Berita sebagai Hasil Konstruksi Realitas

harus dilakukan wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai obyektif Eriyanto, 2002:111. Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktekkan dalam produksi berita oleh wartawan. Tuchman menyebut ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Kedua, menampilkan fakta-fakta pendukung. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang paling umum adalah piramida terbalik, dimana informasi yang penting disajikan lebih dulu. Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggungjawaban kepada khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis framing, peneliti harus menjauh dari terminologi seperti bias atau distorsi. Dengan praktek objektivitas seperti yang disebut sebelumnya, media hendak menyatakan bahwa peristiwanya memang benar-benar tejadi.

2.1.6. Berita sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa disini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa Birowo, 2004:168. Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media masaa tentunya melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi yang menjadi berita. Peristiwa yang layak menjadi berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak Eriyanto, 2005:26. Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan wartawan tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan Eriyanto, 2005:3 Berita merupakan hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan ataupun dari institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai Birowo, 2004:176. Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda oleh masing-masing media, hai ini terkait dengan visi, misi dan ideologi yang dipakai oleh masing-masing media Sobur, 2001:vi. Sehingga kadangkala dari hasil pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu. Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat tergantung pada banyak gal seperti pada etika, moral, dan nilai- nilai. Aspek-aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.7. Hubungan antara Media dan Politik