109
MM tidak memiliki niat untuk mengejeknya justru saat ada teman yang diolok-olok ia merasa iba dan ingin menolongnya. Namun ia
menyadari bahwa hal itu tidak mungkin baginya. Saat MM melihat temannya memiliki kelebihan yang mengagumkan terkadang ia juga
menginginkan seperti temannya tersebut. MM mengetahui bahwa ia tidak sebaik teman-temannya dan selalu lambat dalam mengerjakan
segala tugas. Terkadang ia berusaha agar ia dapat juga mencapai sesuatu yang ia harapkan seperti teman-teman lainnya. Pada masa
kanak-kanak akhir mencapai suatu prestasi hal sangat dibanggakan oleh anak-anak. Hal ini sejalan dengan label yang digunakan oleh para
pendidik dalam Hurlock 1980 yang menjelaskan bahwa anak pada usia kanak-kanak akhir adalah periode kritis dalam dorongan
berprestasi. MM mengaku bahwa ia sangat banyak mendapat dukungan dari
orang-orang sekitar seperti kedua orang tuanya, kakak, saudara- saudara dan neneknya. Subjek menyadari bahwa semua kekuatan yang
ia miliki berkat seluruh dukungan yang ia terima. Karena dukungan sosial sangat berepengaruh pada anak berkebuthan khusus. Menurut
Tin Suharmini 2009 pada waktu anak sekolah, perkembangan sosisal pada anak berkebutuhan khusus tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga
saja, tetapi juga teman-temannya, guru, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
3. Perasaan inferioritas
110
Individu yang memiliki perasaan inferioritas ialah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan menunggu penilaian yang
realistik atas dirinya. Bagi MM tidak semua teman-teman menjauhinya, ia memiliki beberapa teman disekolah yang bersedia
selalu memberikan waktu untuk mengajak bermain, bercanda dan tertawa. Pada usia kanak-kanak akhir menurut Hurlock 1980 bahwa
usia ini ada usia berkelompok dimana anak menginginkan diterima oleh teman-temannya. Selain di sekolah, MM dirumah juga memiliki
banyak sekali teman-teman bermain. Menurut pernyataan nenek MM yaitu MR, bahwa MM memiliki banyak teman dan mereka sangat
sayang denganya. Tidak pernah merasa jijik maupun tidak suka dengan keadaan MM.
Perlakuan teman-teman yang laki-laki terkadang membuat MM merasa ditolak keberadaannya. Tidak jarang pula MM seperti tidak
berguna saat sedang bersama teman-teman yang lain. Ia sangat terlihat berbeda yang tidak dengan cepat paham saat ada suatu permainan baru
maupun pelajaran baru. Seketika ia menunjukkan raut muka menyerah dan pasrah saat akan mengerjakan maupun melakukan kegiatan
sekolah. Sesuai dengan Tin Suharmini 2009 Jika anak mendapatkan respon negatif dari teman-temannya menurut seperti diejek, menolak
untuk menjadi teman atau kelompoknya, menyebabkan anak merasa tersisih, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.
4. Respon atas penolakan dan kritikan
111
MM terkadang merasa bahwa kritikan adalah sebuah wujud penolakan atas kehadirannya. Apabila anak tidak dapat mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam dirinya, dan itu dapat menyebabkan anak menjadi tertekan, depresi, menyesali diri sendiri terus menerus
dan jengkel, marah terhadap lingkungan tambah Tin Suharmini 2009. Berdasarkan respon yang MM tunjukkan saat ia mendapat sebuah
kritikan yang pada awalnya memiliki raut muka senang akan secara tiba-tiba menunjukkan kesedihan dan akan berlaku diam menarik diri
untuk duduk sendiri didalam kelas. Dukungan yang tak terkira ia dapatkan, dan perhatian dari sebagian
guru-guru yang memahami akan keadaannya. Hingga bagi MM kritikan adalah hal yang biasa ia terima dan bukan sebuah hal yang
dipermasalahkan serta mencoba mengambil yang baik-baik untuk ia perbaiki. Baginya berdiam diri adalah cara dia memperkuat dirinya
untuk mengingat pesan-pesan yang ia dapatkan dari keluarga dan berusaha mencerna sebuah kritikan untuk ia perbaiki meskipun hal
tersebut ia sadari tak mudah dilakukan.
5. Keseimbangan antara “real self” dan “ideal self”