Kompas edisi 7 Oktober 2010 Sintaksis

4.2.1.6. Kompas edisi 7 Oktober 2010 Sintaksis

Kompas masih menampilkan berita pasca pembatalan kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden Yudhoyono di halaman depan dengan judul ”Presiden Tidak Ditangkap” sebagai headline dan masih menggunakan bahasa yang netral, yaitu ”Presiden Tidak Ditangkap”. Dengan menuliskan sub judul ”Kondisi di Belanda Tak Kondusif”, Kompas ingin menegaskan seperti yang tertulis pada lead : ”Den Haag, Kompas – Siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan Belanda atau RVD, Rabu 610, menegaskan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak boleh ditahan jika tiba di Belanda. Sementara itu, sebuah pengadilan di Den Haag juga telah memutuskan untuk membatalkan gugatan Republik Maluku Selatan, Rabu.” Lead ini masih menjelaskan dan menegaskan kalimat kejelasan yang terdapat pada judul berita, dan juga membeberkan fakta apa adanya. Lead tersebut sudah memenuhi ukuran panjang lead yang baik yaitu 30-45 kata. Dan lead tersebut belum lengkap. Meskipun leadnya dapat dipahami masih ada unsur berita yang belum diketahui jika hanya membaca lead. Terdapat unsur waktu, siapa, apa, dimana dan bagaimana dalam lead ini. Hanya unsur mengapa yang tidak ada. Dalam berita ini terdiri atas 23 paragraf ini lebih membahas tentang kerugian-kerugian yang terjadi akibat pembatalan kunjungan Presiden Yudhoyono ke Belanda, kebijakan terhadap RMS, dan reaksi RMS. Latar dalam berita tersebut tertulis pada paragraf enam, yang menyatakan bahwa kondisi politik di Belanda masih belum konklusif dan belum bersih dari proses hukum. Selain itu kerugian yang harus ditanggung juga membuat repot. Seperti yang tercantum pada paragraf tiga dan empat yang garis besarnya tertulis : ”Untuk semua persiapan itu kerugian yang muncul bukan hanya soal materiil, tetapi juga waktu. Hal itu juga membatalkan semua kesempatan atau peluang kerjasama bilateral.” Kali ini Kompas hanya mengutip pernyataan dari dalam pihak Indonesia dan sedikit dari pihak RMS. Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional yaitu Teuku Faizasyah. Sedangkan dari pihak RMS, Kompas mendapatkan pendapat dari pengacara Presiden RMS, E Tahitu. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi menilai pembatalan kunjungan negara ke Belanda merupakan langkah yang tepat. Dalam penutupnya, Kompas menuliskan pernyataan dari Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Sagom Tamboen yang mengatakan kalau jadwal ulang kunjungan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda belum ditentukan. Skrip Frame Kompas juga diamati dari bagaimana Kompas mengisahkan fakta ke dalam bentuk berita skrip berdasarkan unsur kelengkapan berita 5W+1H who, what, where, when, why, how. Kompas lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Unsur apa what disini merujuk pada penegasan siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan Belanda. Sedangkan unsur siapa who ialah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono SBY. Unsur dimana where adalah di Den Haag, Belanda. Unsur kapan when, Rabu, 6 Oktober 2010. Unsur mengapa why disini ialah kondisi di Belanda tak kondusif. Dan unsur terakhir bagaimana how Kompas menuliskan pendapat dari Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional dalam memberi penjelasan soal pembatalan itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional yang menilai pembatalan kunjungan merupakan langkah yang tepat, dan pengacara Presiden RMS yang akan mengajukan banding. Tematik Dari struktur tematik, dalam berita ini terdapat tiga tema yang ingin ditampilkan kepada khalayak pembaca yaitu : Tema pertama adalah mengenai keputusan pengadilan yang menolak gugatan RMS. Selain itu didukung oleh siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan Belanda atau RVD yang menyatakan bahwa Presiden RI tidak boleh ditahan jika tiba di Belanda. Tema kedua adalah kondisi di Belanda tidak kondusif sehingga mengakibatkan adanya ganjalan yang dirasakan pihak Indonesia. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto yang menyatakan bahwa ”Masih ada beberapa gugatan lain yang belum diputus oleh pengadilan.” Tema ketiga adalah pernyataan dukungan yang diberikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi dengan membenarkan langkah yang diambil Presiden. Kutipan pernyataannya adalah : “Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi menilai, pembatalan kunjungan ke Belanda merupakan langkah yang tepat. Pembatalan yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini dapat dilihat sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah Belanda.” Koherensi disini digunakan untuk berbagai bentuk koherensi untuk menjalin antar kata atau kalimat antara lain dengan menggunakan koherensi kata hubung penjelas, pembeda, sebab, akibat, kepada, maupun, saat, dari, sebelum, pada, dan, yang, dengan, dalam, atas, namun, setelah itu, karena, jadi, dengan demikian, secara terpisah, segera, telah, seperti, sehingga. Retoris Unsur grafis pada struktur retoris berita ini menampilkan foto Presiden Yudhoyono yang sedang berpidato. Foto tersebut cukup besar dan menarik perhatian pembaca. Dan sebagai headline di halaman utama, maka huruf-huruf judul berita tersebut dibuat besar dan tebal. Kompas juga menampilkan tabel yang alasan pembatalan kunjungan SBY ke Belanda serta sekilas tentang Souokil yang bersumber dari Litbang Kompas. Tabel 4.10 Frame Kompas Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Terdapat penonjolan kalimat berita yang terletak pada bagian lead berita yang tercantum. Hal ini memaparkan tentang putusan Pengadilan Den Haag yang membatalkan gugatan Republik Maluku Selatan. Skrip Lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Kompas hanya membahas pendapat dari pihak Indonesia dan RMS. Tematik 1. Mengenai keputusan pengadilan yang menolak gugatan RMS. 2. Kondisi di Belanda tidak kondusif. 3. Pernyataan dukungan yang diberikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi dengan membenarkan langkah yang diambil Presiden. Retoris Foto Presiden Yudhoyono sedang berpidato menunjukkan ketegasannya dan menampilkan tabel yang alasan pembatalan kunjungan SBY ke Belanda serta sekilas tentang Souokil yang bersumber dari Litbang Kompas. Dari hasil analisa ini, Kompas membingkai berita pasca pembatalan kunjungan negara ke Belanda dengan lebih obyektif, bahkan memberikan pernyataan yang menyetujui keputusan Presiden tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi. Kompas membahas tentang peninjauan kembali rencana kunjungan negara ke Belanda walaupun belum secara pasti ditentukan waktunya, yang dikemukakan oleh Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Sagom Tamboen.

4.2.1.7. Kompas edisi 8 Oktober 2010 Sintaksis