juga
sering dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan, contohnya dalam pengobatan
penyakit anemia, tekanan darah rendah atau penyakit kulit . Walaupun dapat
memberikan suasana hangat dalam ruangan, warna ini cenderung
meningkatkan agresivitas seseorang.
2. Warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan. Warna ini
seringkali diasosiasikan dengan warna langit atau lautan, juga dianggap
sebagai warna favorit dunia karena efeknya yang membawa perasaan damai.
Warna biru pekat akan menstimulasi pemikiran yang jernih, sementara warna
biru muda akan membantu meningkatkan konsentrasi. Warna ini sangat baik
dipakai untuk mengatasi sakit tenggorokan, asma ataupun migren. Di sisi lain,
penggunaan warna biru pada ruangan secara berlebihan dapat menimbulkan
kesan dingin dan tidak bersahabat, bahkan terkadang membawa perasaan
sedih atau depresi.
3. Warna kuning menimbulkan perasaan ceria dan optimis. Warna ini banyak
mempengaruhi manusia secara mental dan emosional. Penggunaan warna ini
secara tepat dalam ruangan, menimbulkan kesan bersahabat dan seringkali
membantu meningkatkan kreativitas seseorang. Warna ini sangat cocok
dipakai untuk menetralkan rasa gugup, karena cenderung meningkatkan rasa
percaya diri seseorang. Walaupun demikian, penggunaan warna kuning
hendaknya dikombinasikan dengan warna-warna lain, karena memiliki
(62)
4. Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan karena diasosiasikan dengan
alam dan tumbuhan. Warna hijau memberikan rasa aman, juga keseimbangan
dan harmoni. Warna ini cocok digunakan dalam ruangan peristirahatan
karena membawa perasaan damai dan ketenangan. selain itu, warna ini juga
dipercaya dapat memperbaiki pengelihatan seseorang. Namun demikian,
terlalu banyak warna hijau dalam suatu ruangan dapat menimbulkan
kebosanan.
5. Warna oranye merupakan hasil pencampuran warna merah dan kuning.
Dengan adanya kombinasi dua warna tersebut, warna oranye mempengaruhi
manusia baik secara fisik maupun mental. Warna oranye dapat meningkatkan
nafsu makan dan memberikan kenyamanan, sehingga sangat cocok digunakan
di ruang makan atau ruang keluarga. Selain itu, warna ini membawa perasaan
hangat dan menyenangkan. Dalam terapi pengobatan, warna oranye dipakai
untuk mengatasi kelainan ginjal atau paru-paru, juga mengobati bronkhitis.
Dampak negatif dari penggunaan warna ini secara berlebihan adalah
menyebabkan berkurangnya tingkat keseriusan dalam belajar atau bekerja.
6. Warna hitam memberikan kesan yang glamor dan elegan. Selain itu, warna
ini juga menciptakan suasana yang cenderung serius dalam suatu ruangan.
Warna hitam juga sering dipakai untuk menekan nafsu makan yang
berlebihan, misalnya dengan cara melapisi meja dengan taplak berwarna
hitam. Dalam konotasi yang negatif, warna ini menimbulkan ketakutan akan
(63)
7. Warna putih melambangkan kemurnian atau kesucian. Warna ini banyak
digunakan di rumah sakit karena memberikan kesan higienis dan steril.
Secara visual, penggunaan warna ini pada suatu ruangan akan memberikan
ilusi bahwa ruangan tersebut lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
Penggunaan warna putih secara berlebihan cenderung memberi kesan tidak
ramah.
8. Warna merah muda merupakan hasil pencampuran warna merah dan putih.
Warna ini melambangkan sifat yang feminim dan memberikan kesan santai.
Namun faktanya, warna ini juga seringkali membuat orang merasa lesu dan
kurang bersemangat. Dampak negatif dari warna merah muda ini sering
dimanfaatkan dalam bidang olahraga. Dalam sebuah pertandingan, seringkali
warna merah muda digunakan dalam ruang ganti lawan dengan tujuan untuk
menekan semangat dari tim lawan.
9. Warna cokelat terdiri dari warna merah, kuning dan hitam. Sama seperti
warna hitam, cokelat juga menimbulkan kesan yang serius, tetapi warna
cokelat lebih menonjolkan sisi lembut dan kehangatan.
10. Warna ungu memberikan kesan mewah dan seringkali dikaitkan dengan
kerohanian. Warna ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan
perenungan atau meditasi. Selain itu, warna ini juga sering digunakan untuk
meningkatkan rasa percaya diri seseorang dan mengurangi rasa putus asa.
Selain warna-warna spesifik (hue) yang telah disebutkan di atas, dimensi warna yang lain seperti intensitas ( chroma), value,dan temperatur warna juga turut berperan dalam mempengaruhi kondisi psikologis manusia. Komposisi
(64)
warna dengan value yang kontras akan meningkatkan ketelitian dan objektivitas. Sementara komposisi warna-warna gelap akan menimbulkan kesan yang misterius
atau rasa takut. Warna-warna dengan intensitas yang tinggi terlihat menarik dan
memicu terjadinya aktivitas. Menurut penelitian warna-warna yang digunakan
dengan gedung perkantoran yaitu :
1. 88% warna putih
2. 88% campuran warna putih dan hijau
3. 83 % warna abu-abu
4. 81 % warna gading
Warna yang tepat untuk suatu kantor tergantung pada macam dan sifatnya
pekerjaan di kantor yang bersangkutan. Jika pekerjaan membutuhkan ketenangan
sebaiknya dipakai warna biru pada dinding kantor. Jika pekerjaan merupakan
produktivitas diperlukan warna putih.
3.6. Job Content (Tugas dan Tanggung Jawab Pekerjaan)12
Job content berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan. Konteks pekerjaan mengacu pada kondisi di mana pekerjaan
dilakukan dan tuntutan pekerjaan tersebut membebankan pada karyawan. Khusus
jenis informasi pekerjaan konteks biasanya diidentifikasi selama analisis jabatan
meliputi hubungan pelaporan, pengawasan diterima, penilaian, otoritas, kontak
pribadi, kondisi kerja, dan tuntutan fisik dan mental pekerja.
12
(65)
3.7. Antropoteknologi (Antropotechnology)13
Berdasarkan catatan pengalaman dari ahli ergonomi dari Prancis terkenal
yaitu Alan Winer (1995) ketika mengadakan proyek mengenai pemindahan
teknologi yang dibutuhkan untuk studi geografi, sejarah dan yang lainnya untuk
dimensi etnologi. Etnologi merupakan aspek budaya antropologi yang berkaitan
dengan perbandingan budaya manusia dengan lainnya, nilai, sistem kepercayaan
dan lain-lain. Berhubungan erat dengan variabel etnologi dalam pemindahan
teknologi yang dikembangkan dalam budaya satu dengan lainnya. Wisner
(1976,1984) mengembangkan dan membuat konsep antropoteknologi.
Deskripsi dari Winer, orientasi dan tujuan dari antropoteknologi adalah
mempermudah ergonomi. Selanjutnya dia membuat catatan mengenai metodologi
umum yang dipermudah, tetapi mengarah kepada metode perbandingan
(Wisner,1976). Sebelum pemindahan teknologi, studi ini dibuat dengan
mempersembahkan teknologi operasi di negara-negara berkembang atau
mempermudahnya. Termasuk juga analisis dari karakteristik budaya dan
bagaimana dampaknya bagi perancangan. Hal ini berkaitan dengan perbaikan
kesalahan dan memperbaiki kecacatan dalam memodifikasi perancangan untuk
negara pembeli. Dasar metode yang dibuat untuk studi ini adalah ergonomic work
13
(66)
analysis (EWA). Selanjutnya, EWA dilakukan sebagai teknik mempersingkat titik kritis sistem operasi oleh negara pembeli. Kedua EWA tersebut digabungkan dan
diimplikasikan untuk perancangan sistem transfer teknologi dan implementasinya.
Demikian dari EWA tersebut penggunaannya sebagai instalasi dari modifikasi
baru sistem teknologi yang merupakan campuran tim manajer dan operator dari
dua negara yang diikuti oleh teknik ergonomi yang memerlukan EWA.
Wisner (1995) menyatakan faktor kerja lebih banyak menggunakan
peramalan, dari luar, menghilangkan hambatan untuk mensukseskan transfer
teknologi dalam situasi rumit. Antropoteknologi mencari keaslian dan kesulitan
yang dibuat, dan pohon penyebab yang dibuat tidak terbatas untuk teknis dan
aspek teknologi pada stasiun kerja. Wisner (1976, 1984) mendeskripsikan
antropoteknologi secara detail.
3.7.1. Ergonomic Work Analysis (EWA)
EWA menjelaskan lebih menyeluruh mengenai deskripsi aktivitas operator
atau pengguna dalam fase implementasi sistem teknis yang lebih kritis. Penilaian
yang lebih detail dari studi ini saling berkaitan dibandingkan dengan representasi
operator atau penggunanya sendiri atau aktivitasnya sendiri selama beberapa
periode (Wisner, 1995).
Walaupun disini banyak menggunakan variasi dari EWA, Wisner (1995)
menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang biasa digunakan. Pada
prinsipnya metodologi EWA termasuk dalam kajian teknis, ekonomi, kondisi
(67)
dan evaluasi dari situasi kerja yang baru. Wisner juga menyatakan metodologi
yang lebih rumit jika dikuti lebih lengkap, tetapi analisis proses kerja yang lebih
komplit jarang dibutuhkan. Seringkali aktivitas analisis dapat dihilangkan untuk
beberapa titik kritis dan/ atau hanya masalah ergonomi yang biasa saja.
3.7.2. Hubungan Makro Ergonomi dengan Antropoteknologi
Dari deskripsi di atas, tidak sulit untuk menemukan bagaimana pendekatan
makroergonomi yang digunakan dalam kunjungsinya dengan antropoteknolgi
yang berhubungan dengan proyek pemindahan teknologi. Pendekatan top-down dan metode sistem sosioteknikal analisis dari makroergonomi sangat berkaitan
dengan pendekatan atropoteknologi, dan makroergonomi yang termasuk di
dalamnya sistem yang dipenuhi dengan spektrum variabel budaya. Sebagai
tambahan, komplemen antropoteknologi difokuskan pada optimisasi dalam
merancang secara keseluruhan sistem kerja dengan tiap-tiap budayanya. Metode
antropoteknologi dan EWA menjelaskan tentang kritikal dimensi secara personal
pada subsistem untuk tujuan perancangan sistem kerja yaitu tekanan kerja dari
karakteristik etnologi.
EWA juga digunakan dalam perancangan sistem kerja secara keseluruhan
untuk merancang dan/atau memodifikasi dari pekerjaan individu dan hubungan
manusia-mesin, manusia-software, dan manusia-lingkungan antar muka. Hasil dari EWA adalah mengidentifikasi hasil modifikasi yang dibutuhkan untuk
mengubah dan memperbaiki sistem kerja secara keseluruhan.
Kesimpulan yang dapat diambil keseluruhan yaitu menggunakan
(68)
integrasi, pendekatan manusia terhadap pemusatan sistem muncul pada
kesempatan untuk merancang sistem tradisional menjadi lebih baik dalam
mengimplementasikan masalah, dan meningkatkan efektivitas dari proyek
pemindahan teknologi.
3.8. Pengaturan VDU a. Monitor 14
Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang ”panas”
seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan
pada mata, 77 % para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata,
mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada
iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata. Monitor harus ditempatkan
dimana bagian atas monitor berada tepat dimata dan langsung berhadapan dengan
anda. Jarak antara anda dengan monitor kira-kira 15-30 inci. Gunakan panjang
lengan anda sebagai petunjuk umum.
Adapun saran yang diberikan untuk mengurangi keluhan pada mata pada
pemakaian komputer yaitu
1. Agar mata dapat membaca dengan nyaman, letakkan layar komputer lebih
rendah dari garis horizontal mata dengan sudut kurang lebih 30 derajat
14
Approved Code Of Practice For The Use Of Visual Display Units In The Place Of Work, Occupational Safety and Health Service. 1984. Department of Labour, Wellington, New Zealand.
(1)
dengan adanya perancangan sistem yang baru, kurang mendapat dukungan oleh manajemen dan kurang beradaptasi dengan adanya perubahan sistem kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan jarak pandang mata terhadap VDU dan perbaikan layout dan perancangan stasiun kerja dengan mengimplementasikan pada ruang kerja sehingga dapat menciptakan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja dan untuk menghindari kendala-kendala yang timbul seperti timbulnya stress akibat adanya perubahan sistem yang dirancang. Dengan redesign ruang kerja dapat menciptakan suasana baru dan peningkatan kualitas pelayanan sehingga pelanggan merasa nyaman.
6.2. Evaluasi MEAD
Evaluasi yang dapat dilakukan yaitu untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang baik perlu dilakukan perbaikan sehingga dapat menciptakan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja dan juga dapat menciptakan kekerabatan dalam organisasi. Untuk megurangi masalah pshiologi dan psikologi karyawan ditempat kerja dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dalam merubah jarak pandang mata terhadap layar VDU untuk mengurangi mata perih, sakit dan silau terhadap warna layar VDU, mengubah posisi duduk karyawan menjadi lebih ergonomis untuk mengurangi terjadinya keluhan dan MSDS pada jangka waktu yang lama, melakukan perubahan job content dan melakukan melakukan pemeriksaan mata terhadap karyawan untuk melihat kondisi mata karyawan baik atau tidak, apabila dibutuhkan dilakukannya rotasi
(2)
dan kebosanan dalam bekerja dan mengadakan pelatihan-pelatihan karyawan mengenai tempat kerja yang ergonomis dengan dilengkapi buku panduan sehingga karyawan mudah memahami pelatihan tersebut berguna terhadap pekerjaan dan juga dengan membuat team work, family gathering dan outbond dapat menciptakan kekerabatan dan keefisienan dalam organisasi sehingga timbulnya rasa saling memiliki (sense belonging) pada karyawan dan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan evaluasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah diidentifikasi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kelelahan mata karyawan seperti jarak pandang mata terhadap monitor, illuminasi, kontras, ukuran dan bentuk objek, warna dan kontras dan ruang tidak panorama dapat dilakukan perubahan-perubahan perbaikan pada fasiitas kerja maupun penataan ruang panorama untuk mengurangi kelelahan mata dan kejenuhan dalam bekerja sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan dalam bekrja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2. Setelah dilakukannya pengidentifikasian terhadap job content dan antropoteknologi dengan menggunakan pendekatan makroergonomi dapat dilakukan perubahan terhadap job content dengan melakukan pelathan-pelatihan dan kursus terhadap karyawan. Dan juga menciptakan team work yang baik, mengadakan family gathering dan outbond dapat menciptakan kekerabatan dan keefektifan serta keefisienan dalm organisasi.
3. Setelah dilakukannya identifikasi variabel variansi terhadap kelelahan mata dengan MEAD diperoleh alternatif penyelesaian masalah dengan melakukan
(4)
perancangan stasiun kerja dapat menciptakan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja dan mengurangi kejenuhan dalam bekerja yang repetitif.
4. Setelah dilakukan pengukuran kelelahan mata dengan flicker fusion dan pengujian chi-square dapat diketahui bahwa ada 4 orang karyawan yang tidak mengalami kelelahan mata dan 7 orang yang mengalami kelelahan mata yang dipengaruhi oleh penataan ruang kerja yang tidak panorama.
7.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk pihak perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut.
1. Diperlukanya penataan ruang panorama untuk mengurangi kelelahan karywan dalam bekerja dan melakukan medical check up minimal dua kali dalam setahun atau lebih pada karywana sehingga karyawan mendapat medical record mengenai kesehatan matanya.
2. Diperlukan adanya pembentukan team work dalam bekerja dan diadakannya family gathering dan outbond agar dapat menciptaka kekerabatan dan keefektifan serta keefisienan dalm organisasi.
3. Untuk posisi duduk saat bekerja dan menggunakan VDU sebaiknya diperhatikan dengan baik dan sesuaikan dengan aturan yang disarankan agar tidak menimbulkan kelelahan dan sakit pada saat bekerja.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Approved Code Of Practice For The Use Of Visual Display Units In The Place Of Work, Occupational Safety and Health Service. 1984. Department of Labour, Wellington, New Zealand.
Departemen Pekerjaan Umum., Cetakan I, Jakarta, 1978
Evelyn. Anatomi dan Fisiologis untuk Para Medis, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,1999.
Guyton. Fisiologi Kedokteran II, EGC Buku Kedokteran, Jakarta, l99l.
Hal. W. Hendrik, dkk. Macroergonomic, Theory, Methods, and Application. 2000: London
Handoko, Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Candika Press.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Nazir. Moh, Metode Penelitian,Cetakan VI, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.
Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1988.
Santoso. Higiene Perusahaan (Panas), Jakarta,1985.
Sastrowinoto, Suryatno. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985.
(6)
DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)
Sidarta llyas., Penuntun llmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran UI, Jakartra, l99l. p. l3l
Soedarmayanti. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran.1992. Pustaka Binaman Pressindo.
Sudjana., Desain dan Analisis Eksperimen,Edisi II, Tarsito, Bandung, 1985.
Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta : Erlangga.
Soewarno. Penerangan Tempat Kerja, Pusat Pelayanan Ergonomi dan Kesehatan Kerja, Jakarta,1992.
Suptandar, Pamuji, Sistem Pencahayaan pada Desain Interior, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.
Umar, Dr. Husein. 2007. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
www. Google.id. European-working condition observatory/jobcontent.htm#contentpage.