Analisis Pengaruh Service Quality dan Perceived Usefulness Terhadap Brand Image Serta Dampaknya Pada Brand Trust (Studi Kasus GO-JEK di DKI Jakarta)
ANALISIS PENGARUH SERVICE QUALITY DAN PERCEIVED USEFULNESS TERHADAP BRAND IMAGE SERTA DAMPAKNYA
PADA BRAND TRUST
(Studi Kasus GO-JEK di DKI Jakarta)
Disusun oleh :
RASIS MAULANA SETIAWAN NIM. 1112081000075
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
iv
Curriculum Vitae
Informasi Dasar :
Nama : Rasis Maulana Setiawan Tempat dan tgl Lahir : Jakarta, 11 Januari 1994
Alamat : Pondok Karya Permai BB II/32 RT 05 RW 10, Kel. Cempaka Putih, Kec.Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15412
Nomor Handphone : 081908026383
E-Mail : rasis.maulana@gmail.com Formal Education :
2000-2006 : SD Islam Al-Azhar 17 Bintaro, Tangerang Selatan 2006-2009 : SMPN 161 Tanah Kusir, Jakarta
2009-2012 : SMAN 34 Pondok Labu, Jakarta 2012-2016 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Work Experience
Agu 2016- …. : PPC Coordinator di iProspect, Dentsu Aegis Network Feb 2015-Okt 2015 : Store Manager di Aksara Bookstore Pacific Place
Sept 2014-Feb 2015 : Store Manager di Aksara Bookstore Cilandak Townsquare Sept 2013-Sept 2014 : Assistant Store Manager di Aksara Bookstore
Apr-Sept 2013 : Book Content Officer di Aksara Bookstore Cilandak Townsquare
(7)
v
Des 2012-Apr 2013 : Customer Service di Aksara Bookstore Cilandak Townsquare
Pengalaman Organisasi
2007-2008 :Wakil Ketua OSIS SMPN 161 Jakarta
2010-2012 :Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas(MPK) SMAN 34 Jakarta
(8)
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisa pengaruh dari service quality dan perceived usefulness terhadap brand image serta dampaknya pada brand trust dengan studi kasus GO-JEK di DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan 100 responden konsumen GO-JEK di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis jalur serta uji Sobel untuk menentukan pengaruh variabel perantara.
Hasil penemuan dari penelitian ini mengindikasikan adanya pengaruh service quality terhadap brand image dan brand trust, dan adanya pengaruh perceived usefulness dengan brand image dan brand trust sementara brand image tidak berpengaruh pada brand trust. Untuk pengaruh tidak langsung, ditemukan bahwa tidak adanya pengaruh service quality pada brand trust melalui brand image dan juga tidak adanya pengaruh perceived usefulness terhadap brand trust melalui brand image.
Kata Kunci:service quality, perceived usefulness, brand image, brand trust, analisis jalur, uji sobel
(9)
vii ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of service quality and perceived usefulness towards brand image and its impact on brand trust a case study is GO-JEK in DKI Jakarta
This research uses purposive sampling with 100 respondents GO-JEK customers in DKI Jakarta. This study uses path analysis and Sobel test to determine the effect of intervening variables.
The findings of this study indicate the influence of service quality on brand image and brand trust, and indicate the influence of perceived usefulness on brand image and brand trust while brand image has no effect on brand trust. For the indirect effect produced findings that service quality has no effect on brand trust through brand image, and also perceived usefulness has no effect on brand trust through brand image.
Keywords: service quality, perceived usefulness, brand image, brand trust, path analysis, sobel test
(10)
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Service Quality dan Perceived Usefulness Terhadap Brand Image
Serta Dampaknya Pada Brand Trust (Studi Kasus GO-JEK di DKI Jakarta)” ini disusun dalam rangka menyelesaikan Program Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini tentu tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Ibunda tercinta Ibu Vike Variana, Bapak Dania Setiawan, saudara kandung tercinta kakak Davy Maulana Setiawan dan adik Syaravina Meilita beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan lahir dan batin kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, MM selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang telah meluangkan waktu, membimbing, dan terus memberikan motivasi dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis.
4. Ibu Leis Suzanawaty, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan motivasi dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis.
(11)
ix
5. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., MSi serta Ibu Ela Patriana, MM selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Dr. Suhendra S.Ag., M.M selaku dosen panasehat akademik
yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis hingga perkuliahan ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Staf Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Temen-temen Manajemen angkatan 2012, khususnya Bocah Gila Wendi, Tomi, Julham, Alif, Bani, Bram, Shofyan dan Adit, lalu Erick, Oji, Silvia beserta teman-teman konsentrasi pemasaran lainnya
10. Sahabat terbaikku David Winter, Jody Marcello, Tommy Saputra, Tiara Maharanie, Arief Herbudi dan Arega Nazar.
11. Seluruh teman-teman Aksara Citos yang telah membantu saya bekerja sambil berkuliah sehingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu terkhususnya tim citos Rani, Angga Prabowo, Nicke Dungga, Mazaya Dwina, Afrillia Chairahma, Dwiyan Jaka Dirga, Pradipta Sidhaya, Arya Diwangkara dll
12. Dan yang tersayang tim Aksara Pacific Place Victor Alexander, Maharani Nutriningrum, Mario Geraldo, Dinta Risman, Ainun Yasmin, Andra, Christa Meullemans, Romy Kansil, Richie Rizal, Rahma Zandra dan Icang #TeamCamdenMabura
13. Teman-Teman SD saya yang dinamakan Drive yang beranggotakan Adhika Nararya, Aditya Mirza, Rizki Ramadhan, Ramadan Premiarto, Syafi Fadil, Afie Abdullah, Aghi dan Bagus
(12)
x
14. Seluruh teman-teman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya kenal, teman-teman KKN saya Eko, Dirga, Mamang Arif, Haris, Muchus, Virzah, Syifa Annisa, Anita dan lainnya.
15. Dan kepada seluruh pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Jakarta, Agustus 2016
(13)
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
1. Tujuan Penelitian ... 13
2. Manfaat Penelitian ... 14
(14)
xii
A. Landasan Teori ... 15
1. Service Quality ... 15
2. Perceived Usefulness ………... 20
3. Brand Image ... 23
4. Brand Trust ………..………... 25
B. Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 31
D. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35
B. Metode Penentuan Sampel ... 35
1. Populasi Penelitian ... 35
2. Sampel Penelitian... 35
C. Metode Pengumpulan Data ... 36
1. Data Primer ... 36
2. Data Sekunder ... 38
D. Metode Analisis Data ... 39
1. Analisis Deskriptif ... 39
2. Uji Kualitas Data ……….………39
3. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 40
4. Model Trimming ... 46
5. Perhitungan Pengaruh ... 47
(15)
xiii
E. Operasionalisasi Variabel ... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Sekilas Gambaran Umum GO-JEK ... 54
1. Deskripsi GO-JEK Secara Singkat ... 54
2. Fitur dan Layanan GO-JEK ... 56
B. Analisis dan Pembahasan ... 60
1. Deskripsi Data Responden ... 60
2. Uji Kualitas Data ... 66
3. Analisis Deskriptif ... 72
4. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 102
5. Diagram Analisis Jalur ... 117
6. Model Trimming ... 118
7. Perhitungan Pengaruh ………..…………..121
8. Uji Sobel ……….…. 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 132
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Statistik Penduduk DKI Jakarta ... 5
Tabel 1.2 Daftar Ojek Berbasis Online via Aplikasi Smartphone ... 7
Tabel 3.1 Skala Likert ... 39
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi ... 44
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitan ... 49
Tabel 4.1- Tabel 4.8 Deskripsi Data Responden ... 60-68 Tabel 4.9- Tabel 4.12 Uji Validitas ... 67-69 Tabel 4.13- Tabel 4.16 Uji Realibilitas ... 70-72 Tabel 4.17- Tabel 4.37 Analisis Deskriptif Service Quality ... 72-86 Tabel 4.38- Tabel 4.43 Analisis Deskriptif Perceived Usefulness ... 87-90 Tabel 4.44- Tabel 4.52 Analisis Deskriptif Brand Image ... 91-96 Tabel 4.53- Tabel 4.59 Analisis Deskriptif Brand Trust ... 97-101 Tabel 4.60 Kriteria Koefisien Korelasi ... 102
Tabel 4.61 Koefisien Korelasi ... 103
Tabel 4.62 Pengujian Hubungan Antar Variabel ... 104
Tabel 4.63 Koefisien Determinasi Struktur I ... 104
Tabel 4.64 Koefisien Determinasi Struktur II ... 105
Tabel 4.65 Analisis Varian Struktur I ... 106
Tabel 4.66 Analisis Varian Struktur II ... 108
Tabel 4.67 Hasil Uji t Struktur I ... 110
(17)
xv
Tabel 4.69 Hasil Uji t Struktur II ... 113
Tabel 4.70 Uji t Persamaan Struktur II ... 116
Tabel 4.71 Koefisien Determinasi Struktur II Setelah Trimming ... 118
Tabel 4.72 Analisis Varian Struktur II Setelah Trimming ... 118
Tabel 4.73 Koefisien Analisis Jalur Struktur II Setelah Trimming ... 119
Tabel 4.74 Perbandingan Nilai Struktur II Sebelum dan Sesudah Trimming ... 120
Tabel 4.75 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Struktur I ... 121
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Indikator Statistik Digital Indonesia Januari 2015 ... 2
Gambar 1.2 Indikator Statistik Digital Indonesia November 2015 ... 3
Gambar 3.1 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 43
Gambar 4.1 Beranda Awal dan Layanan GO-JEK ... 56
Gambar 4.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 117
(19)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitian ... 138 Lampiran 2 Tabel Jawaban Responden ... 145 Lampiran 3 Hasil Uji Statistika ... 153
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN A . LATAR BELAKANG
Dunia sedang melewati periode dengan dengan perubahan yang cepat dan tak terduga. Hal ini sering disebut globalisasi, globalisasi didorong dan dikendalikan dengan teknologi, teknologi bergeser dari dunia mekanikal ke dunia digital seperti internet, telepon genggam, smartphone, media sosial yang mengakibatkan dampak mendalam dan membawa perubahan yang besar pada perusahaan, pasar, konsumen dan pemasaran saat ini (Kotler dkk., 2010:12)
Teknologi yang kita alami sekarang memungkinkan konektivitas dan interaktivitas. Teknologi informasi sekarang ini dibangun dari 3 kekuatan yaitu komputer dan telepon genggam yang terjangkau, internet dengan biaya yang murah serta open source. (Kotler dkk., 2010:5) Dari 3 kekuatan itu banyak contoh perusahaan global yang mengambil keuntungan dan bergerak dalam bisnis yang mengandalkan teknologi informasi kepada konsumennya. Beberapa contoh seperti Jeff Bezos dengan Amazon-nya yang menyediakan dan menjual berbagai barang yang dapat dipesan online dan dikirim ke seluruh dunia lalu Pierre Omidyar dengan eBay yang menghubungkan penjual dengan pembeli via online. Pelaku bisnis Indonesia juga tak ketinggalan untuk membuat bisnis via online, Bukalapak mempertemukan penjual dan pembeli layaknya eBay, Lazada, BliBli dan MatahariMall
(21)
2 menjual berbagai macam produk layaknya Amazon. Dari semua yang peneliti sudah sebutkan, perusahaan-perusahaan tersebut sudah mengeluarkan aplikasi via smartphone sebagai perantara bisnis dan transaksi mereka.
Gambar 1.1
Indikator Statistik Digital Indonesia Januari 2015
(22)
3 Gambar 1.2
Indikator Statistik Digital Indonesia November 2015
Sumber: Kemp, 2015.
Pada gambar 1.1 dan 1.2 data menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari penduduk Indonesia yang menggunakan internet via smartphone
atau komputer dari 72,7 juta orang pada bulan januari 2015 menjadi 88,1 juta orang pada bulan november 2015, sementara pengguna aktif smartphone
berjumlah 62 juta penduduk menjadi 67 juta penduduk dalam kurun waktu 10 bulan saja. Penduduk yang banyak dan pertumbuhan pengguna smartphone
membuat pasar Indonesia menarik untuk dimasuki investor. Peneliti mengambil contoh MatahariMall, anak perusahaan Lippo Group sebuah e-commerce yang menjual berbagai produk diberitakan mendapatkan investasi sebesar US$ 500 juta pada Maret 2015. (Putri, 2016), mengenai besaran transaksi, peneliti mengambil contoh jumlah transaksi yang terjadi saat Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) 2015 selama 3 hari saja pada
(23)
10-4 12 Desember yang diperkirakan besaran nilai transaksi sebesar Rp 2,1 triliun. Ini merupakan pertumbuhan signifikan dibanding Harbolnas pada tahun 2014. (Damar, 2015). optimisme pasar diprediksikan berlanjut pada tahun 2016, diperkirakan pada tahun 2016, nilai bisnis online bisa mencapai Rp 120 triliun sampai dengan Rp 140 triliun (Wijayani, 2016). Investasi yang kian tajam serta pasar yang potensial menunjukkan suatu kesimpulan bahwa pasar Indonesia dalam sektor industri berbasis online ini menarik dan sedang meningkat.
Pada setahun kebelakangan ini, Indonesia, khususnya Jakarta dimasuki bisnis online jenis baru berbasis aplikasi via smartphone yang menawarkan jasa transportasi, yaitu GO-JEK, GrabBike, JegerTaksi dan lainnya. Bisnis
online seperti ini bukan pertama kali di dunia, mungkin yang pertama kali menerapkan ini ialah Uber, yang beroperasi di San Francisco pada tahun 2010, menawarkan jasa transportasi penumpang menggunakan mobil yang dapat dipanggil dengan aplikasi smartphone serta menawarkan harga yang lebih murah dibanding taksi konvensional (Goode, 2015). Dalam aplikasi transportasi online ini, pengguna dapat memesan moda transportasi untuk mengantarkan penumpang ke tujuan spesifik, lalu pengemudi menjemput pengguna dan mengantarkan pengguna ke tempat tujuan. Jasa transportasi berbasis online menjadi bahan perbincangan serta menjadi topik yang sering dibahas karena bentuk bisnis baru ini memicu pro kontra pada masyarakat terkhusus masyarakat Jakarta, kota dimana semua bisnis jasa transportasi
(24)
5 DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan bisnis paling pesat di Indonesia, ini menjadi daya tarik bagi penduduk di luar Jakarta sehingga menyebabkan peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Pada Tabel 1.1, dapat dilihat jumlah penduduk DKI Jakarta sebesar 10,08 juta orang dengan kepadatan penduduk 15.234 orang per km2, hal ini jauh dari ideal per km2 yaitu 1.000 orang. Dengan padatnya penduduk di Jakarta, tentunya banyak menimbulkan masalah salah satunya kemacetan, terbukti bahwa Indeks Castrol’s Stop-Start menobatkan Jakarta menjadi kota dengan lalu lintas terburuk dibandingkan dengan 78 kota-kota besar di negara lainnya (Wardhani, 2016) .
Tabel 1.1
Data Statistik Penduduk DKI Jakarta
Uraian Satuan 2000 2010 2011 2012 2013 2014 1.Jumlah
Penduduk
Ribu Orang 8347,1 9607,8 9752,1 9862,1 9969,9 10075,3 a.
Laki-laki
Ribu Orang 4223,1 4870,9 4927,8 4976,1 5023,4 5069,9 b. Perem
puan
Ribu Orang 4124 4736,8 4824,3 4886 4946,5 5005,4 2. Laju
Pertumbuhan Penduduk
Persen 0,78 1,42 1,16 1,13 1,09 1,06
3. Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Per 100
Wanita
102,3 102,8 102,1 101,8 101,6 101,7
4. Kepadatan Penduduk
Penduduk/ Km2
12618 14506 14724 14890 15053 15234 5. Jumlah
Rumah Tangga
Juta Rumah Tangga
2,2 2,5 2,5 2,6 2,6 2,6
(25)
6 Dari sebuah hasil survey komuter Jabodetabek tahun 2014 menunjukan bahwa jumlah komuter Jabodetabek sebanyak 3.566.178 orang, terdiri dari 2.429.751 orang yang melakukan kegiatan bekerja ataupun sekolah/kursus di DKI Jakarta, 1.067.762 orang di Bogor,Depok,Tangerang dan Bekasi, serta 68.665 orang di luar Jabodetabek. Kondisi ini menunjukan bahwa transportasi merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena tumbuh kembangnya sektor transportasi yang baik akan berakibat positif dan berpengaruh besar bagi perkembangan di sektor lain seperti perdagangan, perindustrian, keuangan dan jasa-jasa lainnya. Tingginya mobilitas penduduk DKI Jakarta dan juga mobilitas barang belum diimbangi dengan ketersediaan transportasi umum yang aman dan nyaman, akibatnya kendaraan bermotor pribadi baik sepeda motor atau mobil pertumbuhannya sangat pesat yang tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang dan perluasan jalan. Jakarta sebagai kota metropolitan yang sekaligus juga menjadi pusat perekonomian dan pemerintahan mengalami masalah yang sangat serius dalam bidang transportasi. (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2015:1,5)
Kebutuhan masyarakat DKI Jakarta akan tranportasi orang dan barang dari tahun ke tahun semakin tinggi. Kebutuhan masyarakat akan transportasi orang serta pengiriman barang yang aman, nyaman serta cepat membuat bisnis transportasi menggiurkan dan prospektif untuk masa kini dan masa mendatang (Subagio dan Saputra, 2012:42). Ini yang coba dijawab oleh perusahaan yang mengeluarkan bisnis baru ojek online ini. Pihak swasta memfasilitasi para pengemudi ojek motor dengan aplikasi online langsung di
(26)
7
smartphone dan menyediakan sarana bagi masyarakat untuk menggunakan jasa ojek dengan cara memesannya melalui aplikasi online yang ada di
smartphone mereka. Para perusahaan ojek online membuat merek mereka sendiri dengan berbagai peraturan yang mengatur pelayanan dan jasa yang diberikan oleh para pengemudi ojek serta memasarkan jasa ojek online
mereka dengan berbagai cara. Setahun belakangan ini masyarakat Indonesia khususnya masyarakat DKI Jakarta dihebohkan dengan bisnis baru ojek
online, berbagai perusahaan swasta menyediakan jasa ojek online dengan menawarkan berbagai kemudahan dalam bertransportasi orang maupun barang.
Tabel 1.2
Daftar Ojek Berbasis Online via Aplikasi Smartphone
No Perusahaan Merek Ojek Online
1 PT. GO-JEK Indonesia GO-JEK
2 PT. Grabbike GRABBIKE
3 PT. Blujek Indonesia BLU-JEK
4 PT. Ojek Syari Indonesia OJEK SYAR’I/OJESY 5 PT. Synergy Multi Solution LADYJEK
6 PT. Jeger Taksi Indonesia JEGER TAKSI
Sumber : diolah peneliti dari berbagai website Ojek Online, 2016
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sampai saat ini sudah ada 6 ojek
(27)
8 bahwa memang peluang bisnis transportasi orang dan barang yang berbasis
online ini merupakan peluang bisnis yang dapat bersaing dengan bisnis transportasi lain, dan menjadi salah satu jawaban dari kebutuhan transportasi. Salah satu merek ojek online yang paling sering dibicarakan dan menjadi
startup dengan pertumbuhan paling baik ialah GO-JEK (Riska , 2015; Panji, 2015)
GO-JEK berdiri pada tahun 2011, dan baru terkenal setahun belakangan ini. Bentuk bisnis ini tergolong baru karena GO-JEK memfasilitasi para supir ojek dan para konsumen melalui aplikasi online via smartphone. GO-JEK dapat dibilang menjadi yang pertama dalam bisnis ojek online ini, GO-JEK menjadi salah satu alternatif pilihan transportasi orang dan barang, pemesanan melalui aplikasi online dapat membantu para stakeholder dalam menggunakan jasa GO-JEK. Perusahaan swasta ini meneyediakan jasa transportasi orang yang disebut “GO-RIDE” dan transportasi barang yang disebut “GO-SEND” serta layanan baru yaitu “GO-FOOD” dan “GO -MART” dimana dalam “GO-FOOD” konsumen dapat memesan makanan yang tersedia di restoran dan warung makan, lalu diantarkan oleh pengendara GO-JEK kemanapun konsumen inginkan, dapat diantarkan ke rumah atau kantor. Pembelian makanan pun ditalangi dulu oleh GO-JEK dan konsumen membayar setelah makanan diantarkan. Proses yang sama juga disediakan dalam GO-MART dimana konsumen dapat memesan barang atau kebutuhan di supermarket dan minimarket. Pembelian maksimal Rp 1.000.000 ditalangi oleh GO-JEK lalu konsumen membayar ketika barang sudah diantarkan.
(28)
9 Dengan startup bisnis online melalui penawaran transportasi via aplikasi smartphone ini, ada beberapa tantangan yang harus dijawab GO-JEK. Pertama, perusahaan harus mengantarkan service quality yang optimal kepada konsumennya karena service quality dianggap sebagai salah satu strategi penting dalam kesuksesan dalam suatu bisnis. Service quality benar-benar harus diperhitungkan, karena hasil akhir dari service quality yang optimal akan menghasilkan kepuasan konsumen pengguna jasa serta keuntungan besar bagi perusahaan (Parasuraman dkk.,1988:12; Jain dan Gupta, 2004:25; European Comitee for Standarization, 2002:4)
GO-JEK merupakan bisnis online via smartphone yang mengandalkan aplikasi yang dapat diunduh di smartphone secara gratis, sebuah sistem teknologi informasi open source. Sebagai perusahaan bisnis online yang mengandalkan aplikasi via smartphone, penting bagi GO-JEK untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat diterima, bermanfaat signifikan dalam memudahkan kehidupan serta mudah penggunaannya bagi konsumen. Ini dijelaskan dalam technology acceptance model (TAM), dalam TAM yang ada dua hal yang dijelaskan yaitu perceived usefulness dan perceieved ease of use.
Seiring perkembangan dan berbagai penelitian, perceived usefulness
dianggap paling dominan dalam menilai penerimaan suatu teknologi pada manusia, dalam hal ini konsumen pengguna jasa GO-JEK. GO-JEK yang memakai sistem teknologi informasi berbasis aplikasi via smartphone harus dapat membuat konsumen merasakan manfaat nyata dari aplikasi yang berguna untuk memudahkan kehidupan, aktivitas dan pekerjaan para
(29)
10 konsumen, hal ini wajib dilakukan karena GO-JEK sangat mengandalkan aplikasinya sebagai media dan perantara bisnis mereka. (Fayad dan Paper, 2015:1001; Renny dkk., 2012:213; Koufaris, 2002:217)
Sebagai sebuah startup bisnis sudahlah bukan hal baru lagi bahwa membuat image yang positif pada merek menjadi sebuah kunci sukses dalam membangun suatu bisnis baru, brand image dipercaya menjadi salah satu pengendali kepercayaan dan keputusan pembeli. Tujuan akhir membangun
brand image yang positif adalah mendapatkan banyak konsumen yang loyal, menguasai dan mempertahankan penguasaan pasar yang tentunya akan berdampak pada profitabilitas. Brand image yang positif pun akan membantu konsumen untuk mendapatkan keuntungan, memunculkan emosi khusus terhadap merek dan melihat keistimewaan pada merek diluar fitur dan fungsinya saja (Ercis dkk., 2012:1397; Kapferer, 2008:41, Esch dkk., 2006:98, Kotler dkk., 2010:33). Tak terkecuali dengan GO-JEK, startup yang menawarkan jasa transportasi harus dapat membentuk brand image yang positif kepada konsumennya, terlebih karena startup ini menawarkan transportasi yang dapat dipesan secara online yang termasuk jenis bisnis baru di Jakarta, penting untuk GO-JEK membangun ini demi keberlangsungan sebuah startup yang revolusioner ini.
Sebuah bisnis transportasi online via aplikasi smartphone seperti GO-JEK menimbulkan beberapa tantangan yang memadukan bisnis jasa transportasi konvensional dan bisnis berbasis sistem teknologi informasi. Masalah itu adalah keamanan transportasi itu sendiri dan keamanan sistem
(30)
11 teknologi informasi tersebut. Ini diamini oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam menanggapi ojek online, menurut beliau karena ojek online memakai sistem people-to-people dan mengantarkan manusia maka pengamanan ojek
online harus ditingkatkan dari segi sistem serta jasa transportasi itu sendiri (Primandari dan Hidayat, 2015). Sistem keamanan aplikasi GO-JEK juga bermasalah, data penggguna aplikasi GO-JEK dapat diintip akibat bug (celah keamanan) yang dimiliki aplikasi ini. Data sensitif milik pelanggan dan pengemudi Go-Jek, seperti nama, alamat, nomor telepon, koordinat, dan tujuan, masih bisa dibobol. Yang mengerikan bukan hanya data pribadi saja yang bocor tetapi perilaku konsumen juga dapat diketahui seperti lokasi pejemputan dan tujuan pengguna, pembelian apa yang dilakukan dan lain-lain. Dari data tersebut, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dapat memetakan (mapping) perilaku pelanggan GO-JEK dan bisa mengincarnya untuk tujuan dan tindakan kriminal (Nistanto, 2016). Bisnis transportasi online
via aplikasi smartphone harus dapat meyakinkan serta membuat kepercayaan kepada masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi online via aplikasi
smartphone ini. Di pasar bisnis ada terlalu banyak konsumen, membuat sulit perusahaan untuk membangun hubungan dan menumbuhkan kepercayaan ke setiap konsumen, oleh karena itu perusahaan akan mengandalkan merek untuk menimbulkan kepercayaan (Lau dan Lee, 1999:344). GO-JEK sebagai merek yang menyediakan jasa transportasi via online harus dapat membuat konsumen mempersepsikan bahwa GO-JEK dapat diandalkan, bertanggung jawab dan dapat membawa efek positif pada kepentingan, kebutuhan dan
(31)
12 keselamatan konsumen melalui kualitas pelayanan dan kegunaan aplikasi (Ballester, 2003:11; Lau dan Lee, 2000:344, Chauduri dan Holbrook, 2001:82).
Berdasarkan uraian kasus tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh service quality dan perceived usefulness
sebuah jasa transportasi GO-JEK terhadap brand image dan dampaknya pada
brand trust. Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Service Quality dan Perceived Usefulness Terhadap Brand Image Serta Dampaknya Pada Brand Trust GO-JEK di DKI Jakarta”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh service quality terhadap brand image secara parsial pada GO-JEK?
2. Apakah ada pengaruh perceived usefulness terhadap brand image secara parsial pada GO-JEK?
3. Apakah ada pengaruh service quality dan perceived usefulness terhadap
brand image secara simultan pada GO-JEK?
4. Apakah ada pengaruh service quality terhadap brand trust secara parsial pada GO-JEK?
5. Apakah ada pengaruh perceived usefulness terhadap brand trust secara parsial pada GO-JEK?
(32)
13 6. Bagaimana pengaruh brand image terhadap brand trust secara parsial pada
GO-JEK?
7. Bagaimana pengaruh service quality, perceived usefulness, dan brand image
terhadap brand trust secara simultan pada GO-JEK?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sehingga akan memberikan gambaran yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap brand image secara parsial pada GO-JEK
2. Untuk menganalisis pengaruh perceived usefulness terhadap brand image
secara parsial pada GO-JEK
3. Untuk menganalisis pengaruh service quality dan perceived usefulness
terhadap brand image secara simultan pada GO-JEK
4. Untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap brand trust secara parsial pada GO-JEK
5. Untuk menganalisis pengaruh perceived usefulness terhadap brand trust
secara parsial pada GO-JEK
6. Untuk menganalisis pengaruh brand image terhadap brand trust secara parsial pada GO-JEK?
(33)
14 7. Untuk menganalisis pengaruh service quality, perceived usefulness, dan
brand image terhadap brand trust secara simultan pada GO-JEK 2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diantaranya :
1. Bagi Pihak Perusahaan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi referensi untuk membantu perusahaan GO-JEK me-review kegiatan bisnis yang selama ini sudah dijalankan GO-JEK khususnya pada pengaruh service quality dan
perceived usefulness terhadap brand image serta dampaknya terhadap brand trust. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan serta sebagai pedoman untuk menyusun kebijakan strategi pemasaran yang akan dilakukan perusahaan di masa depan 2. Bagi Pembaca dan Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melengkapi peneilitian-penelitian sebelumnya dan menambah pengetahuan serta informasi yang berkaitan erat dengan tema pemasaran masa kini, khususnya pengaruh service quality dan perceived usefulness terhadap brand image
serta dampaknya terhadap brand trust. Serta dapat memudahkan para akademisi yang ingin melakukan penelitian dengan objek atau variabel yang sama sehingga penelitian berikutnya dapat lebih baik lagi.
(34)
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Service Quality
a. Pengertian Service Quality
Service quality atau kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai sejauh mana persepsi dan ekspetasi konsumen atas suatu layanan dengan layanan yang diberikan oleh perusahaan bertemu (Parasuraman dkk.,1988:15 ;Ahmed dkk., 2014:310; Cronin dalam Jain dan Gupta, 2004:26; Transportation Research Board, 1999:6) . Service quality juga dapat didefinisikan sebagai seperangkat kriteria atas kualitas dan pengukuran kriteria kualitas yang layak yang disediakan oleh penyedia jasa (European Comitee for Standarization, 2002:6)
Ada satu hal yang harus selalu diingat dalam service quality, yaitu bahwa kualitas layanan diukur pada persepsi pelanggan, oleh sebab itu persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan atau preferensi yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa yang diukur secara relatif. Maka dapat dikatakan bahwa membahas persepsi kualitas layanan berarti akan membahas keterlibatan dan kepetingan pelanggan (Subagio dan Saputra, 2012:43; Tjiptono, 2009: ; Transportation Research Board, 1999:2)
(35)
16 b. Dimensi Service Quality
Service Quality sudah pernah dikonseptualkan bermacam-macam. Ada dua konsep yang sering dipakai dalam mengukur Service Quality yaitu SERVQUAL dan SERVPERF (Parasuraman dkk.,1988:23 dan Cronin dalam Fogarty, 2000:4) dimana ada 5 dimensi dalam mengukur Service Quality:
1) Fisik dari layanan jasa yang tampak (Tangibles)
Kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya pada
stakeholder mereka. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa fasilitas fisik, peralatan dan penampilan karyawan.
2) Kehandalan (Reliability)
Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Harus sesuai dengan harapan pelanggan berarti kinerja yang tepat waktu, pelayanan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan dengan akurasi tinggi. Secara singkat dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan layanan yang dijanjikan secara akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya.
3) Responsif atau Tanggap (Responsiveness)
Suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat, responsif dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa alasan
(36)
17 yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Secara singkat dapat diartikan sebagai kemauan untuk membantu pelanggan dengan memberikan layanan yang baik dan cepat. 4) Jaminan dan kepastian (Assurance)
Pengetahuan akan produk atau jasa, kesopansantunan dalam melayani dan berkomunikasi serta kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan. Secara singkat dapat diartikan sebagai pengetahuan dan keramahtamahan personil dan kemampuan personil untuk dapat dipercaya dan diyakini.
5) Empati (Empathy)
Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Secara singkat dapat diartikan sebagai usaha untuk mengetahui dan mengerti kebutuhan pelanggan secara individual.
Adapun pendapat lain dalam mengukur Service Quality yang berkonsentrasi pada transportasi umum publik seperti bus umum, kereta api dan transportasi umum pesanan pribadi seperti taksi, charter bus. Pengukuran ini terbagi dalan 8 dimensi (European Comitee for Standarization, 2002:8):
(37)
18 1) Ketersediaan (Availibility)
Tingkat layanan yang ditawarkan dan disediakan perusahaan berdasarkan lokasi, waktu, frekuensi dan pilihan transportasi. Mode kendaraan, jarak dan jangkauan yang ditempuh dalam perjalanan, jam operasi kendaraan menjadi indikator dalam dimensi ini.
2) Aksesibilitas (Accessibility)
Tingkat kemudahan mengakses atau menggunakan layanan jasa tersebut serta kemudahan menjangkau tempat tertentu dan spesifik. Akses ke transportasi umum lainnya dan tujuan yang dapat diatur secara spesifik oleh konsumen menjadi indikator dimensi ini.
3) Informasi (Information)
Pengetahuan konsumen tentang ketentuan dan peraturan sistematis mengenai layanan jasa untuk membantu merencanakan dan melaksanakan perjalanan. Perusahaan harus menjelaskan secara detail tentang informasi perjalanan pada konsumen jasa. Pemberitahuan tentang informasi biaya yang akan dikeluarkan pelanggan, jarak yang ditempuh dalam perjalan, informasi driver yang akan menjemput atau mengantarkan, menyediakan masker dan helm, perkiraan waktu penjemputan serta pengantaran menjadi indikatornya.
4) Ketepatan waktu (Time)
Perkiraan waktu relatif perjalanan dengan perencanaan dan pelaksanaan perjalanan. Perusahaan dapat memperkirakan waktu
(38)
19 perjalanan untuk membantu konsumen merencanakan kegiatan mereka. Kesesuaian waktu penjemputan dan pengantaran yang diperkirakan dengan waktu yang dihabiskan secara real menjadi indikator dalam dimensi ini.
5) Pelayanan pelanggan (Customer Care)
Unsur praktik pelayanan yang menanggapi berbagai kebutuhan konsumen secara individual sesuai pelayanan standar penyedia jasa. Ketersediaan staff yang bertugas dan ketanggapan respon pelayanan menjadi indikator dimensi ini.
6) Kenyamanan (Comfort)
Unsur pelayanan yang bertujuan untuk membuat konsumen nyaman dan menikmati perjalanan. kenyamanan kursi, penampilan motor yang prima, keterampilan pengemudi dalam berkendara serta kenyamanan berkomunikasi dengan pengendara menjadi indikator dalam dimensi ini. 7) Keamanan (Safety)
Upaya pelayanan yang bertujuan memberikan rasa aman konsumen, yang berasal dari langkah-langkah nyata yang diimplementasikan dan aktivitas yang dirancang untuk meyakinkan konsumen untuk sadar akan langkah keamanan tersebut. ketersediaan helm dalam perjalanan, ketersediaan jaminan asuransi jiwa, keamanan pengendara dalam mengemudi menjadi indikator.
(39)
20 8) Dampak lingkungan sekitar (Environmental impact)
Dampak lingkungan yang disebabkan oleh peraturan penyedia jasa dan prasarana yang dilewati. Kebisingan suara kendaraan, kerapihan dan kelayakan kendaraan secara fisik menjadi indikator dalam dimensi ini Pada skripsi ini, peneliti akan menggunakan 8 dimensi dari European Comitee for Standarization karena peneliti menggunakan studi kasus Go-Jek di Jakarta sementara 8 dimensi ini adalah pengukuran Service Quality yang dibuat khusus untuk sarana transportasi publik dibandingkan dengan
SERVQUAL atau SERVPERF lebih cocok dan sering dipakai untuk sektor lain seperti ritel, pariwisata, bank, food and beverage service, dan sektor-sektor lainnya (Parasuraman dkk., 1988:30; Fogarty, 2000:4; Cronin dan Taylor dalam Sanjay, 2004:28)
2. Perceived Usefulness
a. Pengertian Perceived Usefulness
Salah satu teori penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan sudah terbukti secara empiris digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (technology acceptance model/TAM) yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1986 pada disertasinya (Simarmata, 2015:3). TAM memiliki 2 konstruk yaitu manfaat persepsian (perceived usefulness) dan persepsian kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Pada skripsi kali ini, peneliti akan membahas
(40)
21 mengenai perceived usefulness, hal yang mendasari peneliti untuk memilih
perceived usefulness adalah karena perceived usefulness lebih signifikan mempengaruhi penerimaan dan penggunaan teknologi dibanding perceived ease of use (Venkatesh dan Davis, 2000:187)
Perceived usefulness dapat didefinisikan sebagai sejauh mana konsumen percaya bahwa dengan menggunakan sistem teknologi informasi tertentu akan membantu performa aktivitas dan pekerjaan mereka. (Davis, 1989:320; Venkatesh dan Davis, 2000:187; Venkatesh dan Bala 2008:275) dalam penelitian ini aplikasi GO-JEK dalam smartphones konsumen akan menjadi sistem teknologi informasi tersebut.
Perceived usefulness hasil persepsi atau suatu kepercayaan konsumen mengenai proses pengambilan keputusan. Suatu sistem teknologi yang akan memberikan manfaat bagi konsumen, maka akan digunakan oleh konsumen, sebaliknya jika konsumen tidak merasa atau mempersepsikan tidak memberi manfaat maka sistem teknologi itu akan ditinggalkan. (Simarmata, 2015:5)
b. Pengukuran Perceived usefulness
Dalam mengukur Perceived usefulness, peneliti menggunakan 6 indikator
perceived usefulness (Davis, 1989:331) yaitu:
1) Beraktivitas lebih cepat (work more quickly)
Sistem informasi dapat menghemat waktu yang dikeluarkan untuk menggunakan jasa secara keseluruhan dan mempercepat proses aktivitas konsumen. Keyakinan konsumen menggunakan aplikasi dapat
(41)
22 mempercepat pekerjaan atau aktivitas menjadi indikator dalam dimensi ini.
2) Performa pekerjaan atau aktivitas (Job performance)
Sistem informasi dapat membantu meningkatkan capaian dan prestasi pekerjaan atau aktivitas konsumen. Dengan menggunakan aplikasi ini, konsumen meyakini performa pekerjaan menjadi lebih baik. 3) Meningkatkan produktivitas (Increasing productivity)
Sistem informasi mampu meningkatkan produktivitas kegiatan konsumen. Membantu konsumen menggunakan jasa transportasi melalui sistem dengan cepat dan tepat dapat menjadi tolak ukur produktivitas konsumen dalam kegiatan sehari-hari. Konsumen meyakini dengan menggunakan aplikasi GO-JEK dapat meningkatkan produktivitas pekerjaan atau aktivitas konsumen.
4) Efektivitas (Effectiveness)
Sistem informasi dapat meningkatkan efektivitas kegiatan konsumen dalam menggunakan jasa. Pekerjaan atau aktivitas konsumen akan lebih baik dengan menggunakan aplikasi dibandingkan dengan cara konvesional atau cara tradisional.
5) Membuat aktivitas lebih mudah (Makes job easier)
Konsumen menjadi lebih mudah dalam beraktivitas setelah memakai sistem informasi tersebut, konsumen meyakini bahwa dengan menggunakan sistem informasi tertentu, aktivitas atau pekerjaan menjadi lebih mudah diselesaikan
(42)
23 6) Keyakinan manfaat (Useful)
Konsumen yakin akan manfaat yang diterima atas penggunaan sistem informasi tersebut. Indikator dalam dimensi ini ialah bahwa konsumen merasa yakin bahwa sistem informasi benar-benar bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari mereka.
3. Brand Image
a. Pengertian Brand Image
Brand image atau citra merek dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen atas suatu merek secara keseluruhan yang dibangun dari berbagai asosiasi merek dan upaya pemasaran oleh suatu merek tertentu (Keller, 2012:343)
Brand image berhubungan dengan keuntungan dan manfaat yang diterima konsumen, hubungan emosi yang berbeda dari yang diterima konsumen, keistimewaan suatu merek dan asosiasi dari merek itu lalu diterima dan dipersepsikan oleh konsumen. Karena brand image dipersepsikan oleh konsumen dari serangkaian asosiasi merek maka penting buat perusahaan untuk membuat brand image yang positif (Bivainene dan Sliburyte, 2008:23-24; Fianto dan Hadiwidjojo, 2014:62)
Brand image dapat dibentuk dari representasi kolektif dari akumulasi pengalaman terhadap merek yang dilakukan konsumen itu sendiri, didengar dari kerabat dekat lewat word of mouth atau lewat periklanan. Brand image
(43)
24 menjadi pengendali atau yang mempengaruhi kepercayaan dan pembelian konsumen (Kapferer, 2008:21,41,303)
Dalam membangun suatu brand image, pemasar tidak hanya harus membuat asosiasi merek yang menguntungkan tapi harus kuat dan unik yang akhirnya akan membedakan mereka dari kompetitor (Keller, 2012:77). Yang pada akhirnya, brand image adalah tentang bagaimana meraih keyakinan kuat tentang merek di pikiran dan emosi konsumen. Nilai dari merek yang terbentuk dari brand image harus menarik kebutuhan konsumen secara emosional dan konsumen menggunakan merek itu bukan hanya dari fitur dan fungsinya saja. (Kotler,Kertajaya dan Setiawan, 2010:33)
b. Pengukuran Brand Image
Dari definisi brand image dapat ditarik kesimpulan bahwa mengukur
brand image dapat dilakukan dengan mengukur persepsi konsumen atas suatu merek. Pengukuran brand image dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek yaitu strengthness, uniqueness, dan favorable (Keller, 2012:78):
1) Kekuatan (Strengthness)
Strengthness dalam hal ini adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat nyata dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Kekuatan merek ini mengacu pada opini konsumen pada posisi merek tersebut di pasar dan kelebihan merek di mata konsumen sehingga dianggap sebagai sebuah nilai lebih dibandingkan dengan merek lain. Yang termasuk pada kelompok strengthness ini ialah penilaian subjektif oleh konsumen atas kualitas fisik dan visual
(44)
25 jasa, kemampuan merek bersaing dengan merek lain di bidang yang sejenis, dan bagaimana konsumen melihat posisi suatu merek dibandingkan dengan kompetitornya.
2) Keunikan (Uniqueness)
Uniqueness adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek
di antara merek-merek lainnya. Kesan unik ini muncul dari atribut produk, menjadi kesan unik berarti terdapat diferensiasi antara suatu merek dengan merek lainnya. Inovasi yang diberikan oleh merek, keunikan nama merek dan keunikan pelayanan yang tidak ada pada merek lain menjadi indikator dalam dimensi ini.
3) Kemudahan dan kesukaan (Favorable)
Favorable mengarah pada kemampuan merek tersebut agar mudah diingat oleh konsumen, favorable bisa dibentuk dari nama merek yang
catchy atau selaras dengan bidang bisnis merek itu sehingga merek tersebut adalah merek yang pertama kali diingat dan diucapkan oleh konsumen ketika menyinggung pada suatu bidang bisnis dan suatu kebutuhan konsumen. Yang termasuk dalam kelompok favorable ini ialah kemudahan merek tersebut untuk diingat oleh konsumen serta kemudahan merek tersebut untuk disebutkan.
4. Brand Trust
a. Pengertian Brand Trust
Brand trust atau kepercayaan merek dapat didefinisikan sebagai kemauan konsumen dalam mengandalkan suatu merek meskipun menghadapi kemungkinan resiko karena merek tersebut, karena konsumen
(45)
26 mempersepsikan bahwa merek itu dapat diandalkan, bertanggung jawab dan dapat membawa efek positif pada kepentingan, kebutuhan dan keselamatan konsumen (Ballester, 2003:11; Lau dan Lee, 2000:344, Chauduri dan Holbrook, 2001:82)
Definisi diatas konsisten dengan komponen-komponen yang relevan pada riset tentang brand trust selama ini. Pertama, brand trust melibatkan kemauan konsumen dalam menggunakan merek meskipun dia tahu resiko yang mungkin dihadapi ketika menggunakan merek tersebut (Chauduri dan Holbrook, 2001:82). Kedua, brand trust melibatkan rasa aman dan rasa percaya diri konsumen saat menggunakan produk tersebut (Ballester, 2003:11). Ketiga, brand trust menyertakan ekpektasi umum konsumen pada merek karena brand trust tidak akan ada ketika tidak ada kemungkinan kesalahan atau error pada merek. Keempat, brand trust berhubungan kepada hasil yang positif atau setidaknya hasil yang netral (Lau dan Lee, 2000:344). Dalam kegiatan pasar khususnya yang berbasis online, brand trust dapat dijadikan sebagai faktor inti bagi kesuksesan dalam berbisnis. Dan tentunya, salah satu halangan terbesar dalam membangun bisnis online adalah rendahnya kepercayaan konsumen pada suatu merek. Maka dari itu, membangun sebuah brand trust adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan oleh pelaku bisnis. (Aghdaie dkk., 2011:148, dan Khan 2011:62)
b. Pengukuran Brand Trust
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya mengenai brand trust ada beberapa pengukuran brand trust yang terkenal dan sering dipakai, peneliti
(46)
27 akan menjelaskan dua pengukuran brand trust yang pertama (Li dkk., 2008:4-6):
1) Kompetensi (Compentence)
Kompetensi adalah bagaimana merek menghantarkan kemampuan, kecakapan dan kesanggupan secara keseluruhan suatu merek yang akan menimbulkan brand trust. Keyakinan konsumen bahwa jasa melakukan pekerjaan yang baik, kepercayaan konsumen atas kinerja jasa sesuai dengan janjinya, kepercayaan konsumen bahwa jasa akan selalu konsisten dengan kualitas jasa yang diberikan menjadi beberapa indikator dalam dimensi ini
2) Kebajikan (Benevolence)
Kebajikan dalam brand trust ialah bagaimana merek berbuat baik terhadap konsumen sehingga menimbulkan brand trust. Konsumen harus dibuat untuk yakin dan percaya bahwa penyedia jasa akan berbuat baik kepada konsumen. Yang termasuk dalam indikatornya ialah konsumen yakin dan percaya bahwa merek mempunyai niat dan perlakuan yang baik, merek akan senantiasa merespon segala keluhan dan kritik mengenai jasa yang diberikan, merek akan melakukan yang terbaik jika konsumen menemukan masalah pada jasa yang diberikan, merek peduli dengan kebutuhan konsumen dan merek memberikan rasa aman kepada penggunanya.
(47)
28 Pengukuran brand trust selanjutnya ialah (Ballester, 2003:11-12):
1) Kehandalan (Reliability)
Kehandalan dalam brand trust megacu kepada persepsi konsumen pada suatu merek bahwa merek tersebut dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan konsumen. Ini berhubungan dengan keyakinan konsumen bahwa merek dapat memenuhi nilai janji mereka. Ini penting dalam brand trust karena merek dianggap sebagai janji atau jaminan untuk layanan di masa depan atau selanjutnya. Kehandalan dalam memenuhi kebutuhan konsumen ini yang membuat brand trust
meningkat. Keyakinan konsumen atas kemampuan jasa, pengakuan konsumen atas kecakapan jasa dan keyakinan konsumen atas kesanggupan pemenuhan janji penyedia jasa menjadi indikatornya. . 2) Intensionalitas (Intentionality)
Intensionalitas mengacu kepada aspek kepercayaan konsumen yang membuat konsumen merasa aman dan yakin karena merek akan bertanggungjawab dan peduli meskipun ada perubahan dan kemungkinan masalah di masa depan dalam menggunakan merek tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih pengukuran brand trust
menurut Li dkk. dengan kompetensi dan kebajikan sebagai indakator pengukuran.
(48)
29 B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang service quality, perceived usefulness, brand image dan brand trust secara terpisah sudah pernah dilakukan, beberapa contohnya yaitu:
1. Penelitian dilakukan oleh Hartono Subagio dan Robin Saputra pada
tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Service Quality, Perceived Value, Satisfaction dan Brand Image Terhadap Customer Loyalty (Studi Kasus
Garuda Indonesia)” pada Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. 7 No. 1 halaman 42-52. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner pada 200 penumpang maskapai Garuda Indonesia dengan rute penerbangan Surabaya-Jakarta dan sebaliknya, penelitian ini menggunakan
structural equation models. Hasil penelitian ini ialah bahwa service quality berpengaruh positif terhadap brand image dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,693
2. Penelitan yang dilakukan oleh Seyed Fathollah Amiri Aghdaie pada tahun 2011 yang berjudul “An Analysis of Factors Affecting the
Consumer’s Attitude of Trust and their Impact on Internet Purchasing
Behavior” dalam International Journal of Business and Social Science
halaman 147-158. Peneltian ini dilakukan di Iran dengan menyebarkan kuesioner kepada 275 konsumen online www.expert.ir . Penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa perceived usefulness berpengaruh
(49)
30 signifikan pada brand trust dengan nilai koefisien regresi 65,8% (p < 0,05)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Franz-Rudolf Esch, Tobias Langner, Bernd H. Schmitt dan Patrick Geus pada tahun 2011 yang berjudul
“Are brands forever? How brand knowledge and relationships affect current and future purchases” dalam Journal of Product & Brand
Management halaman 98-105. Penelitian dilakukan dengan
menyebarkan 400 kuesioner pada mahasiswa bisnis di salah satu universitas besar eropa. Penelitian menggunakan Structural Equation Models. Hasil penelitian menunjukan bahwa brand image mempunyai pengaruh positif terhadap brand trust dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,78 (p < 0,01)
4. Penelitian dilakukan oleh Aurathai Lertwannawit dan Nak Gulid pada tahun 2011 yang berjudul “International Tourists’ Service Quality
Perception And Behavioral Loyalty Toward Medical Tourism In
Bangkok Metropolitan Area” dalam The Journal of Applied Business
Research. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan 400 kuesioner pada turis medis di Bangkok dan menggunakan structural equation models. Hasil penelitian menunjukkan bahwa service quality
berpangaruh positif terhadap brand trust dengan standar koefisien sebesar 0,85, t-hitung sebesar 9,15 one-tailed (p < 0,001).
(50)
31 C. Kerangka Pemikiran
Untuk menjelaskan variable-variabel yang sudah diidentifikasi, maka diperlukan definisi operasional variable yang sudah teridentifikasi dari masing-masing variable sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Dari teori-teori diatas dapat dibentuk skema kerangka berfikir sebagai berikut :
(51)
32 Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Service Quality
(X1)
Perceived Usefulness (X2)
Brand Trust
(Y2)
Brand Image
(Y1)
Kesimpulan dan Saran Analisis Jalur (Path Analysis)
1. Pengujian Hubungan Antar Sub 2. Persamaan Analisis Jalur Struktur 1 3. Persamaan Analisis Jalur Struktur 2 4. Penghitungan Pengaruh
5. Pengujian Hipotesis 6. Model Trimming 7. Uji Sobel
(52)
33 D. Hipotesis Penelitan
Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka dapat diajukan suatu hipotesis yang masih memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya yaitu:
1. Ho : ρx1y1 = 0, diduga bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel service quality terhadap brand image
Ha : ρx1y1 ≠ 0, diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variable service quality terhadap brand image
2. Ho : ρx2y1 = 0, diduga bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel perceived usefulness terhadap brand image
Ha : ρx2y1 ≠ 0, diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variable perceived usefulness terhadap brand image
3. Ho : ρx1y1= ρx2y1 = 0, diduga variabel service quality dan perceived
usefulness tidak berpengaruh secara simultan terhadap brand image
Ha : ρx1y1= ρx2y1 ≠ 0, diduga variabel service quality dan perceived
usefulness berpengaruh secara simultan terhadap brand image
4. Ho : ρx1y2 = 0, diduga bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel service quality terhadap brand trust
Ha : ρx1y2 ≠ 0, diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel service quality terhadap brand trust
(53)
34 5. Ho : ρx2y2 = 0, diduga bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara
variabel perceived usefulness terhadap brand trust
Ha : ρx2y2 ≠ 0, diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variable perceived usefulness terhadap brand trust
6. Ho : ρy1y2 = 0, diduga bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel brand image terhadap brand trust
Ha : ρy1y2 ≠ 0, diduga bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variable brand image terhadap brand trust
7. Ho : ρx1y2= ρx2y2 = ρy1y2 = 0, diduga variabel service quality,
perceived usefulness, brand image tidak berpengaruh secara simultan terhadap brand trust
Ha : ρx1y2= ρx2y2 = ρy1y2 ≠ 0, diduga variabel service quality,
perceived usefulness, brand image berpengaruh secara simultan terhadap brand trust
(54)
35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai Agustus 2016. Adapun objek penelitiannya adalah konsumen GO-JEK yang sudah pernah minimal satu kali menggunakan jasa GO-JEK terkhususnya layanan GO-RIDE yaitu layanan pengantaran penumpang. Lokasi tempat penelitian ini dilakukan sekitar Jakarta Selatan. Berdasarkan masalah yang diteliti, peneliti membatasi ruang lingkup hanya pada pengaruh service quality dan
perceived usefulness terhadap brand image serta dampaknya terhadap
brand trust pada konsumen atau pengguna jasa GO-JEK. B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok atau golongan yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Umar, 2007:77) Populasi dalam penelitian ini adalah para pengguna jasa GO-JEK di Jakarta Selatan.
2. Sampel Penelitian
Data yang akan dipakai dalam penelitian belum tentu merupakan keseluruhan dari populasi karena mengingat adanya beberapa kendala seperti populasi yang tak terdefinisikan atau tidak diketahui, kendala biaya, waktu dan tenaga serta masalah heterogenesitas atau homogenitas dari elemen
(55)
36 populasi tersebut. dengan alasan ini maka banyak penelitian mengambil sampel dari suatu populasi penelitian maka sampel adalah himpunan bagian dari populasi. (Umar, 2007:77)
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode
purposive/judgemental sampling, dimana pengambilan sampel untuk sejumlah orang atau objek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Pardede dan Manurung, 2014:13). Pada penelitian ini, peneliti menentukan kriteria sampel yaitu pernah menggunakan jasa JEK khususnya GO-RIDE minimal sekali dan sudah berumur minimal 18 tahun.
Rumus pengambilan sampel menurut Wibisono (2003) dalam Riduwan (2007:50) apabila populasi tidak diketahui secara pasti adalah sebagai berikut:
n = ( Z / σ
e
)
2
Dimana:
n = Besarnya sampel
Zα = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel
1,96 dengan tingkat kepercayaan 95%
σ = Standar deviasi populasi
e = Tingkat kesalahan atau kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi
Contoh perhitungan:
n =
(
Z / σe
)
2= (
,9 . ,
. )
(56)
37 Dengan demikian peneliti yakin dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa random berukuran 96,04 = 96 akan memberikan selisih estimasi rata-rata dengan µ kurang dari 0,05. Jadi sampel yang diambil sebesar 100 orang dari semua pengguna
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode untuk memperoleh data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut : 1. Data Primer
Cara mendapatkan data primer yaitu dengan cara memperoleh data dari sumber pertama yang dijadikan objek penelitian dan teknik yang digunakan ialah:
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan responden memberikan respon atas daftar pertanyaan atau pernyataan tersebut (Umar, 2007:49). Kuesioner yang peneliti gunakan bersifat tertutup yaitu pertanyaan atau pernyataan yang tidak diberikan kebebasan karena alternatif jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Pedoman kuesioner yang disusun sesuai dengan jumlah variabel penelitian yaitu :
1) service quality
2) perceived usefulness
(57)
38 4) brand trust
Kuesioner ini juga menggunakan beberapa pertanyaan saringan di awal kuesioner yang akan menanyakan apakah responden sudah pernah menggunakan jasa GO-JEK khususnya GO-RIDE minimal sekali dan sudah berumur minimal 18 tahun.. Jika pertanyaan saringan itu terpenuhi oleh responden maka responden baru dianggap sebagai responden penelitian dan boleh melanjutkan pengisian kuesioner penelitian. peneliti menyebarkan kuesioner ini secara online melalui Google Form.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh service quality dan perceived usefulness terhadap brand image serta dampaknya terhadap brand trust
dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan baik-tidak baik. Responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu bisa 5 atau 7 agar dapat memasukkan kategori
‘netral’ atau ‘tidak tahu’ (Umar, 2007:70). Instrumen pernyataan ini akan
menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap nilai skor seperti yang tercantum pada skala likert di bawah ini:
(58)
39 Tabel 3.1
Skala Likert
Kategori Bobot Nilai
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu fenomena (Sugiyono, 2013:168)
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar, 2007:42). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka yang diambil melalui jurnal-jurnal ilmiah, buku, website, data kepemerintahan, majalah maupun tulisan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan secara umum adalah metode analisis kuantitatif. Analisa kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis yang bersifat kuantitatif atau menggunakan metode matematika atau statistika.
(59)
40 Sebelum dianalisis lebih lanjut, data primer yang diperoleh dari pengumpulan data disimpan dalam sebuah file Microsoft Excel 2013. Selain digunakan untuk mengelola data, Microsoft Excel 2013 juga digunakan untuk mengelola data karakteristik responden. Setelah data primer dimasukkan kedalam file Microsoft Excel 2013, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS 20.0 dan diinterpretasikan. 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, merubah data mentah menjadi mudah dipahami dalam waktu yang singkat. (Sugiyono, 2013:238)
2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk menguji kecukupan dan kelayakan data yang digunakan dalam penelitian. Kualitas data bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen variabel. Instrumen yang reliabel belum tentu valid, realibilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 2013:203). Uji kualitas data terbagi dua yaitu:
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, cara mengukurnya dengan mengkorelasikan antar skor item
(60)
41 instrumen dalam suatu faktor (Sugiyono, 2013:202). Korelasi menggunakan korelasi product moment atau Pearson. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2013:52-53).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur kehandalan kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013:202). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2013:48).
3. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Rutherford dalam Pardede dan Manurung, 2014:16)
Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. (Weblay dalam Pardede dan
(61)
42 Manurung, 2014:17)
Analisis jalur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan dengan peneliti. Dari definisi-defini tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda (Garson dalam Pardede dan Manurung, 2014:17)
Dalam menganalisis penelitian dengan menggunakan analisis jalur, ada beberapa langkah secara berurutan yang harus dijalankan untuk memenuhi penelitian yang benar dengan menggunakan analisis jalur (Pardede dan Manurung, 2014:58-80):
a. Menentukan diagram jalurnya berdasarkan paradigm hubungan variabel
b. Menentukan persamaan struktural
c. Menganalisis dengan menggunakan SPSS, analisis terdiri dari dua langkah yaitu analisis substruktur I dan analisis substruktur II. d. Interpretasi hasil perhitungan SPSS berdasarkan analisis regresi,
korelasi dan menentukan persamaan struktur berdasarkan diagram jalur yang ditentukan.
e. Melakukan analisis jalur model trimming jika ada variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.
f. Melakukan Uji Sobel untuk menghitung pengaruh tidak langsung. Sebelum peneliti menggunakan analisis jalur dalam penelitiannya, maka peneliti harus merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur.
(62)
43 Hal ini disusun berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan oleh teori yang digunakan untuk penelitian. Dimana diagram jalur ini dijelaskan tentang hubungan antar variabel eksogen yaitu service quality (X1) dan
perceived usefulness (X2) dengan variabel endogen brand image (Y1) dan
brand trust (Y2) dengan menggunakan rumus model persamaan dua jalur sebagai berikut :
Gambar 3.1
Analisis Jalur (Path Analysis)
Є 1 Є2
Sumber: diolah dari data sekunder, 2016 Struktur I :
Y1=ρx1y1X1+ρx2y1X2+Є1 Struktur II:
Y2=ρx1y2X1+ρx2y2X2+ ρy1y2Y1+Є2 a) Koefisien Korelasi
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat
Perceived Usefulness
(X2)
Service Quality (X1)
Brand Image (Y1)
Brand Trust
(Y2)
ρx1y1
ρx2y1
ρx1y2
ρx2y2
ρy1y2 rx1x2
(63)
44 hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dasar pemikiran analisis korelasi ini adalah perubahan antar variabel artinya, jika perubahan suatu variabel diikuti perubahan variabel yang lain maka kedua variabel tersebut saling berkorelasi.
Koefisien korelasi hanya menggambarkan keeratan hubungan antara variabel tetapi tidak menggambarkan kekuatan kausalitas atau sebab-akibat, karena korelasi hanya digunakan untuk mengukur derajat hubungan maka dalam analisis korelasi tidak terdapat istilah variabel eksogen atau endogen. (Pardede dan Manurung, 2014:29-31). Peneliti menggunakan korelasi Pearson atau product moment dengan menggunakan SPSS 20 untuk melihat derajat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Untuk mempermudah pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Koefisien Korelasi
Sumber: Pardede dan Manurung, 2014
Untuk menentukan apakah korelasi dari masing-masing variabel
Nilai r Kriteria
0,00 s.d. 0,29 Korelasi sangat lemah 0,30 s.d. 0,49 Korelasi lemah 0,50 s.d. 0,69 Korelasi cukup kuat 0,70 s.d. 0,79 Korelasi kuat
(64)
45 signifikan atau tidak diukur dari nilai signifikansi dari setiap hubungan variabel. Nilai signifikansi harus lebih kecil nilainya dibanding nilai tingkat toleransi yang digunakan. Dalam penelitian ini nilai toleransi yang digunakan adalah 0,05
b) Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya suatu model yang terestimasi. Dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya (Pardede dan Manurung, 2014:38-39). Rumus koefisien determinasi adalah:
KD= Adjusted R Square x 100%
Nilai adjusted R square diperoleh dari output SPSS, kita mengambil contoh jika substruktur I mempunyai adjusted R square 0,70 berarti koefisien determinasi 70% yang berarti variabilitas endogen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel eksogen sebesar 70%, sementara pengaruh sebesar 30% disebabkan oleh variabel diluar model substruktur ini. Dalam ouput SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel model summary dan tertulis R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjust R square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen (Ghozali, 2013:97).
c) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji-F diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan, melihat pengaruh variabel eksogen pada variabel endogen
(65)
46 secara simultan. Ada beberapa langkah dalam menghitung uji F (Pardede dan Manurung, 2014:63):
1) Menentukan hipotesis
2) Menghitung F-hitung yang diperoleh dari output SPSS dari tabel ANOVA
3) Menghitung F-tabel dengan ketentuan tarif signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dengan ketentuan numerator : (jumlah variabel/4-1) dan denumerator (jumlah sampel/100-4)
4) Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Jika – F-tabel > F-hitung atau F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika – F-tabel < F-hitung atau F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
5) Mengambil Keputusan. d) Uji t
Setelah melakukan uji koefisien secara simultan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien secara individu dengan menggunakan suatu uji dikenal dengan sebutan uji-t. Langkah-langkah dalam menghitung uji-t ialah (Pardede dan Manurung, 2014:65):
1) Menentukan hipotesis
2) Mengetahui besarnya angka t-hitung diperoleh dari output SPSS 3) Mengetahui besanya angka t-tabel dengan ketentuan tarif signifikansi
(66)
47 0,05 dan derajat kebebasan (jumlah sampel/100-2)
4) Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Jika – t-hitung < - t-tabel atau t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika ¬ t-tabel < t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 4. Model Trimming
Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefieisen jalurnya tidak signifikan (Heise dalam Riduwan, 2007:127). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak signifikan, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan.
5. Perhitungan Pengaruh
Analisis pengaruh ditunjukan untuk melihat seberapa kuat pengaruh suatu variabel dengan variabel lainnya baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Hasil yang dipakai adalah model setelah trimming. Formula yang dipakai dalam peneltian ini ialah :
Struktur I:
a. Pengaruh X1 langsung : ρx1y1. ρx1y1
b. Pengaruh X1 tidak langsung : ρx1y1. r x1x2. ρx2y1 c. Pengaruh X2 langsung : ρx2y1. ρx2y1
(67)
48 e. Total Pengaruh Struktur I
Struktur II
a. Pengaruh X1 langsung : ρx1y2 . ρx1y2 b. Pengaruh X2 langsung : ρx2y2 . ρx2y2
c. Pengaruh X1 tidak langsung melewati Y1 : ρx1y2. rx1y1. ρy1y2 d. Pengaruh X2 tidak langsung melewati Y1 : ρx2y2. rx1y1. ρy1y2 e. Pengaruh Y1 langsung : ρy1y2. ρy1y2
f. Total Pengaruh Struktur II 6. Uji Sobel
Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur M Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa
mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah
mengontrol M. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan sa dan sb dan besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect) sab dihitung dengan rumus dibawah ini:
Sab = √b2sa2 + a2sb2 + sa2sb2
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:
t =
(68)
49 Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi. Asumsi uji sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel kecil, maka uji sobel menjadi kurang konservatif (Ghozali, 2013:248-249).
Pada penelitian ini akan digunakan hasil model sebelum trimming
untuk membuktikan keselarasan hasil. E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:95).
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: a) Variabel Eksogen :
1. X1 adalah service quality 2. X2 adalah perceived usefulness b) Variabel Endogen :
1. Y1 adalah brand image 2. Y2 adalah brand trust
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitan
No Variabel Sub Variabel No
Kuesioner Indikator
Skala hitung
1
Service Quality (European Comitee for
Ketersediaan (Availibility)
1.1 Jarak tempuh dan
jangkauan likert 1.2 Jam operasi
(69)
50 No Variabel Sub Variabel No
Kuesioner Indikator
Skala hitung Standarization,
2002:8)
Aksesibilitas (Accessibility)
1.3 Akses ke
transportasi umum lainnya
likert 1.4 Penentuan lokasi
penjemputan dan tujuan
Informasi (Information)
1.5 Pemberitahuan informasi biaya jasa
likert 1.6 Pemberitahuan jarak
yang ditempuh dalam perjalanan 1.7 Pemberitahuan
driver yang akan bertugas
1.8 Pemberitahuan penyediaan helm, masker dan hair cover
1.9 Pemberitahuan perkiraan waktu pelayanan jasa Ketepatan
waktu (Time)
1.10 Kesesuaian waktu penjemputan real dengan yang diperkirakan
likert 1.11 Kesesuaian waktu
perjalanan real dengan yang diperkirakan Pelayanan pelanggan (Customer Care)
1.12 Ketanggapan respon pelayanan
likert 1.13 Ketersediaan
driversekitar lokasi penjemputan Kenyamanan
(Comfort)
1.14 kenyamanan kursi atau jok kendaraan
likert 1.15 penampilan motor
yang layak dan prima
1.16 keterampilan driver dalam berkendara Keamanan
(Security)
1.17 Ketersediaan helm
(1)
Lampiran 3. Hasil Uji Statistika Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 28.0
Excludeda 77 72.0
Total 107 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Variabel Cronbach's
Alpha N of Items Keterangan Service
Quality .934 21 Reliabel
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
SQ 1 72.77 128.323 .637 .931
SQ 2 72.57 133.289 .374 .935
SQ 3 73.57 129.426 .541 .932
SQ 4 72.77 128.323 .637 .931
SQ 5 73.30 123.941 .837 .927
SQ 6 72.77 126.116 .594 .931
SQ 7 72.90 131.955 .416 .934
SQ 8 73.53 124.947 .495 .935
SQ 9 73.90 129.472 .450 .934
SQ 10 73.27 127.030 .627 .931
SQ 11 73.57 129.426 .541 .932
(2)
SQ 13 73.30 130.631 .522 .932
SQ 14 73.47 126.602 .618 .931
SQ 15 73.27 126.409 .698 .930
SQ 16 73.30 123.941 .837 .927
SQ 17 72.77 126.116 .594 .931
SQ 18 73.37 124.171 .778 .928
SQ 19 73.33 127.126 .740 .929
SQ 20 73.07 124.961 .711 .929
SQ 21 73.37 124.171 .778 .928
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 28.0
Excludeda 77 72.0
Total 107 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.841 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Perceived Usefulness 1 20.00 7.310 .687 .802
Perceived Usefulness 2 20.67 7.057 .658 .807
Perceived Usefulness 3 20.83 7.247 .572 .825
(3)
Perceived Usefulness 5 20.17 6.833 .776 .783
Perceived Usefulness 6 20.20 7.476 .541 .831
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 28.0
Excludeda 77 72.0
Total 107 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.890 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Brand Image 1 33.77 16.047 .575 .885
Brand Image 2 33.73 16.409 .673 .877
Brand Image 3 33.97 16.447 .560 .885
Brand Image 4 33.80 15.407 .716 .872
Brand Image 5 34.00 17.103 .370 .902
Brand Image 6 34.00 15.310 .761 .869
Brand Image 7 33.57 15.978 .711 .874
Brand Image 8 33.50 15.569 .724 .872
(4)
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 28.0
Excludeda 77 72.0
Total 107 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.872 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Brand Trust 1 22.90 10.852 .684 .850
Brand Trust 2 22.90 10.507 .644 .855
Brand Trust 3 23.00 10.207 .708 .846
Brand Trust 4 22.73 11.168 .731 .848
Brand Trust 5 23.40 10.662 .527 .873
Brand Trust 6 23.03 11.137 .647 .855
Brand Trust 7 23.03 9.757 .693 .849
Variables Entered/Removeda Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 Brand Image,
Service Quality, Perceived Usefulnessb
(5)
a. Dependent Variable: Brand Trust b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,787a .620 .608 2.716
a. Predictors: (Constant), Brand Image, Service Quality,
Perceived Usefulness
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1154.595 3 384.865 52.162 ,000b
Residual 708.315 96 7.378
Total 1862.910 99
a. Dependent Variable: Brand Trust
b. Predictors: (Constant), Brand Image, Service Quality, Perceived Usefulness Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant)
.613 2.394 .256 .799
Service Quality
.202 .035 .528 5.820 .000
Perceived
Usefulness .306 .110 .261 2.786 .006
Brand Image
.081 .098 .083 .821 .414
a. Dependent Variable: Brand Trust
Variables Entered/Removeda Model Variables Entered
Variables
(6)
1 Perceived
Usefulness, Service Qualityb
Enter
a. Dependent Variable: Brand Trust b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,786a .617 .609 2.712
a. Predictors: (Constant), Perceived Usefulness, Service Quality
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1149.624 2 574.812 78.169 ,000b
Residual 713.286 97 7.353
Total 1862.910 99
a. Dependent Variable: Brand Trust
b. Predictors: (Constant), Perceived Usefulness, Service Quality Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.558 2.095 .744 .459
Service Quality .215 .031 .562 6.954 .000
Perceived
Usefulness .351 .095 .299 3.703 .000