Aspek moral penerimaan diri

88 sering terjadi NI menarik tangan MM dan terkadang mendorong MM secara paksa untuk mendekati teman-teman yang laki-laki, karena tahu bahwa teman-temannya akan pergi dan menghindar saat MM mendekat. Sesuai dengan pengamatan peneliti dan pernyataan NI : “kadang nek pas kita kan kalo istirahat sok main ayunan bareng temen-temen yang cewek..tapi biasane maenan e udah dipake anak cowok semua..trus nanti MM tak tarik-tarik buat ndeketi temen yang cowok trus nanti pada pergii sama marah-marah..trus akhire yang cewek bisa maen..hehe” wawancara AN.12 Agustus 2016 Situasi tersebut serasa sulit MM hindari, keberanian yang menciut dan lemah saat ingin menolak. MM hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan dari teman-temannya tersebut. Walaupun pada saat hal tersebut berlangsung MMlah yang menjadi sasaran kemarahan teman- teman yang laki-laki dengan umpatan-umpatan yang kasar. Karena baginya melakukan hal seperti ini yang membuatnya dapat memiliki teman dilingkungan sekolah.

i. Aspek moral penerimaan diri

Berpura-pura tidak ada apa-apa saat diejek dan bullying oleh teman-temannya suatu hal yang sering MM lakukan untuk menutupi kepedihan dan rasa kecewanya. Segala julukan dengan berbagai macam bahasa seperti cesh wugh, sing nduwe dalan serta sing nduwe kelas sing medeni telah mampu ia biarkan dan ia sambut dengan senyuman. YM mengakui bahwa ia sering mengatakan cesh wugh dan sing nduwe dalan : “Haha..hooh mba..cesh wugh karo sing nduwe dalan..macem macem ding..Yo karang deknen nek ngeces ngono kae to…sok tibo 89 njuk koyo bom ha teko teko muncul njuk langsung tibo…nguiiiingggg ngiingg wushh derr…nek nduwe dalan karang nek deknen lewat awakdewe dho lungo..wegah cerak- cerak…dadi koyo rojo kae..lewat dipersilahkan…”wawancara YM. 5 Oktober 2016 YM juga mengakui bahwa ia dan teman-temannya merasa risih dan jijik dengan perilaku maupun kebiasaan yang ditunjukkan oleh MM. Namun bagi MM kalimat-kalimat dan ejekan-ejekan yang dilakukan oleh teman-temannya adalah hal yang biasa dan segera diabaikan. MM tidak dapat membohongi dirinya bahwa ia sering merasa tegang, cemas dan bimbang pada saat-saat tertentu. Takut akan mengalami kegagalan dan semacamnya. Raut muka dan respon yang ditunjukkan oleh MM tidak lepas dari pengamatan peneliti. Pada saat mengerjakan soal ujian maupun ulangan, ketegangan, kecemasan tidak dapat MM sembunyikan. Sesekali MM menoleh dan mengisyaratkan kecemasan karena kesulitan dalam mengerjakan soal. hal ini sesuai dengan pernyataan MM : “Iyaa ada..saat ujian dan ulangan..aku sering ga bisa..kalau belajar juga yang keinget Cuma sedikit…” wawancara 7 MM. 26 Agustus 2016 Keterbatasan MM dalam bidang akdemik membuatnya harus mendapatkan pendampingan khusus saat berada disekolah. Karena baginya orang tua MM dan guru bahwa MM perlu pendampingan agar MM dapat menerima pelajaran dengan baik dan lancar. “kami memang sangat membutuhkan pendamping untuk MM, selain tawaran dari sekolah agar MM dapat mengikuti pelajaran seperti teman-teman yang lain..tetapi MM juga bisa merasa aman 90 jika ada yang mengawasi dan mendampinginya.” wawancara TR. 9 September 2016 Sekuat-kuatnya MM dalam menerima keadaan dirinya dan segala cobaan yang ditujukan pada dirinya, MM mengakui bahwa dirinya membutuhkan guru pendamping. Karena bagi dirinya pendamping dapat membantunya dan dapat menutupi kegelisahan serta segala ketegangan dalam menerima berbagai tugas dari sekolah, meskipun ada beberapa teman yang merasa risih dan iri kepada MM. MM tidak banyak berkomentar dan berusaha menikmati keadaannya saat ini.

j. Sikap terhadap penerimaan diri