Deskripsi Key Informan Penyajian Data display data

71 Hambatan yang yang dialami oleh MM tidak hanya pada masalah sosialnya saja namun juga keterbatasan dalam kognitifakademik dan pribadi. MM kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah dan menarik diri di lingkungan sekolah. Namun segala kekurangan yang ada dalam diri MM tetap membawanya tidak menyerah pada suatu keadaan untuk mencapai kebahagiaan.

3. Deskripsi Key Informan

Data penelitian tidak hanya didapat dari subjek itu sendiri melainkan data yang diperoleh dari key informan yang diklarifikasi kembali kepada subjek penelitian. Berikut adalah nama inisial key informan dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Tabel 4. Profil Key Informant No Key informant Keterangan Keterangan Nama Jenis Kelamin Usia Alamat 1. Key Informant 1 WD Perempuan Godean Ibu kandung MM dan setiap hari bersama-sama dengan MM. 2. Key Informant 2 TR Laki-laki Godean Ayah kandung MM dan setiap hari bersama-sama dengan MM. 3. Key Informant 3 FS Laki-laki 14 Godean Kakak MM dan setiap hari bersama-sama dengan MM. 4. Key Informant 4 MR Perempuan Godean Nenek MM yang telah merawat sejak MM bayi. 5. Key NI Perempuan 12 Bantul Teman dekat MM 72 Informant 5 saat di sekolah. 6. Key Informant 6 VL Perempuan 12 Bantul Teman yang cukup dekat dengan MM. 7. Key Informant 7 MRF Perempuan Kulon Progo Wali kelas MM dikelas 6. 8. Key Informant 8 YZ Laki-laki 12 Bantul Teman laki-laki yang sering ikut- ikutan mengolok- olok kelemahan MM. 9. Key Informant 9 RS Laki-laki 12 Sleman Teman laki-laki yang merasa biasa saja dengan keadaan MM dan terkadang ikut teman-temannya mengejek kelemahan MM. 10. Key Informant 10 YM Laki-laki 12 Bantul Teman laki-laki yang membenci atau tidak suka dengan keadaan MM.

4. Reduksi Data data reduction

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi selama penelitian yan dilakukan oleh peneliti, berikut disajikan reduksi data hasil yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian mengenai penerimaan diri anak cerebral palsy yang disebabkan penyakit toksoplasmosis. Aspek-aspek penerimaan diri yang diteliti yaitu : 73

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, yang dimaksud yakni individu memiliki pemikiran yang realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain. Meskipun MM termasuk anak CP yang mengidap penyakit toksoplasmosis dengan memiliki banyak kekurangan, namun ia mampu mengakui dan berusaha menjadi apa yang ada pada dirinya. MM menyadari dirinya tidaklah sempurna, dan tidak mampu melakukan kegiatan dengan baik seperti layaknya anak-anak yang lain. Ia memahami keterbatasan yang dimiliki membuatnya tak sepandai teman yang lain. Keterlambatan dalam menerima sebuah pelajaran dan ketertinggalan saat beraktivitas harus ia akui. Berikut pernyataan dari MM : “sering di ejek sama teman-teman yang laki-laki…aku masih ngeces…ga pintar…mereka sering manjauhi aku…aku merasa aku biasa saja tidak seperti teman- teman yang lain…tapi gapapa..” wawancara 1 MM. 8 Agustus 2016 Kekurangan yang dimiliki MM tidak mengurangi perhatian teman- temannya pada MM. MM dikenal oleh teman-temannya terkhusus teman-teman yang perempuan salah satunya yaitu NI bahwa MM adalah sosok yang meskipun memiliki kekurangan namun MM termasuk anak yang baik dan rapi dalam berpenampilan. MM temasuk anak yang memiliki selera bagus dan serasi dalam berpakaian. Hal ini sesuai dengan pernyataan NI sebagai berikut: 74 “Dia rapi kok…dia juga kalo make baju ki itu lho nek bajunya warnanya merah ya nanti kerudungnya make yang ada warna- warna merah. Trus sampe buku aja kan ada sampulnya, sampulnya dari sekolah semua anak sama. Tapi itu setiap mata pelajaran warnanya beda- beda….nah nanti to kalau MM ki biasanya bukunya warna ungu trus bolpennya juga ungu…” wawancara 1 NI. 12 Agustus 2016 Walaupun beberapa temannya memberikan tanggapan yang baik pada MM. Namun ada juga teman yang kurang berkenan atas penampilan yang dibawakan oleh MM, bahwasannya kebiasaan MM mengusap air liur dipakaiannya sehingga membuat teman-temannya tidak nyaman melihatnya. Berikut pernyataan VL: “…dia kan maaf masih sering keluar air liurnya… kalo bisa bawa sapu tangan atau apa gitu.. jangan diusap pake baju apa kerudungnya..biar ga keliatan jorok aja sih menurutku…biar rapinya tambah..”wawancara 1 VL. 24 Agustus 2016 MM mengetahui bahwa banyak teman-teman yang kurang suka dengan dirinya. Namun MM belum memiliki keberanian untuk menjelaskan alasan dari keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya saat ini.

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang

lain Sikap disini maksudnya adalah individu memiliki pandangan dan mampu menerima kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya sehingga dirinya lebih baik daripada individu yang tidak memiliki penerimaan diri. Sering tertinggal waktu pelajaran, tidak mampu mengendalikan air liur yang keluar dan dicemooh orang. Semua itu telah MM pahami semenjak ia mengetahui sendiri apa yang membuatnya seperti saat ini. 75 Berbagai julukan untuk kelemahannya dan segala macam bullyan tidak membuatnya berhenti untuk tetap melanjutkan segala hal yang disukai. Kekurangannya ia terima tanpa harus menyalahkan keadaan, pernyataan tersebut sejalan dengan MM sebagai berikut: “Menerima…ayah dan ibu selalu mengajarkan buat jadi anak yang ga nangisan dan tetap baik sama teman…”wawancara 2 MM. 9 Agustus 2016 Meskipun terkadang perasaan malu, minder dan tidak ingin melakukan segala aktivitas tetap menghinggapi dalam pikirannya, namun hal tersebut selalu dihalau dengan hatinya yang kuat. Walau pada saat MM berada di sekolah ia tidak dapat melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. Meskipun begitu MM tetap dapat dengan bebas bermain bersama teman-teman yang ada dilingkungan rumah neneknya. Subjek menyadari bahwa dalam berkomunikasi tidak lancar, kondisi mata yang sudah berkurang fungsinya dalam melihat, melemahnya saraf pada bagian lehernya serta rusaknya fungsi pada otak yang sudah meluas. Dengan kelemahan yang ia miliki, MM memahami bahwa dirinya akan terbatas dalam melakukan aktivitas. Terutama aktivitas pada bidang akademik. MM akan sering tertinggal dalam mengerjakan tugas-tugas diseluruh mata pelajaran dan pada saat mencatat. 76 Hal tersebut sejalan dengan pernyataan MRF selaku wali kelas MM yang menyatakan bahwa MM kurang dalam bidang akademik dan lambat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya : “Kalau tugas disuruh menulis ya bisa mba..tapi memang lama mba mengerjakannya..kalau disuruh untuk mengerjakan soal..memang ia kesulitan dan belum bisa jika hanya sendiri jika tidak ada pendampingan…”wawancara MRF, 5 Oktober 2016 Subjek tidak dapat memungkiri bahwa dirinya terkadang juga menginginkan seperti orang lain maupun teman-temannya yang miliki berbagai macam prestasi. MM tidak akan melupakan bahwa ia memiliki banyak keterbatasan sehingga terkadang dirinya tidak memahami bakat apa yang sebenarnya dimiliki. MM sangat menyukai pelajaran menggambar, olahraga badminton serta suka memasak saat ia dirumah. Pada dasarnya MM memahami aktivitas seperti itulah yang bisa ia lakukan mengingat segala keterbatasannya. MM selalu berusaha dalam setiap mata pelajaran yang didapatkan namun ia menyadari bahwa sekeras apapun usaha untuk mengingat dan mengerjakan soal dengan benar tidak akan bisa diwujudkan. Bantuan dari pendampingnyalah yang ia harapkan.

c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri

Individu yang memiliki perasaan inferioritas ialah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan menunggu penilaian yang realistik atas dirinya. Bagi MM tidak semua teman-teman menjauhinya, ia memiliki beberapa teman disekolah yang bersedia selalu memberikan waktu untuk mengajak bermain, bercanda dan 77 tertawa. Selain di sekolah, MM dirumah juga memiliki banyak sekali teman-teman bermain. Menurut pernyataan nenek MM yaitu MR, bahwa MM memiliki banyak teman dan mereka sangat sayang denganya. Tidak pernah merasa jijik maupun tidak suka dengan keadaan MM. “Banyak sekali mbak…dari yang seumuran ada yang masih anak kecil juga…kadang pula kalo MM tidak kesini pada mencari..nanti pada Tanya “budhe..budhe nok MM kesini tidak…” malah kemarin habis lebaran panggilannya ganti jadi “hallo nok MM sayang…ayo maen..” ya seperti itu…” wawancara MR. 4 September 2016 Teman-teman MM tidak hanya anak perempuan saja, namun teman yang laki-lakipun tak segan bermain bersama dengan MM dan akan biasa memainkan permainan sepak bola jelas MR pada saat wawancara. MM menyukai pujian-pujian yang diberikan dari orang lain untuk dirinya. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. MM akan menunjukkan raut muka yang berseri dengan senyuman yang ringan saat mendapatkan kata-kata sanjungan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat TR sebagai berikut: “…setiap MM melakukan sesuatu dengan baik…kami selalu memberikan apresiasi dengan pujian…jadi setiap ia semisal mengerjakan pekerjan rumah seperti menyapu, ngepel dan lain- lain pasti kami akan memberikan pujian seperti “waah adek pintar ya, rajinnya…” pokoknya setiap MM melakukan apapun yang baik dan benar kami akan selalu memberikan reward termasuk dalam belajar menghafal dan lain- lain…jadi ia nanti bisa semangat buat melakukan apa- apa…jadi bagi kami MM dapat beraktivitas dengan hati yang gembira kami sangat senang….” wawancara TR. 9 September 2016 78 Terkadang tidak hanya raut muka dan sikapnya yang bahagia, namun juga dalam melanjutkan aktivitasnya di sekolah maupun di rumah ia akan lebih semangat. Namun akan lain halnya jika MM sudah berada dilingkungan sekolah. Banyak yang tidak menyukai keberadaanya dan merasa risih atas kehadirannya. Berikut pernyataan YM : “Ho’oh too…marai wedi e…Hayooo karang kuii….ngeces…kan njijiki to….njajal nek dicesi..nak yoo njijiki to…Gek nek ngomong ki yo ra cetho..mangkel kae lho..gek ra dong- dong…”wawancara YM. 5 Oktober 2016 Sehingga rasa ditolak dan tidak dihargai akan kehadirannya membuatnya sering diam, menghindari keramaian dan hanya suka mengamati aktivitas teman-temannya dari kejauhan. Lebih memilih berada dalam ruang kelas sendiri dan melihat teman-teman bermain bersama-sama diluar kelas.

d. Respon atas penolakan dan kritikan

Sebagai indidvidu yang memiliki banyak kelemahan baik fisik maupun psikis tentu saja krtitikan dan cemoohan dari orang lain akan ikut serta dalam permasalahan ini. MM menyadari bahwa dirinya tidak hanya mengetahui kelemahan yang ada pada dirinya, namun ia tidak menutup telinga bahwa banyak diantara teman-teman disekolah maupun orang lain diluar sana memandang sebelah mata hanya dengan melihat kekurangan yang dimilikinya. MM memahami semua ucapan- 79 ucapan yang diungkapkan oleh teman-temannya karena memang seperti ini keadaan yang harus ia jalani. Berikut pernyataan MM : “Kalo aku ga bisa apa-apa…trus ga mau sekelompok sama aku…kalo sekelompokan aku ga bisa apa-apa..yang mikir cuman teman- teman…dibilang jijik…adik kelas sering bilang cah gede ijeh ngeces hiiii…aku diem aja..”wawancara 3 MM. 11 Agustus 2016 Tidak luput juga terkadang rasa sedih yang ditunjukkan dengan menundukkan kepala, diam, melamun dan merasa tidak dihargai menyelimuti serta terlintas dalam benaknya. Perasaan ditolak, dihindaripun ikut serta berperang dihatinya. Diam dan menerima segala perlakuan dari teman-temannya terkadang hal yang harus ia ambil sebagai salah satu cara menghindari rasa kecewa dalam hatinya. MM menyadari bahwa dirinya tidak bisa menolak maupun mencegah perlakuan yang ia dapatkan. Menurut teman-teman MM yaitu NI dan VL, kakaknya FS serta hasil pengamatan langsung oleh peneliti, bahwa saat MM diolok-olok maupun bullying ia akan memberikan respon diam, terkadang hanya senyuman dan tidak jarang juga menunjukkan raut muka yang sedih. Setiap kali MM mendapatkan kritikan dari orang-orang sekitar salah satunya teman-temannya ia mengaku kadang tidak didengarkan namun ada hal-hal yang terkadang sampai menyentuh hatinya memaksanya untuk mendengar dan mengingatnya. Berikut pernyataan VL : 80 “Iyaa pernah..malah sering…kalo dikelas itu sering…tapi kadang kekurangan MM dibuat mainan sama anak laki-laki..kalo anak laki-laki kan sukanya berantem..nah nanti kalo keterlaluan gitu le ganggu kadang tas atau tempat minumnya ditaruh ditempat duduknya MM…pasti gitu..soalnya pada ga mau kalo barang- barangnya kesentuh maupun nyentuh MM atau bekas MM..ya kadang sok bingung kepie gitu muka e…dieem gitulah mukanya..mungkin sedih..tapi kadang dia senyum aja sih…ga pasti..”wawancara VL. 29 Agustus 2016 MM terkadang merasa bahwa kritikan adalah sebuah wujud penolakan atas kehadirannya. Berdasarkan respon yang MM tunjukkan saat ia mendapat sebuah kritikan yang pada awalnya memiliki raut muka senang akan secara tiba-tiba menunjukkan kesedihan dan akan berlaku diam menarik diri untuk duduk sendiri didalam kelas. Dukungan yang tak terkira ia dapatkan, dan perhatian dari sebagian guru-guru yang memahami akan keadaannya. Hingga bagi MM kritikan adalah hal yang biasa ia terima dan bukan sebuah hal yang dipermasalahkan serta mencoba mengambil yang baik-baik untuk ia perbaiki. Baginya berdiam diri adalah cara dia memperkuat dirinya untuk mengingat pesan-pesan yang ia dapatkan dari keluarga dan berusaha mencerna sebuah kritikan untuk ia perbaiki meskipun hal tersebut ia sadari tak mudah dilakukan.

e. Keseimbangan antara “real self” dan “ideal self”

MM menyadari bahwa dirinya memiliki banyak keterbatasan, bahkan mengharapkan cita-cita yang tinggipun merasa suatu hal yang sangat mustahil baginya. Tidak menyurutkan harapan menjadi seorang 81 yang bermanfaat, MMpun pernah menginginkan dirinya menjadi seseorang yang sukses. Berdasarkan wawancara dengan MR pada awalnya MM menginginkan dirinya menjadi seorang dokter, namun dirinya menyadari segala kekurangannya bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin baginya. Keinginan menjadi seorang yang baik dan tidak ingin dipandang sebelah mata membuatnya berusaha dan mencari celah jalan kesuksesannya. Hingga harapan kedua muncul menjadi seorang wirausahawan. Rendahnya kemampuan MM dibidang akademik harus diakui dan merasa kesulitan hampir dalam segala mata pelajaran termasuk matematika. Menjadi seorang wirausahawan pun harus memiliki skill yang mendukung. Harapan maupun cita-cita seakan tidak ada yang pantas bagi dirinya. Keterbatasan itu tetap tidak membuatnya berhenti untuk mencoba hal-hal yang membuatnya nyaman dan mampu ia kerjakan. Memasak dan melukispun ia coba lakukan untuk mencari jati diri yang sebenarnya. Hingga kini MM menikmati kegiatan yang berhubungan dengan berdagang, memasak serta melukis. Karena dirinya tidak ingin memaksakan kemampuan yang sebenarnya memang tidak mungkin untuknya, namun selalu mencoba mencari kenyamanan dirinya dalam berkarya. Selaras dengan pernyataan MM berikut : “Suka pelajaran melukis…ikut kelas sanggar lukis disekolah…kalo dirumah aku suka masak…aku sering masak nasi goreng..kadang masak sama ayah…kadang juga masak sama simbah…trus nanti nasi gorengnya dikasih sosis kadang bakso kadang pake 82 telur…trus nanti dihias-hias...trus lomba sama ayah..ibu jadi jurinya…” wawancara 2 MM. 9 Agustus 2016 Berdasarkan pernyataan TR bahwa MM ini adalah anak yang sebenarnya sangat memahami kemampuan dirinya. Sehingga saat MM merasa dirinya tidak mampu melakukan suatu hal ia tidak akan memaksakan diri untuk terjun maupun melakukan aktivitas tersebut. MM akan dengan senang hati memperhatikan dan menikmati kegiatan tersebut. Peneliti menyetujui pendapat TR bahwa pernyataan tersebut selaras dengan hasil pengamatan yang didapatkan. MM tidak pernah memaksakan dirinya melakukan hal-hal yang bagi dirinya ia tidak mampu dan akan menyusahkan orang lain. Ia akan duduk manis dan menikmati apa yang dapat dilakukan oleh orang lain. Selain ingin mencapai cita-cita, ada hal yang sangat ia harapkan yaitu memiliki teman yang banyak dilingkungan sekolah. MM selalu mengusahakan dirinya mewujudkan keinginan maupun permintaan- permintaan temannya dan cenderung tidak berani menolaknya. Hal ini ia lakukan agar dirinya mendapatkan teman dan tidak dijauhi oleh teman yang telah sampai saat ini mau menjadi temannya. MRF menyetujui bahwa MM adalah anak yang mandiri bagi ukuran anak abk namun disisi lain ia anak yang sangat kesulitan dalam menolak. Berikut pernyataan MRF : “mungkin ada beberapa hal untuk dia bilang tidak saat ada temannya meminjam buku untuk dicontek dan tidak sampai untuk menyampaikannya mungkin harus dilatih lagi..menumbuhkan keberaniannya lagi dan jika temennya mau minjem dan sbenernya 83 tidak boleh ya harus berani bilang tidak boleh..”wawancara MRF. 5 Oktober 2016 Sehingga ketidak mampuan MM dalam menolak suatu permintaan yang menurutnya kurang baik baginya menjadi keuntungan temannya. Dalam hal ini peneliti menyetujui pernyataan MRF bahwa pada saat pengambilan data, peneliti sering menemui bahwa MM selalu diminta memberikan jawaban bahkan barang-barang maupun makanan yang dimiliki oleh MM.

f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

Perlakuan yang tidak baik yang pernah dan cukup sering diterima oleh MM tidak membuat MM membenci teman-temannya tersebut. Walaupun memang saat hatinya sedang rapuh dan sedih terkadang ingin membenci dan memberontak. Tersadar dengan pesan-pesan dan dukungan tiada henti yang diterima dari keluarga membuatnya tidak pantas untuk membalas sesuatu yang tidak berarti. Pertanyaan-pertanyaan mengapa ia berbeda pernah terlintas dalam pikiran MM. Setiap kali harus mengusapkan air liur yang sering keluar tiba-tiba, selalu tertinggal dalam menulis maupun mengerjakan tugas saat pelajaran disekolah berlangsung terkadang perang dalam batin pernah ia rasakan. Segala pengorbanan menuruti kebutuhan serta keinginan yang diberikan oleh orang tua kepadanya serasa memalukan bagi dirinya jika tidak mampu menjadi anak yang kuat hati dan sabar saat cobaan datang. 84 Perilaku yang ditunjukkan MM saat menjadi bulan-bulanan teman- teman disekolah, penolakan atas keberadaan diri MM tidak terlewatkan dari pengamatan peneliti. Bahwasannya MM selalu berjalan dengan kuat hati, sabar dan tidak perduli saat teman-teman mulai menghindari kedatangan maupun tatapan tidak menyukai dengan keadaan MM. berikut pernyataan MRF bahwa MM adalah anak yang kuat dan mandiri : “Iyaa pernah mba…dia termasuk kuat…kadang saat dia diejek- ejek dia tetap okey okey saja..dia tidak terpengaruh..trus tidak…walaupun dulu saat dikelas bawah saya dengar dia pernah nangis saat dibully oleh teman-temannya..namun saat dikelas enam ini saya melihat kemandiriannya bagus, trus kuatlah menghadapi bullyan dari teman- temannya itu..” wawancara MRF. 5 Oktober 2016 MM adalah sosok anak yang sangat percaya diri saat ia diajak pergi bersama keluarga. Ia akan dengan sangat cepat beradaptasi dengan tempat baru, jelas MR, TR dan WD kepada peneliti saat diwawancara dengan waktu yang berbeda. Namun akan lain halnya saat MM berada di sekolah, menarik diri serta ragu-ragu sering ia tunjukkan. Hal ini sepadan dengan pendapat NI : “kadang-kadang sih..tapi banyakan ga pede..apalagi kalo disuruh maju didepan kelas atau disuruh apa gitu..tapi kadang juga pede pede aja ki..jalan didepan orang banyak atau teman-teman yang laki-laki d engan pede…tapi kadang nek ada laki-laki juga sok ga jadi lewat kalo MM lagi mau kemana gitu…trus dia kadang ga jadi pergi tapi ya kadang njuk sok lewat yang kira-kira ga ada anak cowoknya…” wawancara 2 NI. 15 Agustus 2016 Subjek tidak masalah dengan keadaan teman-teman yang lebih baik dari dirinya. Ia berusaha biasa saja saat teman-teman 85 mengejeknya dan mencoba untuk tidak membencinya. Meskipun terkadang ia juga merasa jengkel saat diejek. Dulu ia mengaku pernah merasakan kurang nyaman dengan dirinya sendiri, namun sekarang ia merasa cuek-cuek saja.

g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri

Kesulitan MM dalam berkomunikasi membuatnya menjadi minder saat ia mendapat tugas dari guru untuk membaca didepan teman- temannya. Menjadi bahan tertawaan teman-teman dan terkadang juga membuat MM merasa malu untuk mengerjakan maupun memenuhi tugas dari guru. Hal ini pernah diutarakan saat MM diminta oleh seorang guru untuk membaca puisi didepan teman-temannya, MM yang biasanya tidak pernah mengutarakan perasaanya dengan suara lirih ia membisikkan kepada peneliti bahwa dirinya malu untuk maju kedepan. Ia mengaku dirinya menerima keadaan dirinya dengan ikhlas hati. Dirinya tidak menuntut hal-hal yang ia inginkan untuk selalu terwujud, contohnya saat MM pernah terlintas dalam pikirannya menjadi seorang yang penting dalam sebuah kelompok yaitu ketua. MM memahami dan sadar bahwa itu tidak akan mungkin baginya untuk menjadi seorang ketua. Baginya ada yang mau sekelompok dengannyapun sudah cukup untuknya. Berikut pernyataan MM : “Aku ga bisa apa-apa…berbicara susah..nanti malah diketawain..suka jadi anggota saja..mendapat kelompok aku sudah senang..” wawancara 6 MM. 23 Agustus 2016 86 Di dalam sebuah kelompok MM selalu menjadi anggota yang patuh dengan peraturan yang ada. Dapat dikatakan bahwa MM adalah anggota yang penurut, diminta untuk melakukan hal apapun akan dilakukan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan NI sebagai berikut : “Engga ki..dia manutan orang e….kalau disuruh ngapain aja sama temen kelompok dia ba kalan nurut.” wawancara 2 NI. 15 Agustus 2016 Saat ini MM diberi kepercayaan dari wali kelas ditunjuk menjadi pengurus kelas untuk pertama kalinya yaitu sebagai bendahara. MM ngakui dirinya sangat senang meskipun ia sadar bahwa rekannya tidak menyetujui keputusan yang telah dibuat oleh wali kelas. Hal tersebut pernah didapati oleh peneliti saat penelitian berlangsung bahwa rekan bendahara yang terpilih adalah teman laki-laki. Respon yang ditunjukkan dan diberikan dari rekan bendahara MM adalah sebuah kekecewaan dalam raut mukanya dan umpatan-umpatan serta kalimat- kalimat ejekan dari teman-teman yang laki-laki yang ditujukan kepadanya. Namun MM mencoba tidak memikirkan terlalu berat dan menikmati posisinya saat ini. Walaupun MM sangat pendiam dan jarang mengeluarkan suaranya namun saat MM diminta pendapatnya sesuai dengan pernyataan VL bahwa MM kalau diminta pendapatnya dalam berkelompok ia juga dapat menyampaikan pendapatnya walaupun harus ditanya. Begitupun dengan jawaban dari FS kakak MM bahwa MM sering menyatakan pendapatnya dalam menentukan suatu hal. MM dikenal dalam 87 keluarganya suka marah namun ia tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima oleh yang lain. Benar bahwa dirinya lebih menyukai untuk mengikuti keputusan yang ada.

h. Penerimaan diri, spontanitas, dan menikmati hidup

Perasaan takut, malu, minder, tak berarti, sering ditolak bagi MM hal yang biasa dan baginya cukup didiamkan dan dihiraukan. Walaupun MM terkadang merasa ingin seperti yang lain dapat menolong temannya saat membutuhkan bantuan maupun mencarikan barang yang sekiranya teman-temannya tidak mengetahui letak barang tersebut dan MM mengetahuinya. Pernah pada suatu saat dan peneliti menyadari kejadian tersebut yakni, MM ingin memberitahu kepada temannya yang sedang mencari juz amma, sempat ia berdiri dari tempat duduknya dan ingin mengambilkan buku tersebut namun ia mengurungkan niatnya dan meminta bantuan temannya yang perempuan dan mengisyaratkan kepada peneliti untuk mengambilkan buku tersebut. MM tahu bahwa bantuan yang diberikan tidak akan diterima oleh temannya. Berikut pernyataan MM : “Apapun yang dipegang aku ga pernah mau diterima sama teman- teman..kalo mau membantu teman- teman jadi ga bisa…” wawancara 7 MM. 26 Agustus 2016 Kekurangan MM sering dimanfaatkan oleh sebagian temannya untuk mengambil alih tempat maupun permainan yang pada awalnya telah didominasi maupun ditempati oleh teman yang laki-laki. Agar teman-temannya yang perempuan dapat bermain ditempat tersebut 88 sering terjadi NI menarik tangan MM dan terkadang mendorong MM secara paksa untuk mendekati teman-teman yang laki-laki, karena tahu bahwa teman-temannya akan pergi dan menghindar saat MM mendekat. Sesuai dengan pengamatan peneliti dan pernyataan NI : “kadang nek pas kita kan kalo istirahat sok main ayunan bareng temen-temen yang cewek..tapi biasane maenan e udah dipake anak cowok semua..trus nanti MM tak tarik-tarik buat ndeketi temen yang cowok trus nanti pada pergii sama marah-marah..trus akhire yang cewek bisa maen..hehe” wawancara AN.12 Agustus 2016 Situasi tersebut serasa sulit MM hindari, keberanian yang menciut dan lemah saat ingin menolak. MM hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan dari teman-temannya tersebut. Walaupun pada saat hal tersebut berlangsung MMlah yang menjadi sasaran kemarahan teman- teman yang laki-laki dengan umpatan-umpatan yang kasar. Karena baginya melakukan hal seperti ini yang membuatnya dapat memiliki teman dilingkungan sekolah.

i. Aspek moral penerimaan diri

Berpura-pura tidak ada apa-apa saat diejek dan bullying oleh teman-temannya suatu hal yang sering MM lakukan untuk menutupi kepedihan dan rasa kecewanya. Segala julukan dengan berbagai macam bahasa seperti cesh wugh, sing nduwe dalan serta sing nduwe kelas sing medeni telah mampu ia biarkan dan ia sambut dengan senyuman. YM mengakui bahwa ia sering mengatakan cesh wugh dan sing nduwe dalan : “Haha..hooh mba..cesh wugh karo sing nduwe dalan..macem macem ding..Yo karang deknen nek ngeces ngono kae to…sok tibo 89 njuk koyo bom ha teko teko muncul njuk langsung tibo…nguiiiingggg ngiingg wushh derr…nek nduwe dalan karang nek deknen lewat awakdewe dho lungo..wegah cerak- cerak…dadi koyo rojo kae..lewat dipersilahkan…”wawancara YM. 5 Oktober 2016 YM juga mengakui bahwa ia dan teman-temannya merasa risih dan jijik dengan perilaku maupun kebiasaan yang ditunjukkan oleh MM. Namun bagi MM kalimat-kalimat dan ejekan-ejekan yang dilakukan oleh teman-temannya adalah hal yang biasa dan segera diabaikan. MM tidak dapat membohongi dirinya bahwa ia sering merasa tegang, cemas dan bimbang pada saat-saat tertentu. Takut akan mengalami kegagalan dan semacamnya. Raut muka dan respon yang ditunjukkan oleh MM tidak lepas dari pengamatan peneliti. Pada saat mengerjakan soal ujian maupun ulangan, ketegangan, kecemasan tidak dapat MM sembunyikan. Sesekali MM menoleh dan mengisyaratkan kecemasan karena kesulitan dalam mengerjakan soal. hal ini sesuai dengan pernyataan MM : “Iyaa ada..saat ujian dan ulangan..aku sering ga bisa..kalau belajar juga yang keinget Cuma sedikit…” wawancara 7 MM. 26 Agustus 2016 Keterbatasan MM dalam bidang akdemik membuatnya harus mendapatkan pendampingan khusus saat berada disekolah. Karena baginya orang tua MM dan guru bahwa MM perlu pendampingan agar MM dapat menerima pelajaran dengan baik dan lancar. “kami memang sangat membutuhkan pendamping untuk MM, selain tawaran dari sekolah agar MM dapat mengikuti pelajaran seperti teman-teman yang lain..tetapi MM juga bisa merasa aman 90 jika ada yang mengawasi dan mendampinginya.” wawancara TR. 9 September 2016 Sekuat-kuatnya MM dalam menerima keadaan dirinya dan segala cobaan yang ditujukan pada dirinya, MM mengakui bahwa dirinya membutuhkan guru pendamping. Karena bagi dirinya pendamping dapat membantunya dan dapat menutupi kegelisahan serta segala ketegangan dalam menerima berbagai tugas dari sekolah, meskipun ada beberapa teman yang merasa risih dan iri kepada MM. MM tidak banyak berkomentar dan berusaha menikmati keadaannya saat ini.

j. Sikap terhadap penerimaan diri

Sebagai anak yang yang memiliki banyak kekurangan MM merasa dukungan dari orangtua serta suadara-saudaranya sangat ia butuhkan dan berarti baginya. Tanpa dukungannya dari mereka MM merasa tidak akan dapat merasa bahagia dan akan berlarut-larut merasakan kesedihan hingga merasa tidak berguna layaknya seorang manusia lainnya. “…tanpa dukungan dari keluarga..aku akan merasa sedih dan terbuang setiap harinya..tidak berguna mungkin…”wawancara 8 MM. 28 Agustus 2016 MM tidak pernah melupakan segala dukungan dan motivasi yang ia terima dari keluarganya dengan selalu patuh dan hormat kepadanya. Berikut pernyataan MM : “Patuh…dan menghormati mereka dan selalu mendoakan mereka …”wawancara 8 MM. 28 Agustus 2016 91 Selain mendoakan dalam setiap sujudnya, MM juga mewujudkan rasa hormat dan patuhnya kepada orang-orang yang selalu mendukung dengan cara menjadi seorang anak yang selalu perhatian dengan segala kebutuhan mereka. Pada saat orang-orang rumah ada yang sakit dengan sigap ia menggantikan pekerjaan rumah semisal membersihkan lantai dengan menyapu, mengepel maupun membersihkan dapur dengan mencuci piring dan segala hal yang dapat ia lakukan. “Kalau sama orang tua itu sangat perhatian sekali…apalagi kalau dengan saya sangat perhatian sekali..kalau saya lagi sakit nanti saya dipijitin..trus nanti diciumin trus..kalo ada cucian piring menumpu k nanti dicucikan sama MM…kadang juga suka menyapu..pokoknya saya bangga memiliki cucu seperti MM…meskipun memiliki kekurangan akan tetapi ia memiliki kelebihan yang luar biasa..”wawancara MR. 5 September 2016 Tidak hanya kepada orang-orang rumah yang ia perhatikan. Namun peneliti sendiri pernah merasakan hangatnya kasih sayang dan perhatian yang diberikan MM kepada peneliti sendiri. Walaupun terkadang kesedihan tidak dapat dibendung oleh MM namun bagi MM dukungan keluarga tak hanya sebatas berarti. Namun dukungan yang tak ada henti-hentinya mengalir ditujukan padanya adalah kekuatan hidup baginya hingga sampai saat ini ia mampu menghadapi keterbatasan dan kelemahannya dengan baik. Selain dukungan nasehat dan motivasi yang diberikan kepada MM, akan tetapi pola asuh dan peran orang tua sangat baik serta bagus dalam keluarga ini. Komunikasi sehari-hari dikeluarga MM mayoritas 92 menggunakan bahasa Indonesia. Selalu diajarkan untuk menjaga sopan santun dalam bertutur dan bertindak. Seperti contoh kecil yang diajarkan adalah saat menceritakan yang terdapat kata kotor didahului dengan kata maaf setelah itu dilanjut kata kotor tersebut maaf tadi temenku bilang s. Membiasakan untuk selalu menghormati orang yang lebih tua maupun teman sebaya. Contohnya yaitu memberi salam saat ada orang lain datang kerumah. Orang tua dan saudara saling memberikan apresiasi jika MM berhasil melakukan suatu tugas dengan baik. Subjek jarang diberi hukuman dan bentakkan dari keluarga. Jika ia melakukan kesalahan MM hanya akan diberi peringatan bahwa hal dilakukan itu kurang baik. Kasih sayang dari keluarga tidak pernah luput untuk MM, setiap ibu WD pulang kerja tidak segan ia langsung mencium MM , memeluk serta tak jarang menggendongnya. Tentunya dalam hal ini adalah sesuatu yang ia sukai, mendapat pengakuan dan kasih sayang.

5. Penyajian Data display data

Berdasarkan keseluruhan data yang telah direduksi, maka data-data mengenai penerimaan diri anak penderita toksoplasmosis secara rinci di sajikan sebagai berikut : Keterbatasan dalam dirinya telah ia pahami sehingga sering tertinggal dan terlambat dalam bidang akademik. Kekurangan yang dimiliki membuat sebagian teman-teman yang laki-laki menjauhi dan tidak menyukai keberadaan MM. Dalam berpakaian MM menanggap bahwa 93 dirinya rapi dan sebagian temannya masih beranggapan masih belum rapi. Segala peneyebab keterbatasan yang ia miliki belum dapat disampaikan kepada teman-temannya. Tabel 5. Display Data Aspek Persepsi Mengenai Diri dan Sikap terhadap Penampilan Indikator Subjek MM a. Subyek secara realistik memiliki pemikiran baik mengenai dirinya Subjek memahami bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan, meskipun banyak yang belum memahami keadaanya. b. Subyek secara realistik memiliki pemikiran baik terhadap penampilannya MM dapat berpenampilan dengan baik dan wajar. Meskipun ada beberapa yang menganggap bahwa penampilan MM belum rapi. c. Subyek mampu melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik tentang keadaan dirinya Subjek memahami keadaan dirinya, namun belum dapat menjelaskan mengenai keadaan dirinya kepada teman-teman maupun orang lain. Subjek menyadari dirinya memiliki permasalahan pada bidang akademik, sosial serta pribadinya. Tidak jarang ia menunjukkan rasa ketidak mampuannya dengan menarik diri dari lingkungan sekolah. Segala permasalahan yang ia rasakan sering tidak membuat dirinya berhenti melakukan beberapa kegiatan yang dapat ia lakukan. Tabel 6. Display Data Aspek Sikap terhadap Kelemahan dan Kekuatan Diri Sendiri dan Orang Lain Indikator Subjek MM a. Subyek mampu menerima kelemahan dan kekuatan diri sendiri Subjek mampu menerima kelemahan dan keterbatasannya. Meskipun perasaan malu, minder 94 terkadang tidak dapat ia hindari. b. Subyek mampu mengembangkan bakat dengan leluasa MM berusaha menjadi diri sendiri yang dapat bebas bergerak melakukan kegiatan dan aktivitas yang ia inginkan. MM tidak jarang merasa lemah dan tidak memiliki semangat saat melakukan suatu kegiatan maupun dalam menyelesaikan tugas. Sehingga MM sering menerima sebuah sanjungan atas apa yag telah dikerjakan. Sanjungan yang diterima membuatnya selalu memiliki motivasi yang kuat saat menyelesaikan suatu pekerjaan maupun tugas. Pada saat MM merassa ditolak oleh teman-temannya ia lebih sering memilih untuk diam, menarik diri, memilih duduk didalam kelas dan melihat teman-teman yang lainnya bermain. Tabel 7. Display Data Aspek Perasaan Inferioritas sebagai Gejala Penolakan Diri Indikator Subjek MM a. Penerimaan diri subjek Subjek dapat menerima dirinya meskipun tidak banyak teman yang ingin bergaul dengannya namun sedikit teman yang ia miliki di sekolah tidak membuat MM untuk menyerah. b. Subyek dapat menilai diri sendiri secara realistic Subjek menyukai sebuah pujian sehingga ia akan bersemangat dalam melakukan segala kegiatan maupun aktivitas. Tanpa pengakuan dan pujian bahwa ia mampu menuntaskan sebuah tugas tidak akan membuat subjek sesemangat hingga saat ini. 95 Subjek sering merasa ditolak oleh teman-temannya dengan dukungan yang ia terima dari keluarga membuatnya kuat dalam menghadapi segala ejekan dan bullying. Tidak jarang subjek mendapat kritikan dari teman-temannya karena keterbatasan yang dimiliki dan ia akan memberikan respon diam dan berusaha untuk memperbaiki sesuai kemampuannya. Tabel 8. Display Data Aspek Respon atas Penolakan dan Kritikan Indikator Subjek MM a. Subyek dapat menerima kritikan MM mampu menerima dan mendengar kritikan yang dilontarkan orang lain kepadanya. Hingga terkadang perasaan ditolak atas keberadaannya juga dirasakan oleh MM. b. Subyek dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari sebuah kritikan Dengan dukungan keluarga MM yang tiada hentinya yang diberikan padanya membuat MM dapat menerima kritikan dengan kuat hati sehingga ia mampu mengambil hal yang baik untuk dirinya. c. Subyek dapat mengevaluasi diri dari sebuah kritikan Baginya berdiam diri adalah cara dia memperkuat dirinya untuk mengingat pesan-pesan yang ia dapatkan dari keluarga dan berusaha mencerna sebuah kritikan untuk ia perbaiki meskipun hal tersebut ia sadari tak mudah dilakukan. 96 MM memiliki beberapa keinginan menjadi seorang wirausahawan, pemain badminton, dan dokter. Namun ia menyadari hal tersebut tidak mampu ia wujudkan karena ia memiliki keterbatasan pada bidang akademik. Ia berusaha mewujudkan hal-hal yang dapat ia lakukan dengan kemampuan yang ia miliki tanpa memaksakan kehendak. Tabel 9. Display Data Aspek Keseimbangan Antara “Real Self” dan “Ideal Self” Indikator Subjek MM a. Subyek mampu mempertahankan harapan dengan baik MM memiliki harapan-harapan yang banyak untuk mencapai kesuksesannya. Bagi MM harapan yang terpenting baginya dari semenjak ia masuk sekolah dasar yaitu memiliki teman yang banyak. b. Subyek mampu mempertahankan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam batas-batas kemungkinan Menganggap bahwa kesusksesan tidak mampu ia raih karena keterbatasannya tidak menyurutkan harapannya untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Tanpa memaksakan segala sesuatu yang tidak dapat ia lakukan. Kemampuan individu dalam menerima maupun menyukai dirinya sendiri, memungkinkan pula ia mampu menyukai orang lain. Hal ini tentunya membuktikan hubungan timbal balik tersebut mampu membuat individu merasa percaya diri dalam memasuki lingkungan sosial. Berikut display data subjek MM: Tabel 10. Display Data Aspek Penerimaan Diri dan Penerimaan Orang Lain Indikator Subjek MM a. Subyek menyukai dirinya subjek dapat menerima keadaan 97 sendiri dirinya dengan ikhlas. Segala yang ia dapatkan saat ini selalu ia sambut dengan senyuman. b. Subyek menyukai orang lain Seperti apapun perlakuan yang didapatkan MM dari teman- temannya di sekolah tidak membuatnya harus membalas kebencian dan memendam amarah kepada teman-temannya. c. Subyek merasa percaya diri Percaya diri MM selalu ditanamkan oleh keluarganya. MM mengakui bahwa dirinya berbeda dengan anak yang lain sehingga perasaan malu saat berada di tempat baru terkadang ia rasakan. Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan dirinya. Akan tetapi, ia akan menerima bukan menuntut kelayakan dalam kehidupannya dan tidak akan mengambil yang bukan haknya dalam mendapatkan posisi yang menjadi incaran dalam kelompoknya. Individu dengan penerimaan diri menghargai harapan orang lain dan meresponnya dengan bijak. Namun, ia memiliki pendirian yang terbaik dalam berfikir, merasakan dan membuat pilihan. Ia tidak hanya akan menjadi pengikut apa yang dikatakan orang lain. Berikut display hasil data subjek MM: Tabel 11. Display Data Aspek Penerimaan Diri, Menuruti Kehendak, dan Menonjolkan Diri Indikator Subjek MM a. Subyek mampu menerima segala yang ada didirinya Subjek mampu menerima kelemahan dan kekurangan yang ia miliki dan menerimanya dengan 98 lapang dada. b. Subyek dapat menghargai harapan orang lain Tidak memaksakan kehendak dan pendapatnya adalah hal yang selalu subjek lakukan setiap berada dalam forum diskusi maupun musyawarah besarkecil dilingkungan rumah maupun sekolah. c. Subyek dapat merespon tanggapan orang lain dengan bijak Subjek tidak pernah mencela maupun mengomentari sebuah pendapat orang lain, karena dalam setiap forum diskusi MM lebih condong untuk menikmati jalannya forum tersebut. Dapat dikatakan bahwa subjek tidak pernah menolak dengan pendapat-pendapat orang lain. d. Subyek memiliki pendirian dalam sebuah pemikiran Subjek jarang memberikan sebuah pendapat dalam forum diskusi maupun musyawarah dilingkungan sekolahnya. Jika subjek tidak ditanya ia jarang akan memberikan sebuah pendapatnya dan lebih sering untuk selalu mengikuti segala hasil yang telah disepakati. Namun saat ada diskusi kecil dalam lingkungan rumah, MM adalah anak yang dengan aktif selalu memberikan pendapatnya dan tidak selalu memaksa pendapat yang ia sampaikan untuk selalu dilakukan. e. Subyek dapat membuat sebuah pilihan Subjek dikenal sebagai anak yang aktif dalam lingkungan sekolah dan akan cenderung mengikuti hasil yang telah diputuskan dalam sebuah kelompokdiskusi. hal ini akan berbeda jika subjek berada dilingkungan rumah, MM dikenal sebagai anak yang aktif dan selalu 99 memberikan pendapatnya serta akan melaksanakan keputusan yang dihasilkan. Subjek mampu memilih jika dihadapkan dengan sebuah pilihan, namun subjek akan kesulitan saat membuat sebuah pilihan. Individu yang memiliki penerimaan diri akan mempunyai lebih banyak keluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Ia tidak hanya menikmati keleluasaan sesuatu yang dilakukannya, akan tetapi juga leluasa untuk menolak maupun menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. Tabel 12. Display Data Aspek Penerimaan Diri, Spontanitas, dan Menikmati Hidup Indikator Subjek MM a. Subyek dapat menikmati hidup dengan leluasa Subjek mampu menikmati aktivitasnya dengan tidak memperdulikan atau cuek terhadap komentar-komentar yang ia dapatkan. Subjek sering merasa tidak nyaman saat kelemahan yang ia miliki digunakan untuk keuntungan orang lain. Sehingga terkadang subjek merasa dirinya tidak bebas, karena ia merasa dengan mengikuti perintah teman MM tidak akan dijauhi oleh temannya. b. Subjek mampu menolak hal-hal yang tidak ia inginkan Subjek merasa tidak mampu menolak jika ia dipaksa untuk mewujudkan keinginan teman- temannya dan memilih untuk menjadi anak yang penurut. Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa ia nantinya, dan ia tidak menyukai kepura-puraan. Individu ini dapat 100 secara terbuka mengakui dirinya sebagai individu yang pada suatu waktu dalam masalah, merasa cemas, ragu dan bimbang tanpa harus manipulasi diri dan orang lain. Tabel 13. Display Data Aspek Moral Penerimaan Diri Indikator Subjek MM a. Subyek berlaku jujur dengan apa yang ada dalam dirinya MM berusaha untuk diam, acuh serta berpura-pura tidak mendengar dan mengabaikan ejekan-ejekan yang dilontarkan teman kepadanya. b. Subyek terbuka dengan keadaan dirinya Subjek bukan seorang anak yang mudah menceritakan keadaan yang terjadi pada dirinya. Ia tidak akan menjelaskan dengan keadaan yang dirasakan. Menurut keluarga dan teman-temannya MM adalah anak yang pendiam dan tertutup dengan keadaan dirinya. c. Subyek tidak menutup-nutupi keadaan dirinya Subjek dikenal sebagai anak yang suka menutup diri serta bersembunyi dibalik sosok pendamping dalam setiap kegiatan sekolah. Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Individu yang dapat menerima beberapa aspek hidupnya, mungkin dalam keraguan dan kesulitan dalam menghormati orang lain. Hal tersebut merupakan arahan agar dapat menerima dirinya. Invidu yang memiliki penerimaan diri akan membangun kekuatanya untuk menghadapi kelemahan dan keterbatasannya. Tabel 14. Display Data Aspek Sikap terhadap Penerimaan Diri Indikator Subjek MM a. Subyek mampu membangun kekuatan diri dalam menghadapi kelemahan dan Kekuatan dan semangat MM dalam menjalani segala aktivitas yang dijalani tidak serta merta ia 101 keterbatasannya dapatkan dengan begitu saja. Semuanya ia dapatkan dari dukungan dan motivasi dari seluruh keluarga besarnya. Dukungan, motivasi serta perhatian keluarga tidak pernah absen diberikan untuknya.

6. Penarikan Kesimpulan verifikasi