Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

(1)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK Mugianto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.


(2)

ix ABSTRACT

INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I

SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.

Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

The result of this result indicated that the students motivation to learn had increased toward the history during the application of learning model Student Teams Achievement Division (STAD). (1) The students’ motivation to learn history, that was shown by an average score of motivasion to learn the history of the initial state of 70,38 increased in the first cycle become 76 or 5,62%, on the second cycle increased 82,39 or 6,39%. (2) The student learning achievement of history increased both the KKM and the average of the value. In terms of school’s KKM was 75, the initial state of 14 student 44%, increased in the first cycle to 27 students or 81% and the second cycle increased to 30 students or 94%. In terms of the average score of learning history student achievement was the initial state 73.94, increased in the first cycle to 78.75, or 4.81%, on the second cycle increased 89.56, or 10.88%.


(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Mugianto NIM: 121314024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua “Mohtar dan Neliana”, adik-adik “Elma Nanda, Aryo Pradana dan Khalisa Apriliana” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan menyayangiku tiada henti.


(7)

v MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya

(Ar-Ra’d : 11)

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang (Bung Karno)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK Mugianto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.


(11)

ix ABSTRACT

INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I

SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.

Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

The result of this result indicated that the students motivation to learn had increased toward the history during the application of learning model Student Teams Achievement Division (STAD). (1) The students’ motivation to learn history, that was shown by an average score of motivasion to learn the history of the initial state of 70,38 increased in the first cycle become 76 or 5,62%, on the second cycle increased 82,39 or 6,39%. (2) The student learning achievement of history increased both the KKM and the average of the value. In terms of school’s KKM was 75, the initial state of 14 student 44%, increased in the first cycle to 27 students or 81% and the second cycle increased to 30 students or 94%. In terms of the average score of learning history student achievement was the initial state 73.94, increased in the first cycle to 78.75, or 4.81%, on the second cycle increased 89.56, or 10.88%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Siswa Kelas XI IPS I Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan dorongan sampai skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Pemerintah Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Ibu Martini yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk masuk ke dalam tim kerjasama Kutai Barat


(13)

xi

7. Darwito S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dra Siti Aptinah, selaku guru mata pelajaran yang telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngaglik, khususnya siswa kelas XI IPS I.

10.Teman sesama peneliti yaitu Dewi Asmarawati Gulo dan Ignatus Galih Prasetyo yang telah mendukung dalam penelitian ini.

11. Kedua orangtuaku “Mohtar dan Neliana”, adik-adikku “Elma Nanda, Aryo

Pradana dan Khalisa Aprilia” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan

menyayangiku tiada henti.

12.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah dan teman-teman jalur kerja sama Kutai Barat yang telah mendukung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 4 Oktober 2016

Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PESEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Pemecahan Masalah ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5


(15)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi ... 7

a. Pengertian motivasi ... 7

b. Jenis-jenis Motivasi ... 8

2. Konsep Belajar ... 9

3. Prestasi Belajar ... 11

a. Penegertian Prestasi Belajar ... 11

b. Guna Prestasi Belajar ... 12

4. Teori Kontruktivisme ... 13

5. Pembelajaran Kooperatif ... 14

a. Pengetian pembelajaran Kooperatif ... 14

b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 15

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15

d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif... 16

e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 16

f. Langkah-langkah Pembeljaran kooperatif ... 17

g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif ... 18

6. Metode pengajaran tipe STAD... 18

a. Pengertian pembelajaran tipe STAD ... 18

b. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif... 21

c. Komponen dan langkah-langkah STAD ... 22

7. Konsep Sejarah... 23

8. Materi Pelajaran ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir... 26


(16)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Setting Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian... 29

2. Waktu Penelitin ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Objek Penelitian ... 30

E. Devinisi Operasional ... 30

1. Motivasi ... 30

2. Belajar ... 30

3. Prestasi ... 30

4. Pembelajaran Kooperatif ... 31

5. Model STAD ... 31

F. Variabel-variabel penelitian ... 32

G. Metode pengumpulan data ... 32

H. Instrumen pengumpulan data ... 33

I. Desain Penelitian ... 36

J. Teknik Analisis data ... 37

K. Prosedur penelitian ... 45

L. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 50

1. Observasi Pra Penelitian ... 50

2. Deskripsi pelaksanaan siklus I ... 58

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 71

B. Komparasi Kegiatan Belajar, Motivasi dan Prestasi ... 82

1. Komparasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa ... 82

2. Komperasi motivasi Belajar Sejarah siswa ... 86

3. Komperasi Prestasi Belajar Sejarah siswa ... 90


(17)

xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 101


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses Pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan Prestasi

Belajar Sejarah siswa ... 30

Gambar II : Bagan Siklus Penelitian ... 36

Gambar III : Diagram Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 55

Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57

Gambar V : Diagram Motivasi Siklus I... 67

Gambar VI : Diagram Prestasi Siklus I ... 69

Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar siswa Siklus II ... 78

Gambar VIII : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80

Gambar IX : Grafik Komparasi Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 21

Tabel 2 : Penilaian kegiatan Belajar siswa ... 38

Tabel 3 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 39

Tabel 4 : Analisis Tingkat Kegiatan Siswa ... 39

Tabel 5 : Contoh Tabel Angket Motivasi Belajar Siswa ... 40

Tabel 6 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 41

Tabel 7 : Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 41

Tabel 8 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 42

Tabel 9 : Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 42

Tabel 10 : Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa ... 44

Tabel 11 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 45

Tabel 12 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 45

Tabel 13 : Indikator Keberhasilan Motivasi dan Prestasi Belajar ... 49

Tabel 14 : Data Obeservasi Pra Penelitian Terhadap Kegiatan Belajar ... 51

Tabel 15 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 53

Tabel 16 : Data Kategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 54

Tabel 17 : Data Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 18 : Data Presentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 19 : Kegiatan Belajar Siswa ... 59

Tabel 20 : Data Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Siklus I ... 63

Tabel 21 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 65

Tabel 22 : DataKategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 23 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 67


(20)

xviii

Tabel 25 : Data Kegiatan Belajar Sejarah Siswa pada Siklus II ... 74

Tabel 26 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 76

Tabel 27 : Data Kategori Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 77

Tabel 28 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 79

Tabel 29 : Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80

Tabel 30 : Analisi Komparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Pra Penelitian dengan Siklus I ... 82

Tabel 31 : Analisis Koparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Siklus I dengan Siklus II ... 84

Tabel 32 : Analisis Komperatif Motivasi Belajar Siswa antara Pra Penelitian Dengan Siklus I ... 86

Tabel 33 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa antara Siklus I Dengan Siklus II ... 87

Tabel 34 : Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 89

Tabel 35 : Analisis Komperatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 90

Tabel 36 : Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92

Tabel 37 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92


(21)

xix LAMPIRAN

Lampiran 1a : Surat ijin penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 103

Lampiran 1b : Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 104

Lampiran 2 : Silabus ... 105

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 122

Lampiran 5 : Kisi-kisi motivasi ... 156

Lampiran 6 : Angket motivasi ... 157

Lampiran 7 : Kisi-kisi soal siklus I ... 160

Lampiran 8 : Kisi-kisi soal siklus II ... 163

Lampiran 9 : Soal siklus I ... 167

Lampiran 10 : Soal siklus II ... 174

Lampiran 11 : Lembar jawaban ... 181

Lampiran 12a : Validitas Motivasi Prasiklus ... 182

Lampiran 12b : Validitas Motivasi Siklus I ... 183

Lampiran 12c : Validitas Motivasi Siklus II ... 184

Lampiran 12d : Reliabilitas Motivasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 185

Lampiran 13a : Validitas Prestasi Siklus I ... 186

Lampiran 13b : Validitas Prestasi Siklus II ... 187

Lampiran 13c : Reliabilitas Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 188


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang menentukan kualitas hidup di suatu bangsa. Pemerataan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pedidikan secara nasional. Peran pendidikan yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Maka pembaharuan pendidikan harus dilakukan, Ada tiga hal yang harus diamati, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas metode pembelajaran. Pendidikan menjadi hal utama yang penting dalam memperoleh kehidupan yang lebih layak bagi kehidupan warga negara. Maka dari itu pendidikan selalu diperbaharui oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengikuti perkembangan yang ada. Namun dengan adanya perkembangan zaman dan perubahan kurikulum dengan mengikuti arus kemajuan yang ada, ternyata belum diikuti oleh para pendidiknya, yaitu tenaga pengajar. Penggunaan model pembelajaran yang konvensional dalam prosesnya mengakibatkan peserta didik kurang terlihat aktif mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah.

Pesatnya perkembangan pendidikan membuat semakin dituntutnya peranan siswa, yang pertamanya guru sebagai pusat perhatian sekarang berbalik siswa yang menjadi pusat dan guru hanya sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri. dengan adanya perubahan mengenai peranan siswa menjadi aktif maka saat ini mulai bermunculan berbagai model-model pembelajaran yang muncul pada


(23)

2

sekarang ini sangat membantu di dalam meningkatkan motivasi siswa untuk melatih diri terbiasa dengan cara belajar yang mandiri tanpa harus tergantung pada guru dan bisa memperoleh keberhasilan. Guru bertugas sebagai pembimbing siswa antara lain sebagai penglola kelas, mediator, fasilitator serta sebagai evaluator untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar. Namun peran guru juga sangat penting peranannya saat di kelas. Keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru.1

Menurut Degeng yang di kutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara mengajar guru.2 Kebanyakan guru dalam mengajar cenderung menghapal dan konvensional, serta peseerta didik juga pasif dalam belajar. Situasi belajar demikian membuat kurangnya keaktifan belajar sejarah. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna.3

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Ngaglik, mengalami kekurangaktifan siswa di dalam mengkuti proses belajar mengajar terlihat dari antusias siswa yang kurang seperti mengobrol, keluar masuk kelas, mengantuk bahkan ada yang tertidur, bermain handphone, dan mengganggu lain siswa lain. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I sangat kurang dan dengan motivasi yang

1 H. Isjoni dan Arif Ismail, Model-model Pembelajaran Mutakhir,Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

2008, Hlm 146

2 H. Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Surakarta, Yuma Pustaka, 2009, hal 1 3 Ibid, hlm 1-2


(24)

3

kurang maka akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Model yang dipakai dalam pembelajaran juga kurang menarik karena medelnya hanya ceramah dan tanya jawab sehingga siswa menjadi bosan. Dengan model yang monoton akan membuat siswa bosan maka dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, seperti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Ketidak berhasilan siswa ini dapat dilihat dengan rendahnya motivasi dan prestasi belajar sejarah. Model dalam mengajar mata pelajaran sejarah harus tepat agar dapat menarik simpati siswa. Model ini akan membantu proses belajar agar sampai pada tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pada masa sekarang perlu inovasi baru dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas, yakni menggunakan model pembalajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembalajaran ini sangat berpusat pada kerja sama, tanggung jawab, kecepatan, serta persaingan sehat dalam memecahkan suatu masalah dan dilakukan secara berkelompok. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik untuk saling memahami, saling menghargai dan serta saling menghormati apabila terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah peserta didik.


(25)

4 B. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif di dalam proses pembelajaran

2. Peserta didik menganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang menarik

3. Sebagian siswa kurang memiliki motivasi yang besar untuk belajar sejarah 4. Rendahnya prestasi belajar siswa

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada Penerapan Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Ngaglik

D. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Ngaglik?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Ngaglik?


(26)

5 E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran sejarah. Peneliti mengambil model pembalajaran tersebut dikarenakan model pembalajaran yang mudah diterapkan kepada siswa, membuat siswa aktif didalam kelas, toleransi dan lain-lain.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas untuk: 1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa pada Kelas XI I SMA Negeri 2

Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

G. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Sekolah

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan harapan dapat membantu memberikan wacana bagi para lembaga pendidikan atau sekolah, melihat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjalankan proses pembelajaran sejarah di dalam kelas


(27)

6 2. Bagi Guru

Penelitian yang dilakukan dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru khususnya guru mata pelajaran sejarah dalam penggunaan berbagai model-model pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan meteri pembelajaran sejarah kepada peserta didik.

3. Bagi Siswa

Meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkan dalam mempelajari sejarah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sebagai wahana baru dalam proses belajar mengajar.

4. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wacana mengenai penggunaan variasi model-model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah. Selain itu dapat menjadi acuan ketika ingin menulis karya tulis ilmiah atau penelitian PTK.


(28)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai kajian teori dari beberapa sumber yang tersaji sebagai berikut:

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan suatu kerena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatanya.

Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diarikan sebagai “daya penggerak yang menjadi aktif” Motif menjadi aktif pada saat-saat tertetu, terutama bila kebutuhan unruk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motivasi banyak memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna seperti motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives, wants, imteres, desires. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan4.

Menurut Glaitman pengertian dasar motivasi ialah keadaan intern organism baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

4 Kompri. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. PT Remaja Rosdakarya. Bandung .


(29)

8

pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya ada sesuatu yang dapat disaksikan.

Mc Donald dalam Wasti Sumanto, memberikan pengertian motivasi yakni suatu perubahan tenaga dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai dengan dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Purwanto mengemukakan bahwa motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan. Ahmad Thanthowi, juga mengemukakan bahwa tindakan belajar yang bermotif dapat diakatakan sebagai tindakan belajar yang dilakukan oleh anak didik yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakannya, sehingga tindakan itu dituju kearah suatu tujuan yang didiamkan.

b. Jenis-Jenis Motivasi

Woodworrh mengolongkan/membagi motif-motif menjadi tiga golongan, yakni:

1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yakni motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh.

2. Motif-motif darurat, yakni motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar.


(30)

9

3. Motif objetif, yakni motif yang mengarahkan kepada suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri. Sumadi Subrata juga membedakan motif menjadi dua, yakni motif ekstrinsik dan intrinsik

1. Motif ekstrinsik, yakni motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberitahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.

2. Motif intrinsik, yaitu motif-motif yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Memang dalam arti individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendoronganya telah mencari buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan beranggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.5

2. Konsep Belajar

Menurut pegertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Jadi pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Melalui interaksi


(31)

10

dengan lingkungan, seseorang dapat memperoleh perubahan tingkah laku sesuai kebuutuhannya sendiri, sehingga dapat menghasilkan perolehannya tersebut melalui tingkah lakunya setiap hari.6

Belajar hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan Witherington (1952) menyebut bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanivestasikan sebagai suatu pola-pola respons yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus menerus berlangsung seumur hidup

b. Dalam belajar berarti terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen

c. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.

d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.

Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif sebagaimana dikemukakan Bigge yaitu hubungan dengan perubahan-perubahan tentang


(32)

11

kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi hubungan-hubungan,kebiasaan dan kecendrungan perilaku. Belajar merupakan proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan.

Belajar menurut Gagne, suatu proses dimana organism berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut dapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan perilaku, dan (3) pengalaman.7

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar proses pembelajaran dapat dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: Faktor jasmaniah yaitu kesehatan atau cacat tubuh. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yaitu model pembelajaran, kurikulum, relasi guru

7 Muhamamad Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajaran “ARIAS” (Assurance, Relevance,

Interest, Assesment, Satifaction): Terintegratif Dalam Teori dan Praktik Untuk Menunjang Penerapan Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka, Jakarta, 2014, hlm. 40


(33)

12

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.8

b. Guna Prestasi Belajar

Prestasi belajar berguna untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Dalam pendidikan formal, pentingnya pengukuran prestasi belajar tidaklah disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui, proses pendidikan formal adalah suatu yang kompleks yang memerlukan waktu, dana dan usaha kerjasama berbagai pihak. Tidak ada pendidikan yang secara sendirinya berhasil mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor pendukung yang ada dalam sistem pendidikan tersebut. Betapa jelasnya suatu tujuan pendidikan yang telah digariskan, tanpa usaha pengukuran maka akan mustahil hasilnya dapat diketahui.9

8Slameto, op. cit, hlm 54-71

9Azwar Saifuddin.1987. Test Prestasi Fungsi dan Pengukuran Prestasi Belajar. Liberty.


(34)

13 4. Teori Konstruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman10. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang.

Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pegalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian faktam konsep, dam kaidah yang siap dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dalam konstruktivisme ada beberapa hal-hal sebagai berikut.

1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan (discovery).

3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan

10 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci


(35)

14

sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.11 Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda pula dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 12

Kategori tujuan dalam pembelajaran kooperatif:

1) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain.

2) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada ketergantungan negatif).

3) Kooperatif: keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.

11Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Hal 56 12Ibid, hlm 57


(36)

15 b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin yang di kutip Taniredja ada enam tipologi pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran Tim Siswa ini bisa serupa sertifikat atau rekognisi lainya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. Pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagaian tugas kelompok.

3) Kesempatan sukses yang sama yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

4) Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.

5) Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.13

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugasnya. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.


(37)

16

Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, ras, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.14

d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

peran guru sangat menentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif. Guru sebelumnya mesti merancang pembelajaran menurut model atau sturuktur pembelajaran kooperatif yang dipilih untuk mengaktivitaskan semua siswa dalam kelompok. Berkaitan dengan itu, aktivitas siswa dalam kerjasama dapat berjalan sebagai mana mestinya apabila mempunyai prosedur yang jelas untuk dilakukan oleh anggota-anggota dalam kelompok.

Apabila aktivitas pembelajaran dapat menghubungkan anggota-anggota kelompok dan proses interaksi maka ia dapat bagi mewujudkan keterampilan kolaborasi siswa. Perkara ini mesti di usahakan oleh guru sejak awal pelaksanaan pembelajaran kooperatif sehingga siswa dari awal berupaya membina tingkah laku yang mengarah kepada keterampilan kolaborasi.15

e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ditnaga Dikti pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah yaitu:

14 Ibid. Hlm.60.


(38)

17 1) Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya.

2) Kerja Kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet dan sebagainya.

3) Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semuannya telah mampu menguasai topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep yang dikaji.

4) Penghargaan Kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. 16

f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl, Slavin yaitu: 1) Guru merancang rencana program pembelajaran .

2) Dalam aplikasi pembelajaran dikelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam nelajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.

3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dalam


(39)

18

memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi guru sebagai moderator. 17

g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak keuntungan dari pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai–nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7) Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.18

6. Metode Pembelajaran Tipe STAD a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam belajar beranggotaan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

17Ibid, hlm 63


(40)

19

kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.19

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :

a. Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajran, Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Menentukan Kelompok Kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila kemungkinan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik yaitu.

1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran sejarah. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan dalam mata pelajaran sejarah dan digunakan dalam kelompok. 2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok

menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh

19 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group.


(41)

20

siswa dari seluruh siswa rangking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil dari kelompok atas, dan kelompok bawah sebnyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.

c. Menentukan Skor Awal

Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Sekor awal ini dapat berubah setelah ada kuis

d. Pengaturan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok20.


(42)

21 b. Fase-fase pembelajaran kooperatif21

Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (pemberian nilai)


(43)

22

c. Komponen dan Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran STAD Menurut Slavin (2008) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja kelompok (tim), sekor kemajuan individual, rekognisi (penghargaan) kelompok.22

a. Presentasi kelas (Class Presentation). Dalam STAD, materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama presentasi kelas, siswa benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.

b. Kerja kelompok (Teams Works) setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi setiap kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingakan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.

c. Kuis (Quizzes). Setelah guru memberikan presentasi, siswa diberi kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan membatu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami nateri yang telah disampaikan.


(44)

23

d. Peningkatan Nilai Individu (individual Improvement Score). Peningkatan nilai individu dilakukan untuk memberikan tujuan presentasi yang ingin dicapai jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang labih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya, selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.

e. Penghargaan kelompok (Team Recgnation). Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

7. Konsep Sejarah

Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangatlah penting untuk dipelajari. Kata sejarah bersal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history23.

Pohon dalam hal ini bisa dikaitkan dengan keluarga raja yang diibaratkan membentuk sebuah pohon yang bercabang yang melambangkan keturunannya.Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1) perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode


(45)

24

sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsive terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi24.

Kata syajarah ini mula-mula dimaksudkan sebagai gambaran silsilah sesuai dengan situasi masyarakat waktu itu yang terutama berorientasi pada penonjolan peranan para penguasa (raja), maka kebanyakan asal-usul yang ditulis waktu itu adalah kelompok orang-orang besar, sehingga kelihatan sekali sifat istanasentrisnya. Ini bisa dibandingkan dengan pengertian sejarah yang tumbuh di Eropa Barat, seperti kata history dalam bahasa Inggris yang sebernarnya berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya.25 Kalau pengertian ini dipandang secara luas maka sudah mengacu pada pengertian ilmu.

I G Widja menyatakan bahwa sejarah sebagai suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri atau ditemukan pada masa sekarang.26 Pendapat ini memberi pengertian bahwa sejarah itu memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan ilmu lain. Dengan kata lain, sejarah itu harus disertai bukti-bukti yang kuat dan memiliki relevansi terhadap kehidupan manusia pada zaman sekarang.

24Ibid, hlm. 22

25 I.G Widja, Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang.

1988, hal. 8


(46)

25 8. Materi Pelajaran

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia

KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya dan pengaruh bagi masa kini

1) Materi pembelajaran

Akar-akar nasionalisme Indonesia. b. Peristiwa Sekitar Proklamasi

KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan arti penting bagi kehidupan berbagsa dan bernegara pada masa itu dan saat ini.

1) Materi pembelajaran

Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Natalia Sri Purwati (2010) diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta setelah penerapan pendekatan Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan KKM 75 (sesuai KKM yang di tetapkan, diperoleh rata-rata 74,38, dimana nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 84,33 dan nilai terendahnya 65,58.

Hasil penelitian Siska Usulu menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa


(47)

26

kelas X SMK Negeri I Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke Siklus II yaitu 45,16% menjadi 93,55% atau rata-rata kelas 7,097 pada siklus I menjadi 8,258.

Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan dari sebelumnya yang dimana nilai belum mencapai KKM menjadi di atas KKM. Perubahan tersebut terjadi karena penerapan tipe pembelajaran STAD yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, lebih aktif dari yang sebelumnya, dan hal inipun berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. C.Kerangka Berpikir

Rendahnya motivasi peserta didik di dalam kelas mengakibatkan rendahnya prestasi belajar peserta didik, sehingga diperlukan metode yang mampu mengerakan peserta didik untuk aktif di dalam kelas. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena metode STAD menekankan adanya aktifitas dan interaksi antara peserta didik untuk saling mebantu dalam menguasai materi pembelajaran. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada aktifitas dan interaksi di antara peserta didik untuk saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, pembelajaran sejarah model pembelajaran kooperatif tipe STAD diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, selain itu model pembelajaran ini akan mengembangkan kreativitas


(48)

27

dan pola pikir peserta didik dalam belajar. Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas maka dapat digambarkan bagan sebagai berikut:

Gambar 1: Bagan Proses Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori serta pelaksanaan, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

2. Penerapan model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

Penerapan pembelajaran Model STAD

Meningkatnya motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Pembelajaran

sejarah

Proses Pembelajaran - Siswa aktif dalam kelas - Siswa akan siap belajar

dalam setiap proses pembelajaran

- Siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru

- Siswa saling berbagi pemikiran dengan proses pembelajaran

- Siswa bertanya dan menjawab tentang materi pembelajaran


(49)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.27 Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.28 Model PTK yang digunakan adalah model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu, (1) Perencanaan (Planing), (2) Tindakan (acting), (3) Obsevasi (observing), (4) Refleksi (relfkecting).29

PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menerap kan model pemebajaran yang lebih baik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru, peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus mengingat masyarakat berkembang

27 Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13 28 Ibid, hlm. 14


(50)

29

secara cepat, peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran; sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran di dirinya; peningkatan mutu hasil melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan memngembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.30

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik untuk mata pelajaran sejarah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II, yaitu pada bulan April 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender akademik dari sekolah dan juga mengikuti kebijakan dari sekolah dan guru mata pelajaran sejarah. Penentuan waktu ketika penelitian ini sangat pening karena penelitian tindakan kelas ini memerlukan dua sikus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif dikelas.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah menggunakan model pembelajaran Student

30 Kunandar, langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi


(51)

Teams-Achievement Division (STAD) adalah siswa kelas XI IPS 1 . Adapun jumlah siswa kelas XI IPS I adalah berjumlah 32 siswa. 18 siswi dan 14 siswa. D. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk berupa motivasi dan prestasi

belajar siswa dengan materi “Akar-akar Nasionalisme Indonesia dan Pristiwa

sekitar Proklamasi”

E. Devinisi Operasional 1. Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energy) sesorang yang dapat menimbukan dorongan yang membuat individu untuk melakukan suatu tindakan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic) maupun dalam luar individu (motivasi ekstrinsik)31.

2. Belajar

Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.32 Aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh suatu pemahaman yang baru.

3. Prestasi

Prestasi sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.

31 Kompri, op. cit. hal 3 32 Slameto, op.cit, hlm 2


(52)

31

Selain adanya perubahan tingkah laku, keberhasilan dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa. Ditandai dengan hasil yang dicapai. Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai dari hasil proses pembelajaran

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill33. Pembelajaran kooperatif

dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interpedensi efektif di antara anggota kelompok34

5. Model STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran Kooperatiif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.35

33 Ibid, Hal 271.

34 Taniredja, op.cit. hal 58 35 Trianto. Op.cit. hal 68-69


(53)

F. Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

2. Variabel terikat (Y) : Motivasi dan prestasi belajar sejarah G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Obeservasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan kelas sebelum merepakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division maupun setelah penarapan model pembelajaran tersebut.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengtahui hasil belajar siswa antara sebelum maupun sesudah pembelajaran berlangsung.

3. Koesioner

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner. angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

4. Wawancara

Untuk mendapakan data tentang tingkat keberhasilan penerapan kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).


(54)

33

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiaran untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut36

1. Alat pengumpulan data a) Observasi

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitif yang digunakan untuk melihat kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan susesudah diterapkannya model pembelajaran Student Teams Achievement Division.

c) Kuesioner

Kuesioner yang berupa lembar-lembar isian, yaitu kuesioner tertutup serta diukur menggunakan rating scala (skala bertingkat)

2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria.37

36 Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, Renika Cipta, Jakarta, hlm. 100

37 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Akasara, Jakarta,


(55)

Untuk mengetahui tingkat validitas atas uji coba instrument maka peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson.

= �∑ − ∑ ∑

√{�∑ − ∑ }{�∑ − ∑ }

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan N = jumlah siswa tes

XY = jumlah perkalian antara X dengan Y X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y b) Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes. Konsep reliabilitas ini tidak akan sulit dimengerti apabila peneliti sudah memahami konsep validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.38 Dalam mencari reliabilitas instrument, peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown yakni dengan teknik belah dua.

11= . � + � Keterangan:

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11 = koefesien reliabilitas yang sudah disesuaikan


(56)

35

3. Hasil Uji Coba Instrumen a. Validitas

Instrumen dinyatakan valid bila mencapai taraf signifikan 0,75 keatas, apabila instrumen tersebut di bawah 0,75 maka instrumen dinyatakan gugur. Berikut ini merupakan hasil pegujian validitas di lapangan.

1) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, dari 40 item instrumen yang valid berjumlah 39 item dan instrumen yang gugur berjumlah 1 item yaitu nomor 34.

2) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, pada siklus I dari 30 item instrumen yang valid berjumlah 23 item dan instrumen yang gugur berjumlah 7 yaitu nomor 4, 8, 11, 14, 16, 22, 23, dan 25, pada siklus II dari 30 item instrumen valid berjumlah 26 dan instrumen yang gugur berjumlah 4 yaitu nomor 7, 16, 22, dan 25.

b. Reliabilitas

Instrumen dinyatakan reliabel bila mencapai taraf signifikan 0,75 keatas, apabila instrumen tersebut di bawah 0,75 maka instrumen dinyatakan gugur. Berikut ini merupakan hasil pegujian reliabilitas di lapangan.

1) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, pada pra siklus tingkat reliabilitas instrumen adalah r = 894 atau signifikan = 0,995 dari 40 item. Pada siklus I tingkat reliabilitas instrumen adalah r = 945 atau signifikan =


(57)

0,995 dari 40 item. Pada siklus II tingkat reliabilitas instrumen adalah r = 945 atau signifikan = 0,995 dari 40 item.

2) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, pada siklus I tingkat reliabilitas adalah r = 409 dan signifikan = 0,975. Pada siklus II tingkat reliabilitas adalah r = 641 atau signifikan = 0,975.

Maka berdasarkan hasil di atas instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

I. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini di adopsi dari Suharsimi Arikunto, ialah sebagai berikut:

Gambar II : Bagan Rancangan Siklus Penelitian39

39 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas,

Aditya Media, Yogyakarta, 2010, hlm. 17

Perencanaan Tindakan I

Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan I

Refleksi II

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan II Motivasi dan

prestasi belajar sejarah meningkat

Permasalahan baru hasil refleksi

Siklus II Siklus I


(58)

37

J. Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data adalah melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan dalam setiap aspek penelitian. Pada saat pengambilan data di lapangan melalui observasi tentang proses ataupun kegiatan pembelajaran di kelas, maka peneliti dapat langsung menganalis mengenai hal yang diamati seperti situasi dan kondisi di kelas, cara guru mengajar, interaksi antar siswa dengan siswa, interaksi guru dengan siswa dan lain sebagainya. Analisi data itu sendiri mempunyai peranan yang penting dalam penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu peneliti harus memahami analisis data dengan baik dan tepat agar manfaat penelitian mempunyai nilai ilmiah yang tinggi.

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat mengumpulkan data yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan pada data observasi kegiatan belajar, motivasi dan prestasi belajar siswa. Data observasi kegiatan belajar, motivasi dan prestasi belajar siswa dianalisis menggunakan PAP I (Penilaian Acuan Patakan I).40

1) Data observasi kegiatan siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

Untuk mengetahui tingkat kegiatan belajar siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, maka data kegiatan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan persentase. Kegiatan belajar siswa merupakan salah satu bagian dalam penilaian, karena melalui kegiatan belajar siswa dapat menunjang


(59)

peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Hal yang diamati berupa on task dan off task. On task meliputi mengikuti proses pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, menganggapi pembehasan pembelajaran, mencatat hal-hal penting, mengerjakan tugas dengan baik, bertanya kepada guru, membawa buku paket, menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dalam proses pembelajaran, mengemukakan pendappat di depan kelas dan mengambil giliran. Sementara off task meliputi mengobrol di dalam kelas, mengantuk di dalam kelas, bermain handphone, keluar masuk kelas dan kurang memperhatikan proses pembelajaran.

1) Menghitung nilai siswa

Tabel 2 : Penilaian Kegiatan Belajar Siswa

On task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase 1 Siswa siap mengikuti proses pembelajaran

2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 Siswa menanggapi pembahasan pelajaran 4 Siswa mencatat hal-hal penting

5 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 6 Siswa bertanya kepada guru

7 Siswa membawa buku paket

8 Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik 9 Siswa aktif berkerja sama dalam proses

pembelajaran

10 Siswa berani mengemukakan pendapat di depan kelas


(60)

39

Off task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase 1 Siswa mengobrol dalam kelas

2 Siswa banyak yang mengantuk 3 Siswa sibuk bermain Handphone 4 Siswa keluar masuk kelas

5 Siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran

Nilai = Σ Skor Perolehan Σ Skor Maksimal x

N = Nilai hasil pengamatan

Σ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

Σ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

Tabel 3: Keterangan Penilaian Acuan Patokan I

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria 90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang Tabel 4: Analisis Tingkat Kegiatan Belajar Siswa

No Skala Kegiatan Belajar

Siswa Kriteria Frekuensi Persentase 1 90-100 Sangat Tinggi

2 80-89 Tinggi

3 70-79 Cukup

4 55-64 Kurang


(61)

a. Data motivasi belajar siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik

Dalam penelitian ini, data motivasi belajar siswa baik keadaan awal sebelum tindakan, maupun data siklus I dan siklus II dianalisis dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) sebagaimana yang digunakan dalam pengukuran prestasi. Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

����� =Σ Skor Perolehan Σ Skor Maksimal �

N = Nilai hasil pengamatan

Σ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

Σ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang dinilai

1) Tabel motivasi belajar siswa

Untuk mengetahui motivasi belajar sejarah siswa, peneliti membuat skala sikap dalam bentuk pernyataan berjumlah 40 butir. Contoh tabel skala sikap sebagai berikut:

Tabel 5: Contoh Tabel Angket Motivasi Belajar Siswa

No Pernyataan Pilihan

STS TS R S SS

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

R : Ragu-ragu S : Setuju


(62)

41

2) Menghitung tingkat motivasi belajar siswa

Adapun cara untuk menentukan tingkat motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) sebagai berikut:41

a) Menentukan skala motivasi belajar siswa

Tabel 6: Keterangan Penilaian Acuan Patokan I

Tingkat Motivasi Kriteria 90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang

b) Tabel tingkat motivasi belajar siswa

Tabel 7: Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa No Skala Motivasi

Siswa F Frek. Relatif % Kriteria Rata-rata

1 90-100 Sangat Tinggi

2 80-89 Tinggi

3 70-79 Cukup

4 55-64 Kurang

5 0-59 Sangat Kurang

b. Data prestasi belajar siswa kelas XI IPS Negeri 2 Ngaglik

Pada data prestasi belajar siswa, baik kondisi awal sebelum tindakan maupun siklus I dan siklus II dianalisis dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I). Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Nilai = Σ Skor Perolehan Σ Skor Maksimal x

41 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur, PT. Remaja Rosdakarya,


(63)

N = Nilai hasil penilaian

Σ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

Σ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang dinilai

1) Menghitung tingkat prestasi belajar siswa

Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa baik pada kondisi awal maupun pada siklus I dan siklus II, peneliti menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) dengan KKM 75. Berikut cara untuk menentukan tingkat prestasi belajar siswa:

a) Menentukan skala prestasi belajar siswa

Tabel 8: Keterangan Penilaian Acuan Patokan I

Tingkat Penguasaan Kriteria 90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang b) Tabel tingkat prestasi belajar siswa

Tabel 9: Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa

No Skala Prestasi Siswa F Frek. Relatif % Kriteria Rata-rata

1 90-100 Sangat Tinggi

2 80-89 Tinggi

3 70-79 Cukup

4 55-64 Kurang

5 0-59 Sangat Kurang

2) Menghitung persentase

Untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa, dapat dilihat melalui persentase siswa yang mencapai KKM berdasarkan ketentuan dan tidak mencapai KKM. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:


(64)

43

a) Menghitung persentase jumlah siswa mencapai KKM

N =Jumlah siswa mencapai KKM Jumlah siswa keseluruhan x

b) Menghitung persentase jumlah siswa tidak mencapai KKM

N =Jumlah siswa tidak mencapai KKMJumlah siswa keseluruhan x

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif meruakan analisis yang dilakukan secara deskriktif yaitu untuk menjelaskan dan memaparkan data tentang suatu gejala yang diamati. Dalam penelitia ini akan dideskripsikan data tentang:

a. Kegiatan pra penelitian yang meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan siklus I dan siklus II yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan tingkat keberhasilan dari penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada pelajaran sejarah.

3. Analisis Komparatif

Pada penelitian ini, analisis komparatif yaitu membandingkan hasil pengamatan kegiatan belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa antara pra tindakan dengan pada saat tindakan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Analisis komparatif ini bertujuan untuk membandingkan peningkatan kegiatan belajar, motivasi belajar, dan prestasi


(65)

belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

a. Tabel analisis komparatif kegiatan belajar siswa

Tabel 10: Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (On task)

No Aspek yang diamati Kegiatan Selisih Keterangan PP Skl I J % N T Te 1 Siswa siap mengikuti proses

pembelajaran

2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 Siswa menanggapi pembahasan

pelajaran

4 Siswa mencatat hal-hal penting 5 Siswa mengerjakan tugas dengan

baik

6 Siswa bertanya kepada guru 7 Siswa membawa buku paket 8 Siswa menjawab pertanyaan guru

dengan baik

9 Siswa aktif berkerja sama dalam proses pembelajaran 10 Siswa berani mengemukakan

pendapat di depan kelas 11 Siswa mengambil giliran

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (Off task)

No Aspek yang diamati Kegiatan Selisih Keterangan PP Skl I J % N T Te 1 Siswa mengobrol dalam kelas

2 Siswa banyak yang mengantuk 3 Siswa sibuk bermain Handphone 4 Siswa keluar masuk kelas

5 Siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran


(66)

45

b. Tabel analisis komparatif motivasi belajar siswa Tabel 11: Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa

No Nama Siswa

Motivasi Selisih Keterangan

PP Skl I J % N T Te

1

2

3

4

5

c. Tabel analisis komparatif prestasi belajar siswa Tabel 12: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa

No. Nama

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai Tuntas Tidak

Tuntas Nilai Tuntas

Tidak

Tuntas Nilai Tuntas

Tidak Tuntas

1 A H K 2 A D 3 A I 4 A S P 5 C H B

K. Prosedur Penelitian

Dalam proses Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun prosedur pelaksanaanya diuraikan sebegai berikut:


(67)

1. Pra Siklus a) Permintaan Izin

Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan kelas XI IPS 2 SMA Negeri Ngaglik dan Ketua Jurusan IPS Universitas Sanata Dharma.

b) Obeservasi

Observasi dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dengan jumlah siswa yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian dan mengatahui model pembelajaran serta media yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division.

c) Menyusun Silabus

Peneliti menyusun silabus untuk kegiatan pembelajaran. d) Menysun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP disusun sebanyak 4 kali dalam dua siklus.

e) Mempersiapkan Media Pembelajaran

Media yang akan digunakan peneliti adalah power point, gambar, film dokumenter dan papan tulis.

f) Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunaan instrumen yaitu soal test, lembar pengamatan siswa, dan lembar diskusi

2. Rencana Tindakan

PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian dalam 4 tahap yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati (observasi) dan reflksi.


(1)

186

Keterangan :


(2)

Keterangan :


(3)

188

Reliabilitas Prestasi Siklus I

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 32 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 32 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,409 26

Reliabilitas Prestasi Siklus II

N %

Cases

Valid 32 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 32 100,0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items ,641 26


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENGGUNAAN STRATEGI STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS Penggunaan Strategi Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Muruh Gantiwarno Tah

0 2 11

PENERAPAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN Penerapan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan Pembelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA N Karangpandan Ta

0 0 15

PENERAPAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN Penerapan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan Pembelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA N Karangpandan Ta

0 0 14

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

0 2 206