39
f. perkembangan yang terlambat
C. Toksoplasmosis
1. Pengertian Toksoplasmosis
Toksoplasmosis menurut Konishi dalam Indra Chahaya, 2003, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Gibson, MD. 1996
Toxoplasmosis disebabkan oleh toxoplasma gondii, suatu protozoa yang ditemukan pada berbagai spesies burung, hewan dan reptil
dengan penyebaran ke seluruh dunia. Menurut soedarto 2012: 2 menyatakan bahwa:
“Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang sangat penting baik di Indonesia maupun di dunia karena infeksi pada ibu hamil
dapat menimbulkan abortus keguguran, lahir mati atau kecacatan jasmani, kemunduran mental, dan kebutaan pada bayi
yang dilahirkannya”. Soedarto 2011 protozoa yang hidup di darah dan jaringan ini
dapat menyebabkan penyakit toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Toxoplasma gondii hidup intraseluler di dalam sel-sel sistem retikulo-
enddotel dan sel parenkim manusia maupun hewan mamalia terutama kucing dan unggas. Parasit ini dapat timbul radang dan kerusakan pada
kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak. Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif,
sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging
40
mentah atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan Indra Chahaya, 2003: volume 1.
Remington desmonts dalam Indra Chahaya, 2003: volume 1 menyatakan bahwa sebagai parasit, Toxsoplasma gondii ditemukan
dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotetial dan
sistem syaraf pusat.
2. Penularan Toksoplasmosis
Pada manusia penularan toksoplasmosis dapat terjadi melalui cara dapatan acquired pada anak maupun orang dewasa dan secara
congenital penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Penularan secara dapatan terjadi secara oral melalui makanan, melalui udara dan
melalui kulit. Penularan per oral terjadi melalui makanan mentah dalam bentuk daging, susu sapi atau telur unggas yang tercemar
psedokista parasit, penularan melalui udara atau droplet infection dengan
bahan infeksi
berasal dari
penderita pneumonitis
toksoplasmosis dan penularan melalui kulit terjadi akibat sentuhan atau kontak dengan jaringan misalnya daging yang infeksi atau ekskreta
hewan yang sakit misalnya kucing, anjing, babi atau rodensia. Selain itu toksoplasmosis dapat ditularkan melalui transplantasi organ,
transfusi darah atau masuknya takioit ke dalam tubuh melalui lecet
atau luka pada kulit Soedarto, 2011.
41
Soedarto 2011 menambahkan bahwa pada toksoplasmosis kongenital penularan pada janin terjadi melalui plasenta dari ibu hamil
yang menderita toksoplasmosis. Penularan yang terjadi di awal kehamilan, akan menyebabkan terjadinya abortus pada janin, atau
anak lahir dalam keadaan meninggal. Pada infeksi toksoplasmosis yang terjadi pada trisemester akhir kehamilan, janin yang berada dalam
kandungan tidak menunjukkan kelainan. Gejala-gejala klinis toksoplasmosis pada bayi baru terlihat dua tiga bulan pasca kelahiran.
Selain melalui plasenta, Toxoplasma gondii dapat ditularkan dari ibu ke anak melalui air susu ibu, jika ibu tertular parasit ini pada masa
nifas puerperium. Indra Chahaya 2003 menyatakan bahwa setelah tubuh terinfeksi
T. gondii akan terjadi suatu proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Parasit memperbanyak
diri dalam
jumlah besar
pada jaringan
retikuloendotelial dan otak. Pada tahap kedua merupakan tahap pembetukan antibodi setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga
merupakan fase kronik, terbentuknya kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal. Secara singkat menurut Gibson, MD., 1996 penularan pada
manusia dapat terjadi:
42
a. Didapat:
Ditularkan dari hewan, misalnya sapi, domba, babi, kucing, anjing dan hewan pengerat lainnya.Transmisi dari hewan ke orang
mungkin melalui pencernaan, inhalasi droplet yang infeksius. Penularan secara dapatan ini biasanya tidak diketahui karena jarang
menimbulkan gejala. Namun menurut Zaman Keong dalam Indra Chahaya, 2003 gejala klinis yang paling sering dijumpai
pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala.
b. Kongenital:
Ditularkan dari ibu yang terindeksi kepada anaknya melalui plasenta. Jika ibu yang terinfeksi pada awal kehamilan, bayi akan
mengalami abortus atau lahir mati, sedang jika ibu terinfeksi pada akhir kehamilan, bayi dapat lahir hidup, tetapi dapat menunjukkan
tanda-tanda infeksi beberapa minggu atau bulan berikutnya. Ada kemungkinan penularan melalui air susu ibu. Pada anak yang lahir
prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati,
kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata. Menurut Zaman Keong dalam Indra Chahaya, 2003
gambaran klinis toksoplasmosis dapat bermacam-macam yakni ada yang nampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru
timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
43
gambaran eritroblastosis, hidropsfetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau
tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar
asimtomatis atau tanpa gejala. Namun keduanya dapat bersifat akut kemudian akan menjadi kronik dan laten. Gejalanya sulit dibedakan
dengan penyakit lainnya karena gejala tidak nampak secara spesifik. Organisme diduga menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Jaringan yang biasanya terkena adalah otak, paru, hati, limpa, ginjal, kelenjar limfe, otot, sumsum tulang, kelenjar adrenal.
3. Epidemiologi