Hard news : Kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang Soft news Feature : kategori ini berhubungan dengan kisah manusiawi

sementara ibu yang melahirkan 1 bayi itu sudah umum dan wajar, jadi hanya berita biasa. 5. Proximity, peristiwa yang lebih dekat lebih layak diberitakan daripada peristiwa yang jauh, baik dari segi fisik maupun emosional dengan khalayak. Nilai berita tersebut merupakan produk dari konstruksi sosial. Ia menentukan apa yang layak dan apa yang tidak layak disebut berita. Nilai berita membatasi peristiwa mana yang layak disebut berita dan mana yang tidak. Kategori Berita. Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum, menurut Tuchman, wartawan memakai lima kategori berita : hard news, soft news, spot news, developing news, dan continuing news Eriyanto, 2002:109 :

1. Hard news : Kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang

terjadi saat itu sehingga sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Ukuran keberhasilannya adalah seberapa cepat berita ini disampaikan. Peristiwa yang masuk dalam kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan Sidang Paripurna, Penyidikan oleh KPK, bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan bencana alam, kerusuhan.

2. Soft news Feature : kategori ini berhubungan dengan kisah manusiawi

human interest. Soft news tidak dibatasi waktu dan aktualitas. Ia bisa dieritakan kapan saja, karena ukurannya bukan kecepatan penyampaian berita melainkan apakah informasi yang disajikan menyentuh emosi khalayak. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang menarik, seperti harimau langka yang melahirkan atau orang buta yang menyelesaikan studi Strata tiga. 3. Spot news : Spot news merupakan bagian dari hard news. Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan , misalnya bencana alam dan tindak kriminal. 4. Developing news : Developing news juga merupakan bagian dari hard news. Ia juga memberitakan peristiwa yang tidak direncanakan. Namun, developing news merupakan berita lanjutan dari berita sebelumnya yang telah ditambahi elemen-elemen lain. Misalnya berita pertama menceritakan kecelakaan bis yang menewaskan 23 penumpangnya di Tuban, kemudian dilanjutkan oleh berita selanjutnya yang mencantumkan daftar nama-nama korban, dan seterusnya. 5. Continuing news : Continuiting news juga bagian dari hard news. Ia memberitakan peristiwa mana yang direncanakan. Satu peristiwa bisa terjadi kompleks dan tidak terduga tapi mengarah pada satu tema tertentu. Misalnya peristiwa Sidang Istimewa. Kategori berita tersebut diatas dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subyek peristiwa yang menjadi berita. Wartawan memakai kategori berita untuk menggambarkan peristiwa yang akan digunakan sebagai berita. Berdasarkan kategori tersebut, wartawan kemudian menentukan apa yang harus dilakukan, persiapan yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan menangkap peristiwa tersebut. Setiap kategori tersebut menentukan kontrol kerja. Ideologi ProfesionalObyektifitas. Standard professional berhubungan dengan jaminan yang ditekankan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan adalah suatu kebenaran. Obyektifitas dalam proses produksi berita secara umum digambarkan sebagai tidak mencampuradukkan antara fakta dan opini. Berita adalah fakta dan karenanya dalam proses pencarian berita dan penulisan berita sama sekali tidak boleh terdapat opini. Upaya memisahkan fakta dan opini ini biasanya dijabarkan dengan beberapa prosedur. Pertama, dengan melakukan reportase baik lewat pengamatan maupun dengan wawancara. Seringkali pengamatan itu ditekankan dengan kata-kata, seperti langsung dari lapangan. Sedangkan wawancara dengan sumber diberi tanda kutip untuk menekankan bahwa apa yang tersaji adalah yang tergambar di lapangan, bukan rekaan dari wartawan. Kedua, pendapat antara satu sumber dikontraskan dengan sumber lain. Ini seringkali dikatakan sebagai liputan dua sisi cover both sides. Wartawan mewawancarai sumber yang saling berseberangan untuk menekankan bahwa berita ini tidak memiliki satu sisi. Perangkat seperti obyektifitas ini adalah ideologi yang dipercaya wartawan, bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya untuk mencapai kebenaran. Setelah seluruh prosedur dilakukan bisa jadi tetap tidak ada kebenaran yang pasti. Hal ini seperti kerja dokter yang telah melakukan seluruh prosedur namun tidak ada jaminan diagnosa yang dokter katakan benar adanya. Tuchman menyebut prosedur ini sebagai ’ritual’ karena ia direkonstruksi untuk dipercaya dan harus dilakukan oleh wartawan ketika ia menulis berita. Serangkaian prosedur harus dilakukan wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai obyektif Eriyanto, 2002:111. Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktekkan dalam produksi berita oleh wartawan. Tuchman menyebut ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Kedua, menampilkan fakta-fakta pendukung. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang paling umum adalah piramida terbalik, dimana informasi yang penting disajikan lebih dulu. Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggungjawaban kepada khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis framing, peneliti harus menjauh dari terminologi seperti bias atau distorsi. Dengan praktek objektivitas seperti yang disebut sebelumnya, media hendak menyatakan bahwa peristiwanya memang benar-benar tejadi.

2.1.6. Berita sebagai Hasil Konstruksi Realitas