Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

(1)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah

siswa, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal sebesar 73,34, meningkat menjadi 75,82 atau 2,48% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,61 atau 7,79%. (2) prestasi belajar sejarah baik dari segi rata-rata maupun KKM. Dari segi rata-rata, keadaan awal sebesar 72,61, meningkat menjadi 82,19 atau 9,58% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 86,25 atau 4,09%. Dari segi KKM, keadaan awal siswa yang mencapai KKM sebesar 41,93%, pada siklus I meningkat menjadi 90,32%, dan pada siklus II meningkat menjadi 93,54%.


(2)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL

Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University

2016

This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.

This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’ motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

The results of the research show that the implementation of learning model Numbered Head Together (NHT) can increase (1) students’ motivation to learn the history shown by the average score of motivation to learn the history from 73.34, increasing to 75.82 or 2, 48% in the first cycle, and the second cycle increased to 83.61 or 7.79%. (2) the achievement is good in terms of average and minimum completeness criteria (KKM). In terms of average, from the initial state 72.61, increasing to 82.19 or 9.58% in the first cycle, and the second cycle increased to 86.25 or 4.09%. In terms minimum completeness criteria, from the initial state 41.93%, in the first cycle increasing to 90.32%, and the second cycle, 93.54%.


(3)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persambahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan mencurahkan kasihnya kepada saya.

2. Kedua orang tuaku “Brigita Jasmini dan Andreas Sukatmo” yang selalu memberikan doa dan dukungan serta senantiasa mengasihi saya.


(8)

v MOTTO

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; seperti Aku telah mengasihi kamu dengan demikian pula kamu harus

saling mengasihi. (Yohanes, 13:34)

Tidak peduli betapa kuat dirimu, jangan pernah mengatasi semua sendirian, jika itu kau lakukan pasti kau akan gagal.

(Itachi Uchiha)

Jangan melupakan yang pernah kita dapat dari masa lalu, jadikan sebagai pengajaran dan pembelajaran untuk membentuk masa depan yang lebih baik.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis: Nama : Ignatus Galih Prasetyo

NIM : 121314042

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya dalam karya ilmiah.


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ignatus Galih Prasetyo

NIM : 121314042

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK”

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta


(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah

siswa, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal sebesar 73,34, meningkat menjadi 75,82 atau 2,48% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,61 atau 7,79%. (2) prestasi belajar sejarah baik dari segi rata-rata maupun KKM. Dari segi rata-rata, keadaan awal sebesar 72,61, meningkat menjadi 82,19 atau 9,58% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 86,25 atau 4,09%. Dari segi KKM, keadaan awal siswa yang mencapai KKM sebesar 41,93%, pada siklus I meningkat menjadi 90,32%, dan pada siklus II meningkat menjadi 93,54%.


(12)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL

Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University

2016

This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.

This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’

motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

The results of the research show that the implementation of learning model Numbered Head Together (NHT) can increase (1) students’ motivation to learn the history shown by the average score of motivation to learn the history from 73.34, increasing to 75.82 or 2, 48% in the first cycle, and the second cycle increased to 83.61 or 7.79%. (2) the achievement is good in terms of average and minimum completeness criteria (KKM). In terms of average, from the initial state 72.61, increasing to 82.19 or 9.58% in the first cycle, and the second cycle increased to 86.25 or 4.09%. In terms minimum completeness criteria, from the initial state 41.93%, in the first cycle increasing to 90.32%, and the second cycle, 93.54%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan dorongan sampai skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungannya, baik dukungan moral berupa semangat maupun dukungan finansial serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk saya.

6. Kepada adik saya Agustinus Sigit Prasojo yang selalu memberikan dukungan dan doa.


(14)

xi

7. Kepada Kepala SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Ibu Siti Aptinah selaku guru sejarah SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah memberikan bimbingan kepada saya ketika penelitian berlangsung. 9. Kepada Dewi Asmarawati Gulo dan Mugianto yang mau berbagi pengalaman,

pengetahuan dan ilmu dalam melaksanakan penelitan sampai penyusunan skripsi.

10.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah mendukung.

11.Kepada Agnes Wahyu I yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 04 Oktober 2016

Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PESEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR GAMBAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6


(16)

xiii

E. Pemecahan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat bagi sekolah ... 7

2. Manfaat bagi guru ... 7

3. Manfaat bagi siswa ... 7

4. Manfaat bagi peneliti... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Motivasi ... 8

a. Pengertian Motivasi ... 8

b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik ... 9

c. Pentingnya Motivasi Belajar ... 10

2. Konsep Belajar ... 10

3. Konsep Sejarah... 12

4. Materi Pelajaran ... 13

5. Prestasi Belajar Sejarah ... 14

6. Teori Konstruktivisme (Constructivism) ... 15

7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah... 17

8. Pembelajaran Kooperatif ... 19

9. Model Pembelajaran Numbered Head Together ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 23

D. Hipotesis Kerja ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian... 27


(17)

xiv

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Obyek Penelitian ... 27

E. Variabel-variabel Penelitian ... 27

F. Definisi Operasional... 28

G. Metode Pengumpulan Data ... 29

1. Observasi ... 29

2. Tes ... 29

3. Wawancara ... 29

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

1. Alat pengumpulan data ... 30

2. Validitas dan Reliabilitas ... 30

3. Hasil Uji Coba Instrumen... 32

I. Desain Siklus Penelitian ... 34

J. Teknik Analisis Data ... 34

1. Data Kualitatif ... 35

2. Data Kuantitatif ... 36

K. Prosedur Penelitian... 37

1. Pra Siklus ... 37

2. Rencana Tindakan ... 38

a) Siklus 1 ... 38

b) Siklus 2 ... 39

L. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Observasi Pra Siklus ... 41

2. Siklus I ... 48

a. Perencanaan Siklus I ... 49

1) Membuat Perangkat Pembelajaran ... 49

2) Membuat Kuesioner ... 50


(18)

xv

1) Tindakan Pertemuan I ... 51

2) Tindakan Pertemuan II ... 52

c. Pengamatan atau Observasi... 54

1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas Siklus I ... 54

2) Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 55

3) Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58

d. Refleksi Siklus I ... 60

3. Siklus II ... 62

a. Perencanaan Siklus II ... 62

b. Tindakan Siklus II ... 62

1) Pertemuan I ... 62

2) Pertemuan II ... 64

c. Pengamatan atau Observasi... 65

1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas ... 65

2) Motivasi Belajar Siklus II ... 67

3) Prestasi Belajar Siklus II ... 69

d. Refleksi ... 72

B. Komparasi Aktivitas Belajar, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ... 74

1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas ... 74

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 74

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 75

2. Komparasi Motivasi Belajar ... 76

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 76

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 79

3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 82

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 82

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 85

C. Pembahasan ... 89

1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89


(19)

xvi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

1. Bagi Sekolah ... 96

2. Bagi Peneliti Berikutnya ... 96

3. Bagi Guru ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR BAGAN

Gambar I : Bagan Skema Kerangka Berpikir ... 25 Gambar II : Bagan Rancangan Siklus Penelitian ... 34


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR DIAGRAM

Gambar III : Diagram Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45

Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48

Gambar V : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 57

Gambar VI : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 60

Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 69


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR GRAFIK

Gambar IX : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 79 Gambar X : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dengan

Siklus II ... 82 Gambar XI : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 85 Gambar XII : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dengan


(23)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kriteria penilaian hasil pengamatan aktivitas belajar ... 36 Tabel 2 : Tingkat Penguasaan Kompetensi ... 37 Tabel 3 : Target Indikator Keberhasilan ... 40 Tabel 4 : Ontas ... 42 Tabel 5 : Offtas... 43 Tabel 6 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar... 44 Tabel 7 : Data Tingkat Kriteria Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45 Tabel 8 : Data Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 46 Tabel 9 : Data Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48 Tabel 10 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ... 54 Tabel 11 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ... 55 Tabel 12 : Data Motivasi Belajar Siklus I ... 56 Tabel 13 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus I ... 57 Tabel 14 : Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58 Tabel 15 : Data Presentase Prestasi Belajar Siklus I ... 59 Tabel 16 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ... 66 Tabel 17 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ... 66 Tabel 18 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 67 Tabel 19 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus II... 68 Tabel 20 : Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa ... 70


(24)

xxi

Tabel 21 : Data Persentase Prestasi Belajar Siklus II ... 71 Tabel 22 : Komparasi Aktivitas Belajar Pra Siklus dengan Siklus I... 74 Tabel 23 : Komparasi Aktivitas Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 75 Tabel 24 : Komparasi Motivasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 77 Tabel 25 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Pra Siklus dengan

Siklus II ... 78 Tabel 26 : Komparasi Motivasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 80 Tabel 27 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Siklus I

dengan Siklus II ... 81 Tabel 28 : Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 83 Tabel 29 : Komparasi Tingkat Prestasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 84 Tabel 30 : Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 86 Tabel 31 : Komparasi Tingkat Prestasi Belajar Siklus I


(25)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a : Surat Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 99 Lampiran 1b : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian di

SMA Negeri 2 Ngaglik ... 100 Lampran 2 : Silabus ... 101 Lampiran 3a : RPP Pertemuan I ... 112 Lampiran 3b : RPP Pertemuan II ... 120 Lampiran 3c : RPP Pertemuan III ... 129 Lampiran 3d : RPP Pertemuan IV ... 135 Lampiran 4 : Kisi-kisi Soal ... 141 Lampiran 5a : Soal Uji Kompetensi Siklus I ... 147 Lampiran 5b : Soal Uji Kompetensi Siklus II ... 154 Lampiran 6 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 160 Lampiran 7 : Kuesioner Motivasi ... 161 Lampiran 8 : Presensi (Daftar Hadir) ... 164 Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa ... 166 Lampiran 10 : Lembar Jawaban ... 167 Lampiran 11a : Validitas Motivasi Pra Siklus ... 168 Lampiran 11b : Validitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 169 Lampiran 11c : Validitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 170 Lampiran 12a : Reliabilitas Instrumen Motivasi Pra Siklus ... 171


(26)

xxiii

Lampiran 12b : Reliabelitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 172 Lampiran 12c : Reliabilitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 173 Lampiran 13a : Validitas Butir Soal Siklus I ... 174 Lampiran 13b : Validitas Butir Soal Siklus II ... 176 Lampirian 14a : Reliabilitas Butir Soal Siklus I ... 178 Lampiran 14b : Reliabilitas Butir Soal Siklus II ... 179 Lampiran 15 : Dokumentasi ... 180


(27)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan pendidikan seseorang dapat manggapai cita-cita yang diinginkan dan didamba-dambakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

mendefinisikan pendidikan sebagai berikut “pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, ahklah mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Oleh karena itu pendidikan sangat penting untuk seluruh bangsa khususnya bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan ini dikarenakan pendidikan mempunyai tujuan yang harus dicapai demi pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional di negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmasi dan rohani.2

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari proses kegiatan belajar mengajar. Dalam proses ini melibatkan guru dan peserta didik yang keduanya tidak bisa dipisahkan. Namun pada saat ini masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan

1

Ramlah Ahmadi, Pengantar Pendidkan: Asas dan Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 38.

2


(28)

adalah lemahnya proses pemebelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitar.3 Dalam proses pembelajaran ini siswa kurang mampu mengembangkan keampuaan berpikir yang ada dalam dirinya. Untuk mengatasi itu diperlukan adanya interaksi antara peserta didik dan guru maupun peserta didik dengan peserta didik yang baik. Interaksi antara guru dan peserta didik sangat penting, karena semua itu menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai4. Ketercapain tujuan ini dapat dicapai bila ada intreksi yang baik antara guru dan peserta didik. Sama halnya dengan pembelajaran sejarah, hendaknya dalam pembelajaran sejarah guru mampu membangun interaksi dan komunukasi dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik.

Sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang peristiwa masa lalu. Dari situ, banyak peserta didik yang kurang tertarik terhadap pelajaran sejarah yang menyebabkan motivasi belajar menjadi rendah dan akhirnya akan membuat prestasi belajar peserta didik menjadi rendah. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran karena dengan adanya motivasi peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti semua proses pembelajaran. Dengan motivasi belajar yang tinggi maka peserta didik akan bisa mendapatkan prestasi yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan

3

Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2014, hlm 7.

4


(29)

peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui prestasi belajar seorang guru bisa mengetahui tingakat keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.

Pada saat ini banyak dari peserta didik mengganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang menarik. Mereka juga beranggapan bahwa pelajaran sejarah hanyalah pelajaran yang kurang penting karena hanya mempelajari tentang masa lalu dan mengakibatkan peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu minat belajar yang rendah terhadap pelajaran sejarah juga merupakan masalah tersendiri yang harus diatasi. Motivasi belajar yang kurang juga menjadi permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi dalam pelajaran sejarah. Lalu pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang sesuai juga merupakan salah satu faktor yang menyebebkan rendahnya minat dan motivasi belajar perserta didik terhadap pelajaran sejarah yang nanti ujungnya akan berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar peserta didik. Dilihat dari berbagai permasalahan di atas dapat dikatagorikan dalam dua hal, yaitu faktor dari dalam siswa itu sendiri seperti minat belajar rendah, motivasi belajar rendah, peserta didik kurang aktif dan prestasi belajar yang rendah. Lalu faktor dari luar, seperti pemilihan model belajar yang tidak tepat. Berdasarkan faktor-faktor di atas mengakibatkan banyak peserta didik tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah prestasi (nilai) dan motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ngaglik, Sleman yang rendah dan nilai berada di bawah KKM. Berdasarkan


(30)

observasi di kelas tingkat motivasi peserta didik dalam belajar sangat rendah. Hal ini terlihat banyak dari peserta didik dalam proses pembelajaran mereka cendurung pasif, jarang ada siswa yang mau bertanya serta mereka sibuk sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik juga malas untuk mencatat hal-hal yang penting yang sudah disampaikan oleh guru.

Kemudian, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2 Ngaglik pada kelas XI IPS 2 prestasi belajar sejarah yang diperoleh peserta didik rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyak peserta didik yang melakukan perbaikan (remidi) dari hasil MID semester. Hampir semua dari perseta didik melakukan perbaikan ini. Dari data tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar sejarah masih rendah. Oleh kerena itu, perlu diadakan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah perlu penggunaan model dan metode pembelajaran yang bisa membuat peserta didik tertarik dalam proses pembelajaran serta melibatkan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran seterta menuntut agat peserta didik dapat aktif dan siap dalam melakukan proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran “Numbered Head Together” dalam proses pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran ini menuntut agar peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan mampu menguasai materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk diskusi, interaksi dan kerja sama dalam kelas yang menarik dalam setiap proses pembelajaran, sehingga minat dan motivasi peserta


(31)

didik dalam belajar menjadi lebik baik. Selain itu, model pembelajaran ini juga mengajarkan kepada peserta didik agar siap dalam proses pembelajaran. Artinya dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik dituntut harus siap dan melatih kesiapan mereka dalam belajar di kelas. Dalam setiap proses pembelajaran, model pembelajaran ini memuat pemasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang harapannya akan membangkitkan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah dan akan membangkitkan motivasi belajar dan pada akhirnya akan meningkatakn pesertasi belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat kita melihat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi lemah yaitu:

1. Peserta didik mengganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang menarik

2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran 3. Motivasi belajar yang rendah

4. Pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang sesuai 5. Minat belajar sejarah yang rendah


(32)

C. Batasan Masalah

Pada batasan masalah, penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah:

1. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ngaglik?

2. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ngaglik?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head

Together dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah. Model pembelajaran ini

dapat melatih kesiapan siswa saat proses pembelajaran dan melatih kerja sama antar siswa sehingga siswa akan mudah untuk bertukar pemikiran dan saling berbagi pengetahuan.

F. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ngaglik melalui model pembelajaran Numbered Head Together.


(33)

2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ngaglik melalui model pembelajaran Numbered Head Together.

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat bagi guru

Penelitian ini dapat dijadikan acauan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang harus aktif dalam proses pembelajaran. 3. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dan bisa dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan model pembelajaran.

4. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti dalam menggunakan atau menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together yang baik dalam proses pembelajaran.


(34)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori-teori yang akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak

(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu,

membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya. Motivasi sangat penting untuk mendorong kemauan seseorang (peserta didik) untuk lebih aktif lagi untuk mempelajari berbagai hal. Dalam hal ini, motivasi meliputi dalam dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; (2) memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari5.

Peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong tejadinya belajar disebut motivasi

5

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2008, hlm. 40.


(35)

belajar6. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.

Siswa akan memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan dan setrategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut.

Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu7. Dengan memberikan motivasi ini maka siswa akan merasa bahwa ada keinginan untuk melakukan proses belajar. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya8. Maka semakin tinggi motivasi siswa maka makin tinggi juga keinginan siswa untuk belajar dan akhirnya akan menetukan pencapain prestasi siswa.

b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dalam motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.9 Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang akitf dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar10.

6

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, PT. Reneka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 80.

7

Sardiman AM, op.cit., hlm. 77.

8Ibid,

hlm. 86. 9

Syaiful Bahri J, Psikologo Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 149. 10


(36)

c. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingya motivasi belajar adalah sebagai berikut:11

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingakan dengan teman sebaya.

3) Mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi, setelah diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius.

4) Membesarkan semangat belajar. Menyadarkan tentang adanaya perjalan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.

2. Konsep Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran12. Belajar tidak hanya seperti yang diungkapkan di atas. Dalam belajar, di dalamnya terdapat proses yang penting yang harus dilalui sehingga dapat memahami serta mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam setiap proses belajar.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Selain itu, dangan kemapuan berubah melalui belajar itu, manusia (peserta didik) secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan memutuskan keputusan yang penting dalam setiap proses belajar. Oleh sebab itu, belajar sangatlah penting dalam memahami segala sesuatu khususnya dalam dunia pendidikan.

11

Dimyati, op.cit., hlm. 84.

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Roedakarya, Bandung, 1997, hlm. 90.


(37)

Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan prilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak13. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

Educational Psychology: The Teacher-Learning Proces, berpendapat bahwa

belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif14. Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefiniskan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s

behavioral repertoire that accurs as a result of experience. Belajar adalah

perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman15. Kemudian belajar adalah key

term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga

tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan16. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memahami dan berdaptasi serta memperoleh suatu perubahan tingkah laku berdasarakan pengalaman yang dialami.

Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan, sampai taraf tertentu, tidak menghilang.17 Perubahan yang diakibatkan oleh belajar ini bisa benar-benar bertahan lama bila siswa mampu mengikuti proses pembelajaran

13

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,

Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 4.

14

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Roedakarya, Bandung, 1997, hlm. 90.

15

Muhibbin Syah, loc.cit., hlm. 90.

16Ibid

, hlm. 94. 17


(38)

dengan baik. Oleh karena itu belajar harus selalu diarahkan pada hal-hal yang positif, agar siswa mampu mengolah potensi yang ada dalam diri siswa secara maksimal.

Belajar juga dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku18. Oleh karnanya belajar juga berkaitan erat dengan motivasi. Dalam membangun motivasi, belajar ini bisa menjadi faktor penting dalam setiap proses dalam memperoleh pengetahun.

Belajar itu meliputi tiga bidang belajar, yaitu belajar di bidang kognitif, sensorik-motorik serta dinamika afektif.19 Melalui bidang kognitif, anak memperoleh pengetahuan dan pemahan. Melalui bidang belajar sensorik-motorik anak memperoleh berbagai ketrampilan yang melibatkan bagian tubuh yang berupa motorik (penggerak) dan sensorik (indra), namun pemikiran, perasaan dan kemauan juga berperan juga (psikomotorik). Melalui belajar dinamika-afektif, anak memperoleh berbagai sikap dan perasaan yang ikut menentukan tindakan-tindakan yang diambil oleh anak itu sendiri.

3. Konsep Sejarah

Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangat lah penting untuk dipelajari. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history20.

18

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,

Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 1. 19

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 23.

20


(39)

Pada istilah “history” tekanan pengertian diletakkan pada usaha/keinginan untuk mengetahui apa yang telah terjadi sebelum kehidupan kita, atau keinginan untuk mengetahui perjalanan waktu21.Sedangkan menurut I Gede Widja dalam bukunya menjelaskan sejarah suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu yang lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, dimana tekanan perhatian diletakkan terutama pada aspek peristiwanya sendiri dalam hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembanganya yang kemudian disusun dalam ceritera sejarah22.

Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1) perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi23. Dalam hal ini juga, pembelajaran sejarah juga harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan yang ada supaya pembelajaran sejarah tidak membosankan dan masih tetap relevan dengan perkembangan zaman.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia

KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya dan pengaruhnya bagi masa kini.

21

I Gede Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang, 1988, hlm. 7.

22

Ibid, hlm. 9.

23


(40)

1) Materi pembelajaran

Akar-akar nasionalisme Indonesia

b. Peristiwa Sekitar Proklamasi

KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan arti penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan saat ini.

1) Materi pembelajaran

Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan 5. Prestasi Belajar Sejarah

Dalam pembelajaran, prestasi sangat lah penting untuk mengetahui seberapa berhasil kah proses pembelajaran itu sendiri. Maka harus dipahami seperti apa itu prestasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)24. Sedangkan belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memahami dan beradaptasi serta memperoleh suatu perubahan tingkah laku berdasarakan pengalaman yang dialami. Maka prestasi belajar sejarah dapat disimpulkan bahwa suatu yang diperoleh atau dicapai berdasarkan usaha yang dilakukan seseorang dalam melakukan adaptasi (proses pembelajaran) dengan lingkungan (kelas) sehingga memperoleh suatu perubahan prestasi (nilai) berdasarkan pengalaman belajar di kelas yang dialami.

Dalam bukunya Winkel menyatakan bahwa “hasil belajar” tidak jauh sama

dengan “prestasi” (performance); di dalam prestasi hasil belajar menampakkan

24


(41)

diri.25 Maka yang menentukan baiknya prestasi siswa adalah hasil belajar yang didapat siswa harus juga baik. Karena dengan hasil belajar yang baik siswa akan lebih mudah dalam mengikuti tes untuk menguji hasil belajar yang telah diperoleh ketika proses pembelajaran berlangsung dan hasilnya prestasinya pun akan menjadi baik.

6. Teori Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman26. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang.

Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme ada beberapa hal-hal sebagai berikut.

1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan (discovery).

25

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 59.

26

M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 270.


(42)

3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.

Kemudian Kukla memberikan pandangan konstruktivismenya dengan menyatakan “all our concept are constructed”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap organisme merupakan suatu hasil dari proses konstruksi.27

Richarson menyatakan bahwa constructivism as the position that

“individual create their own understanding, based upon the interaction of what the already know and believe, dan the phenomena or ideas which they come in

concept” menurutnya konstruktivisme merupakan sebuah keadaan di mana individu menciptakan pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yang mereka ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena di mana mereka berhubungan28. Maka di sini peserta didik bisa mengambangkan potensi yang ada dalam diri mereka khususnya dalam proses pembelajaran.

Maka dapat disimpulkan pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa menemukan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan gamabaran individu itu sendiri serta berdasarkan inisiatif individu.

27

Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 22.

28


(43)

7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Telah diuraikan di atas, konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa menemukan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan gamabaran individu itu sendiri serta berdasarkan inisiatif individu, seperti yang telah dinyatakan oleh Brooks bahwa “the constructivism approach stimulates learning only around

concept in whicht the students have a prekindled interst29.

Pembelajaran sejarah yang membahas tentang masa lalu sangat berkaitan dengan waktu. Sejarah ialah ilmu tentang waktu30. Maka konstruktivisme sangat penting untuk proses pembelajaran sejarah. Dengan pendekatan konstruktivisme ini pembelajaran sejarah akan menjadi lebih menarik karena siswa dapat menemukan dan membuat konsep pemahaman mereka sendiri untuk memahami pelajaran sejarah. Dengan konsrtuktivisme dalam pembelajaran sejarah, siswa dituntut untuk bergerak lebih aktif dan mengoptimalkan serta memaksimalkan potensi yang ada dalam diri siswa itu sendiri sehingga siswa mampu mengolah dan mengembangkan potensi yang ada dalam proses pembelajaran. Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan sesuatu kegiatan yang memungkinkan bisa membangun pengetahuannya sendiri.31

Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme:

29

Sigit Mangun Wardoyo, op.cit.,hlm. 23.

30

Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 14. 31

Paul Suparno, Filasafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, 2012, hlm. 65.


(44)

1. Siswa membawa pengetahuan awal yang khas dan keyakinan-keyakinan pada situasi pembelajaran;

2. Pengetahuan dibangun secara unik dan individu/personal dalam berbagai cara, lewat berbagai perangkat, sumber-sumber, dan konteks;

3. Belajar merupakan proses yang aktif dan reflektif;

4. Belajar adalah proses membangun. Kita dapat mempertimbangkan keyakinan dengan mengasimilasi, mengakomodasi, atau bahkan menolak informasi baru; 5. Interaksi sosial mengenalkan perspektif ganda pada pembelajaran; Belajar

dikendalikan secara internal dan dimediasi oleh siswa32.

Dalam pembelajaran sejarah, siswa perlu untuk mampu mengkonstruksi pengetahuannya agar ilmu yang disampaikan dapat mereka pahami dengan mudah. Di sisi lain agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik, guru juga harus mampu memberikan contoh yang konkret agar siswa semakin mudah dalam mengolah daya pikirnya. Maka di sini tugas guru adalah membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai situasi yang konkret maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa.33

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengetian yang berbeda.34 Siswa harus punya pengalaman dengan membuat pemahaman mereka sendiri dengan dalam proses belajar. Mereka harus bisa membuat hipotesis, memahami konsep-konsep dengan pemikiran mereka sendiri, memecahkan persoalan serta mengadakan atau membuat refleksi untuk membentuk konstruksi yang baru.

32

Moh Yamin, Teori dan Metodologi Pembelajaran, Madani, Malang, 2015, hlm. 71. 33

Paul Suparno, op.cit., hlm. 69. 34


(45)

Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seorang yang mahatahu dan siswa bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam proses pembelajaran siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan murid bersama-sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah hubungan guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan.35

8. Pembelajaran Kooperatif

Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, student work together in four member teams to master material initially presented by the

teacher”. Dari urain tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar36.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur37. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar berkelompok karena dalam pembelajaran ini ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

35

Ibid, hlm. 71.

36

Tukaran Taniredja, Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 55.

37


(46)

memungkinkan akan terjadinya interaksi secara terbuka antara sesama siswa maupun dengan guru.

Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju membentuk manusia sosial38. Maka diharapkan dengan diterpakannya model pembelajaran kooperatif ini bisa menumbuhkan rasa sosial peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalu proses pembentukan (contrucing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran39. Maka diharapkan dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini peserta didik dapat lebih aktif dalam kelas karena seharusnya dalam proses pembelajaran peserta didik lah yang harus lebih aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran. Serta mambantu siswa dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.40 Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa menjadi sentral. Siswa harus mampu mengolah fakta-fakta yang diperoleh dari hasil berbagi dalam pembelajaran kooperatif dan selanjutnya siswa harus mengkonstruksi serta

38

Daryanto dan Mulyo Harajo, Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2012, hlm. 229.

39

Daryanto dan Mulyo Harajo, loc.cit., hlm. 229. 40

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT. Rajagrafindo Persada, Depok, hlm. 201.


(47)

mengolah fakta-fakta itu dalam pemikiran dan pemahaman mereka agar mereka bisa merasakan pengalaman belajar secara langsung.

9. Model Pembelajaran Numbered Head Together

Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu dari strategi

pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut41.

Numbered Head Together merupakan suatu model pembelajaran

berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang lainya42. Model pembelajaran ini cocok untuk melatih kedisiplian setiap siswa karena setiap proses pembelajaran siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas kerjaanya atau pun tugas yang diberikan dalam kelompoknya.

a. Langkah-langakah dalam Model Pembelajaran Numbered Head

Together43

1) Setiap siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

41

Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pemebelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep Landasan an Implementasi pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TIK), Prendamedia, Jakarta, 2014, hlm. 131.

42

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 108.

43


(48)

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya dengan baik.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atu menjelaskan hasil kerja sama mereka. 5) Tanggapan dari teman yang lainya, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

6) Kesimpulan.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah setiap siswa menjadi siap, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, terjadi interaksi secara intens antarsiswa dalam menjawab soal dan tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor yang membatasi.

c. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together

Adapun kekurangan dari model pembelajaan ini adalah tidak terlalu cocok untuk diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan waktu yang terbatas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan ini digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Maka dalam penelitian yang relevan ini dipilih sesuai dengan apa yang menjadi variabel-variabel yang ada pada judul penelitian ini. Peneltian yang relevan juga dapat dijadikan acuan peneliti dalam menentukan bagaimana kedepanya penelitian ini akan dilaksanakan. Dalam hal ini peneliti mengambil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Italia mahasiwi


(49)

Universitas Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Keaktivan dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together Siswa Kelas X-D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”. Dalam

penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together. Dari rata-rata awal 50,52 pada siklus pertama meningkat menjadi 78,74 atau 34,85% kemudian di siklus dua mengalami peningkatan menjadi 80,75 atau 11, 33%.

Selain itu penelitan yang sama yang dilakukan oleh Rusto dengan judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together Dalam Upaya

Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar IPS (Sejarah) Siswa Kelas VII.2 Pada

Semester Ganjil di SMP Negeri 2 Sumberejo Tahun Pelajaran 2013/2014” juga

berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan dari tiap siklus. Pada siklus I terdapat 55,56 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik. Siklus II terdapat 63,89 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik dan siklus III terdapat 71,42 % aktivitas yang sudah baik.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran ini dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Bila siswa dapat aktif dalam pembelajaran maka siswa akan mudah untuk memahami materi pelajaran yang diberikan. Pembelajaran ini juga dirancang untuk menumbuhkan rasa kerja sama siswa dalam proses pembelajaran. Dengan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran siswa juga dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.


(50)

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang memanfatkan media nomor/angka dalam pembelajaran yang dibagiakan kepada siswa yang dibentuk dalam kelompok. Melalui model pembejaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan melatih kerja sama dalam megerjakan tugas atau soal yang telah diberikan kepada setiap kelompok. Dalam kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran dan berbagi informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan Numbered Head Together dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan melatih kerja sama setiap siswa serta dapat melatih kesiapan siswa dalam pembelajaran yang berdampak akan meningkatnya motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Selain itu, model pembelajaran ini juga melatih tanggung jawab siswa terhadap tugas mereka masing-masing karena adanya tuntutan setiap siswa harus siap dalam proses pembelajaran. Untuk lebih mudah memahami kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:


(51)

Pembelajaran Sejarah

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah

Proses Pembelajaran: 1) Siswa aktif dalam

kelas

2) Siswa bekerja sama dengan anggota kelomponya untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan 3) Siswa akan siap

belajar dalam setiap proses pembelajaran 4) Siswa saling berbagi

pemikiran dalam proses pembelajaran

Model Pembelajaan

Number Head Together

Gambar I: Bagan Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Kerja

Adapaun hipotesis kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

2. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.


(52)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.44 Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.45 Dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Tindakan 2010”, Suharsimi menjelasakan PTK dilaksanakan paling sedikit dua siklus dan dalam satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu, (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, dan(4) Refleksi.46

PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model pemebajaran yang lebih baik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Berikut ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian yaitu:

44

Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13.

45Ibid,

hlm. 14.

46


(53)

B. Setting Penelitian

Penjelasan mengenai setting penelitian ini akan dibahas sebagai berikut: 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik untuk mata pelajaran sejarah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II, yaitu pada bulan April – Mei 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender akademik dari sekolah.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran

Numbered Head Together adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

Adapun jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah berjumlah 31 siswa. D. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head

Together, motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa.

E. Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : model pembelajaran Numbered Head Together 2. Variabel terikat (Y) : motivasi dan prestasi belajar sejarah


(54)

F. Definisi Operasional Variabel 1. Belajar

Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan prilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Motivasi

Penggerak (daya dorong suatu keinginan) seseorang (peserta didik) untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah belajar. Sehingga membuat peserta didik menjadi mempuanyai keingin untuk belajar secara terus menerus.

3. Prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai yang berupa nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.

4. Konstruktivisme

Proses menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang didapat peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pembelajaran Kooperatif

Sebuah metode pembelajaran yang menekankan agar peserta didik saling bekerja sama dalam kegiatan belajar.


(55)

6. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran berkelompok

yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang lainnya.

G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan kelas sebelum penerapan model pembelajaran Numbered Head Together maupun setelah penerapan model pembelajaran tersebut.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa antara sebelum maupun sesudah pembelajaran berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa yang digunakan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk melakukan PTK ini.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut47.

47


(56)

1. Alat pengumpulan data a) Observasi

Obrsevasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun alat-alat dalam observasi adalah lembar observasi aktivitas siswa di kelas serta lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together. Adapun alat-alat dalam tes hasil belajar adalah seperti soal-soal pilihan ganda dan essay dan serta tugas diskusi di kelas.

c) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan awal motivasi dan prestasi siswa. Adapun alat dalam wawancara ini adalah lembar pertanyaan untuk guru mata pelajaran dan peserta didik.

2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria48.

Untuk mengetahui tingkat validitas atas uji coba instrumen maka peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson.

48

Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Akasara, Jakarta, 2013, hlm. 65.


(57)

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan N = jumlah siswa tes

XY = jumlah perkalian antara X dengan Y X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

Untuk mengetahui besar taraf signifikansi butir soal digunakan rumus49:

Keterangan:

t = taraf signifikan

r = korelasi skor item dengan skor total n = jumlah butir item

Setelah didapat taraf signifikannya, kemudian dikonsultasikan pada tabel t signifikan50.

b) Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes. Konsep reliabilitas ini tidak akan sulit dimengerti apabila peneliti sudah memahami konsep validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.51 Dalam mencari reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown yakni dengan teknik belah dua.

49

Nana Sudjana, Metode Statistika, Tarsito, Bandung, 2002, hlm. 380.

50Ibid,

hlm, 491.

51


(58)

Keterangan:

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11 = koefesien reliabilitas yang sudah disesuaikan 3. Hasil Uji Coba Instrumen

Berikut ini merupakan hasil dari pengujian instrumen penelitian di lapangan yang dilakukan oleh peneliti.

a) Validitas

Instrumen dinyatakan valid jika mencapai taraf signifikan 0,75 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut di bawah 0,75 maka instrumen dinyatakan gugur. Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas di lapangan.

1) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, dari 40 item yang valid berjumlah 37 item, dan instrumen yang gugur berjumlah 3, yaitu nomer 4, 11 dan 16.

2) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, dari 30 item yang valid berjumlah 25 item dan instrumen yang gugur berjumlah 5 item yaitu nomer 2, 7, 11, 22 dan 25 pada siklus I. Kemudian pada siklus II, dari 30 item yang valid berjumlah 25 item dan instrumen yang gugur berjumlah 5 item yaitu nomer 5, 7, 11, 21 dan 25.


(59)

b) Reliabilitas

Instrumen dinyatakan reliabel jika mencapai taraf signifikan 0,75 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut di bawah 0,75 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabilitas di lapangan. 1) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,748 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item pada pra siklus. pada siklus I, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,742 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item. Pada siklus II, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,714 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item. 2) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,646 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 30 item pada siklus I. Pada siklus II, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,678 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 30 item.

Berdasarkan hasil dari pengujian instrumen di atas, maka dapat disimpulkan instrumen penelitian ini layak untuk digunakan untuk melakukan penelitian.


(60)

I. Desain Siklus Penelitian

Berikut ini merupakan desain penelitian tindakan kelas yang akan digunakan:

Gambar II: Bagan Siklus Rancangan Penelitian52

J. Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data adalah melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan dalam setiap aspek penelitian. Pada saat pengambilan data di lapangan melalui observasi tentang proses ataupun kegiatan pembelajaran di kelas, maka peneliti dapat langsung menganalisis mengenai hal yang diamati seperti situasi dan kondisi di kelas, cara guru mengajar, interaksi antar siswa dengan siswa, interaksi guru dengan siswa dan lain sebagainya. Analisis data itu sendiri mempunyai peranan yang penting dalam penelitian

52


(61)

tindakan kelas. Oleh karena itu peneliti harus memahami analisis data dengan baik dan tepat agar manfaat penelitian mempunyai nilai ilmiah yang tinggi.

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat mengumpulkan data yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis kualitatif, dimana data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together. Aspek yang diamati meliputi berani mengkomunikasikan jawaban, mengambil giliran, mendengarkan teman saat diskusi, memberikan argumentasi atau pendapat, dan mencatat hal-hal penting pada saat diskusi kelompok. Selain itu, kerja sama dalam kelompok juga dapat dilihat dan dinilai saat proses kegiatan diskusi dalam kelompok berlangsung. Pengamatan aspek-aspek di atas bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kelas. Kemudian hasil pengamatan dianalsis dengan membandingkan (analisis komparatif) aspek-aspek pengamatan pada setiap siklus.

Kriteria penilaian menggunakan skala likert 1 – 5 dengan kriteria: Skor 1 = Sangat Rendah

Skor 2 = Rendah Skor 3 = Cukup Skor 4 = Baik


(62)

Tabel 1: Kriteria penilaian hasil pengamatan aktifitas belajar Kriteria Indikator Nilai Kualitatif

90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

70-79 Cukup

60-69 Rendah

<59 Sangat Rendah

Penilaian dilihat pada lebar observasi akitvitas siswa dalam kelas melalui model pembelajaran Number Head Together. Skor maksimal dalam penelitian aktivitas siswa dalam kelas yang didapat dari aspek pengamatan dikalikan kriteria penilaian menggunaan skala likert 1 – 5.

Cara memperoleh skor sebagai berikut:

Keterangan:

N = nilai hasil pengamatan

skor perolehan = hasil perolehan skor dari aspek yang dinilai

skor maksimal = hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analis komparatif. Data-data yang diperoleh dari pengamatan dan tes dianalisis dengan analisis komparatif. Data kuantitatif dianalisis dengan membandingkan rata-rata dan persentase skor tiap siklusnya. Analisis tiap siklus didasarkan pada hasil pengamatan atau obeservasi dari pra siklus. Setelah kondisi awal sudah diketahui kemudian tahap selanjutnya adalah peneliti menuju ke siklus pertama. Jika pada siklus pertama prestasinya masih kurang, maka peneliti melanjutkan ke siklus yang kedua. Berikut ini adalah tabel tingkat penguasaaan kompetensi.


(63)

Tabel 2: Tingkat Penguasaan Kompetensi

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kriteria

90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

70-79 Cukup

60-69 Rendah

<59 Sangat Rendah

Cara memperoleh skor sebagai berikut

Keterangan:

N = nilai hasil pengamatan

skor perolehan = hasil perolehan skor dari aspek yang dinilai skor maksimal = hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspekyang diamati

K. Posedur Penelitian

Dalam proses penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan melalui dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan

(action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun prosedur

pelaksanaanya diuraikan sebagai berikut: 1. Pra Siklus

a) Permintaan Izin

Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dan Ketua Jurusan IPS Universitas Sanata Dharma.

b) Observasi

Observasi dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dengan jumlah 31 siswa yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian dan mengatahui model pembelajaran serta media yang


(64)

digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together. c) Menysun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun sebanyak 4 kali dalam dua siklus. dua RPP digunakan untuk siklus I dan dua RPP digunkan untuk siklus II.

d) Mempersiapkan Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam penelitian adalah power point, kartu angka, dan lembar kerja siswa.

e) Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu soal test, lembar pengamatan siswa, lembar diskusi, kuesioner motivasi dan lembar observasi wawancara.

2. Rencana Tindakan

PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian dalam 4 tahap yaitu merencanakan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Tahap-tahap ini diterapkan pada setiap siklus, di mana siklus yang dijalankan minimal dua siklus, dan PTK ini masih bisa dilanjutkan ke dalam siklus berikutnya jika hasilnya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan.

a) Siklus 1 1) Perencanaan

Dalam tahap ini, peneliti menyusun semua instrumen yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian, seperti bahan ajar maupun alat peraga yang dibutuhkan saat melakukan penelitian.


(65)

2) Tindakan

Setalah melakukan perencanaan, peneliti melaksanakan tindakan penelitian di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini, pertama peneliti menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan materi pengantar, peneliti membagi siswa kedalam kelompok, setiap siswa mendapatkan nomor, peneliti memberikan pertanyaaan kepada setap kelompok, setiap kelompok mendiskusikan pertanyaan yang telah diberikan, peneliti memanggil siswa berdasarkan nomor yang telah dibagikan dan siswa mempresentasikan hasil diskusi, memberi kesempatan siswa lain memberikan tanggapan, dan kesimpulan.

3) Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap setiap kelompok, mengamati kerja sama kelompok dalam menjawab pertanyaan. Dalam pengamatan ini dibantu dengan mengunakan instrumen observasi.

4) Refleksi

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran maka peneliti memberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Setelah dilakukan tes, peneliti mengetahui hasilnya dan hasil dari tes ini peneliti membuat rencana untuk perbaikkan pada siklus kedua dan menganalisis apa saja yang perlu ditingkatkan pada siklus kedua.

b) Siklus 2

Tahap-tahap dalam siklus yang kedua ini pada dasarnya sama dengan tahap yang dilakukan pada siklus yang pertama. Hanya saja tindakan pada siklus dua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan siklus satu.


(66)

1) Perencanaan

Peneliti membuat perencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan merupakan renacana tindakan selanjutnya pada siklus kedua. 2) Pelaksanaan

Peneliti mengimplementasikan model pembelajaran Numbered Head

Together berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.

3) Pengamatan

Tim peneliti yaitu peneliti dan kolaborator (teman peneliti), melakukan pengamatan terhadap akitivitas pembelajaran model Numbered Head Together. 4) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua. Kemudian melihat adakah peningkatan dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siklus 1.

L. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai tingakat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam melakukan peningkatan mutu proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai target keberhasilan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3: Target Indikator Keberhasilan

Variabel Keadaan Awal Siklus 1 Siklus 2

Motivasi 54,84% 70% 75%


(1)

VALIDITAS BUTIR SOAL URAIAN SIKLUS I

NO. NAMA SOAL URAIAN SIKLUS I JUMLAH

1 2 3 4 5

1 GGP 3 5 3 3 4 18

2 IL 3 5 3 4 3 18

3 KNK 4 4 3 5 4 20

4 KAY 3 4 4 4 4 19

5 LSZ 3 3 3 4 5 18

6 LII 3 3 3 4 5 18

7 MBB 4 4 3 5 5 21

8 MFK 4 3 3 3 4 17

9 MM 3 4 3 3 4 17

10 MS 4 5 3 4 4 20

11 NUN 3 5 3 5 3 19

12 RP 3 5 3 4 5 20

13 PRS 3 4 3 3 3 16

14 PWO 3 4 3 5 4 19

15 RR 4 4 3 4 5 20

16 RAP 3 5 3 3 2 16

17 RP 3 4 3 4 2 16

18 TK 4 5 3 5 4 21

19 SER 3 4 3 4 5 19

20 SD 3 4 3 3 3 16

21 SRA 3 3 3 4 5 18

22 SAS 3 5 3 4 5 20

23 TK 3 3 2 3 3 14

24 TWS 3 5 3 4 5 20

25 TR 3 4 3 5 5 20

26 VSAF 3 4 3 5 4 19

27 WSC 4 5 3 4 5 21

28 YP 4 3 3 4 4 18

29 YPR 3 5 3 5 4 20

30 YP 3 5 3 4 4 19

31 ZD 3 3 3 4 5 18

rxy 0.417 0.452 0.373 0.722 0.645 T 2.47 2.73 2.17 5.62 4.54

Sig 0,99 0,99 0,975 0,995 0,99

Keterangan: *gugur


(2)

Keterangan: *gugur


(3)

VALIDITAS BUTIR SOAL URAIAN SIKLUS II

NO. NAMA SOAL URAIAN SIKLUS II JUMLAH

1 2 3 4 5

1 GGP 4 5 4 4 4 21

2 IL 4 4 5 4 4 21

3 KNK 4 4 4 4 4 20

4 KAY 3 3 4 3 3 16

5 LSZ 5 4 5 4 5 23

6 LII 4 5 4 4 4 21

7 MBB 5 5 4 4 5 23

8 MFK 4 4 4 5 4 21

9 MM 4 4 4 3 4 19

10 MS 4 4 4 4 4 20

11 NUN 4 4 4 4 4 20

12 RP 4 4 4 3 4 19

13 PRS 4 4 4 4 4 20

14 PWO 5 4 4 4 4 21

15 RR 4 4 5 4 4 21

16 RAP 3 3 3 4 3 16

17 RP 4 4 4 3 4 19

18 TK 4 3 4 4 4 19

19 SER 4 4 5 4 4 21

20 SD 4 4 4 3 3 18

21 SRA 4 4 4 5 4 21

22 SAS 4 4 4 4 4 20

23 TK 4 4 4 4 4 20

24 TWS 4 4 4 3 4 19

25 TR 4 4 4 4 4 20

26 VSAF 4 4 4 4 4 20

27 WSC 4 4 4 5 4 21

28 YP 4 5 4 4 4 21

29 YPR 4 5 4 4 4 21

30 YP 4 4 4 4 4 20

31 ZD 4 4 4 4 5 21

Rxy 0.795 0.670 0.532 0.536 0.825

T 7.06 4.86 3.38 3.41 7.87

Sig 0,995 0,995 0,995 0,99 0,995

Keterangan: *gugur


(4)

Lampiran 14a

Reliabilitas Butir Soal Siklus I

RELIABILITAS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA SIKLUS I Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0 Excludeda 0 0.0 Total 31 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .612 26

RELIABILITAS BUTIR SOAL URAIAN SIKLUS I Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0 Excludeda 0 0.0 Total 31 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .680 6


(5)

Lampiran 14b

Reliabilitas Butir Soal Siklus II

RELIABILITAS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA SIKLUS II Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 31 100.0 Excludeda 0 0.0 Total 31 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .473 26

RELIABILITAS BUTIR SOAL URAIAN SIKLUS II Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 31 100.0 Excludeda 0 0.0 Total 31 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items .763 6


(6)

Proses Kegiatan Pembelajaran di Kelas Proses Diskusi Kelompok di Kelas

Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Siswa Menjawab Pertanyaan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together(NHT) Dalam Proses Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VII F SMP Muha

0 1 17

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VII Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together(NHT) Dalam Proses Pem

0 1 13

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

0 1 212