74
“Dia rapi kok…dia juga kalo make baju ki itu lho nek bajunya warnanya merah ya nanti kerudungnya make yang ada warna-
warna merah. Trus sampe buku aja kan ada sampulnya, sampulnya dari sekolah semua anak sama. Tapi itu setiap mata pelajaran
warnanya beda-
beda….nah nanti to kalau MM ki biasanya bukunya warna ungu trus bolpennya juga
ungu…” wawancara 1 NI. 12 Agustus 2016
Walaupun beberapa temannya memberikan tanggapan yang baik pada MM. Namun ada juga teman yang kurang berkenan atas
penampilan yang dibawakan oleh MM, bahwasannya kebiasaan MM mengusap air liur dipakaiannya sehingga membuat teman-temannya
tidak nyaman melihatnya. Berikut pernyataan VL: “…dia kan maaf masih sering keluar air liurnya… kalo bisa bawa
sapu tangan atau apa gitu.. jangan diusap pake baju apa kerudungnya..biar ga keliatan jorok aja sih menurutku…biar
rapinya tambah..”wawancara 1 VL. 24 Agustus 2016
MM mengetahui bahwa banyak teman-teman yang kurang suka
dengan dirinya. Namun MM belum memiliki keberanian untuk menjelaskan alasan dari keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya
saat ini.
b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang
lain
Sikap disini maksudnya adalah individu memiliki pandangan dan mampu menerima kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya sehingga
dirinya lebih baik daripada individu yang tidak memiliki penerimaan diri. Sering tertinggal waktu pelajaran, tidak mampu mengendalikan
air liur yang keluar dan dicemooh orang. Semua itu telah MM pahami semenjak ia mengetahui sendiri apa yang membuatnya seperti saat ini.
75
Berbagai julukan untuk kelemahannya dan segala macam bullyan tidak membuatnya berhenti untuk tetap melanjutkan segala hal yang disukai.
Kekurangannya ia terima tanpa harus menyalahkan keadaan, pernyataan tersebut sejalan dengan MM sebagai berikut:
“Menerima…ayah dan ibu selalu mengajarkan buat jadi anak yang ga nangisan dan
tetap baik sama teman…”wawancara 2 MM. 9 Agustus 2016
Meskipun terkadang perasaan malu, minder dan tidak ingin melakukan segala aktivitas tetap menghinggapi dalam pikirannya,
namun hal tersebut selalu dihalau dengan hatinya yang kuat. Walau pada saat MM berada di sekolah ia tidak dapat melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan. Meskipun begitu MM tetap dapat dengan bebas bermain bersama teman-teman yang ada dilingkungan rumah
neneknya. Subjek menyadari bahwa dalam berkomunikasi tidak lancar,
kondisi mata yang sudah berkurang fungsinya dalam melihat, melemahnya saraf pada bagian lehernya serta rusaknya fungsi pada
otak yang sudah meluas. Dengan kelemahan yang ia miliki, MM memahami bahwa dirinya akan terbatas dalam melakukan aktivitas.
Terutama aktivitas pada bidang akademik. MM akan sering tertinggal dalam mengerjakan tugas-tugas diseluruh mata pelajaran dan pada
saat mencatat.
76
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan MRF selaku wali kelas MM yang menyatakan bahwa MM kurang dalam bidang akademik dan
lambat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya : “Kalau tugas disuruh menulis ya bisa mba..tapi memang lama mba
mengerjakannya..kalau disuruh untuk mengerjakan soal..memang ia kesulitan dan belum bisa jika hanya sendiri jika tidak ada
pendampingan…”wawancara MRF, 5 Oktober 2016 Subjek tidak dapat memungkiri bahwa dirinya terkadang juga
menginginkan seperti orang lain maupun teman-temannya yang miliki berbagai macam prestasi. MM tidak akan melupakan bahwa ia
memiliki banyak keterbatasan sehingga terkadang dirinya tidak memahami bakat apa yang sebenarnya dimiliki. MM sangat menyukai
pelajaran menggambar, olahraga badminton serta suka memasak saat ia dirumah. Pada dasarnya MM memahami aktivitas seperti itulah
yang bisa ia lakukan mengingat segala keterbatasannya. MM selalu berusaha dalam setiap mata pelajaran yang didapatkan namun ia
menyadari bahwa sekeras apapun usaha untuk mengingat dan mengerjakan soal dengan benar tidak akan bisa diwujudkan. Bantuan
dari pendampingnyalah yang ia harapkan.
c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri