Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sejarah 1
Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: a Faktor jasmaniah, b Faktor psikologis, dan c Faktor kelelahan.
2 Faktor Eksternal
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di
kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: a Faktor keluarga, b Faktor sekolah, dan c Faktor masyarakat.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar di sekolah.
Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan
prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar
ditunjukkan dengan nilai angka.
7. Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
Secara filosofis, belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep- konsep, atau kaidah-kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus
mengkontstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Borich dan Tambari medefinisikan konstruktivisme dalam belajar sebagai sebuah
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sedikit demi sedikit makna terhadap apa yang dipelajarinya dengan membangun
hubungan secara internal atau keterkaitan dengan fakta-fakta yang diajarkan. Definisi konstruktivisme dalam belajar tersebut, menekankan belajar terjadi hanya
ketika siswa aktif struktur kognitif mereka terlibat dalam pengalaman-pengalaman pembangunan skema.
26
Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme
telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.
27
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru
tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, siswa harus membangun suatu pengetahuan itu
berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha siswa itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu
skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh siswa sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran siswa tidak akan menghadapi
26
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2015, hlm. 164-165.
27
http:www.academia.edu9804852pendekatan_konstruktivisme_dalam_pembelajaran_sejarah_u ntuk_menumbuhkan_berfikir_kritis_siswa_melalui_pembelajaran_berbasis_masalah.html, Diakses
pada tanngal 6 Maret 2017, pukul 19.15 WIB.
kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui siswa adalah realita yang dia bina sendiri. siswa sebenarnya telah
mempunyai satu tempat idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Untuk membantu siswa dalam membina konsep atau
pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan
sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
John Dewey, menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di dalam setiap
aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Ditinjau persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan
akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah
kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa mencontoh dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah
pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan
mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari kaca mata siswa.
8. Pembelajaran Kooperatif