Kompas edisi 6 Oktober 2010 Sintaksis

4.2.1.5. Kompas edisi 6 Oktober 2010 Sintaksis

Harian Kompas senada dengan harian Jawa Pos dengan meletakkan berita ini di halaman utama di hari yang sama. Headline di harian Kompas yaitu ”Presiden Batal ke Belanda” ini sudah sangat jelas dalam menunjukkan pandangannya. Kata-kata yang digunakan dalam judulnya tersebut lebih netral, menggambarkan kondisi yang ada tanpa menghakimi. Hal tersebut juga terlihat pada lead beritanya yaitu : ”Jakarta, Kompas – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda sesaat sebelum lepas landas, Selasa 510. Pembatalan dilakukan karena pengadilan di Belanda menyetujui dimulainya proses hukum atas tuntutan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.” Lead ini menjelaskan dan menegaskan kalimat yang terdapat pada judul berita, dan juga membeberkan fakta apa adanya tanpa menghakimi dari sisi Kompas. Lead tersebut sudah memenuhi ukuran panjang lead yang baik yaitu 30- 45 kata. Dan lead tersebut belum lengkap, tidak semua unsur 5W+1H tidak terjawab. Meskipun leadnya dapat dipahami masih ada unsur berita yang belum diketahui jika hanya membaca lead. Hanya terdapat unsur waktu, siapa, apa dan mengapa dalam lead ini. Dalam berita ini terdiri atas tujuh belas paragraf dengan anak judul ”Ada Ancaman Penangkapan Yudhoyono Setibanya di Bandara Belanda”, yang menjelaskan alasan pembatalan kunjungan Presiden ke Belanda. Latar dalam berita tersebut terdapat pada paragraf lima dan enam. Latar tersebut bisa dilihat dari keterangan Presiden Yudhoyono tentang keputusannya membatalkan kunjungan ke Belanda. Presiden menganggap digelarnya pengadilan itu adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dalam : ”Menurut Presiden, unjuk rasa yang diadakan saat seorang kepala negara berkunjung ke suatu negara adalah hal biasa. Namun yang tidak bisa diterima adalah ketika Presiden RI berkunjung ke Den Haag, atas undangan Ratu Belanda dan PM Belanda, saat itu digelar sebuah pengadilan yang antara lain untuk menuntut ditangkapnya Presiden RI.” Wartawan Kompas juga menuangkan pendapatnya dalam paragraf ke tujuh yang ditulis : ”Tuntutan ke pengadilan yang berlatar politik itu berpotensi menimbulkan salah pengertian dan situasi psikologis yang tidak kondusif.” Kontras dengan harian Jawa Pos yang banyak menuliskan komentar dari berbagai elite politik dari dalam Indonesia, harian Kompas hanya mengutip dari Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Duta Besar RI untuk Belanda J.E. Habibie, Konselor Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar RI untuk Belanda Firdaus Dahlan, Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul Anam serta Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hendardi. Selain itu Kompas mengutip dari pihak negara Belanda Atase Kebudayaan Kedubes Belanda di Jakarta JAM Paul Peters, wartawan Belanda yang bermukim di Jakarta Hilda Jansens dan Juru Bicara RMS Wim Sopacua. Dalam penutup Kompas menuliskan pendapat Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul Anam dan Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hendardi seperti berikut ini : ”....menilai pembatalan kunjungan Presiden itu adalah tindakan berlebihan. Pembatalan itu justru memberikan ruang kepada RMS dan preseden buruk. Presiden semestinya tak perlu khawatir pada proses peradilan.” Skrip Frame Kompas juga diamati dari bagaimana Kompas mengisahkan fakta ke dalam bentuk berita skrip berdasarkan unsur kelengkapan berita 5W+1H who, what, where, when, why, how. Kompas lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Unsur apa what disini merujuk pada ulasan Kompas tentang pembatalan kunjungan kenegaraan secara mendadak. Sedangkan unsur siapa who ialah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono SBY. Unsur dimana where adalah di Ruang VIP Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Unsur kapan when, pembatalan itu diambil pada tanggal 5 Oktober 2010 pukul 14.30. Unsur mengapa why disini ialah Presiden Yudhoyono menganggap dengan digelarnya sidang gugatan pemberontak Republik Maluku Selatan RMS di pengadilan Den Haag yang mempersoalkan Hak Asasi Manusia di Indonesia itu adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Dan unsur terakhir bagaimana how Kompas menuliskan pendapat dari Juru Bicara Kepresidenan dan Duta Besar Indonesia di Belanda dan pihak Belanda serta menghadirkan Juru Bicara RMS Wim Sopacua mengenai pembatalan kunjungan kenegaraan secara mendadak tersebut. Tematik Dari struktur tematik, dalam berita ini terdapat tiga tema yang ingin ditampilkan pada khalayak pembacanya, yaitu : Tema pertama adalah tentang ancaman penangkapan Presiden Yudhoyono setibanya di Belanda. Hal ini tercantum pada paragraf pertama : ”Dalam permohonan di pengadilan itu terdapat pula tuntutan agar Presiden ditangkap saat berkunjung ke Belanda.” Tema kedua adalah alasan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono terkait dengan keputusannya membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda. Presiden menganggap digelarnya pengadilan untuk menangkap Presiden RI adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Tema ketiga adalah pernyataan dari kalangan elite politik yang menganggap keputusan Presiden adalah tindakan yang berlebihan. Mengutip pernyataan Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul Anam dan Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hendardi pada edisinya 6 Oktober 2010 : “…Selasa, menilai pembatalan kunjungan Presiden itu adalah tindakan berlebihan. Pembatalan itu justru memberikan ruang kepada RMS dan Presiden buruk. Presiden semestinya tak perlu khawatir soal proses peradilan.” Koherensi disini digunakan untuk berbagai bentuk koherensi untuk menjalin antar kata atau kalimat antara lain dengan menggunakan keherensi kata hubung penjelas, pembeda, sebab, akibat, kepada, maupun, saat, dari, sebelum, pada, dan, yang, dengan, dalam, atas, namun, setelah itu, karena, jadi, dengan demikian, secara terpisah, segera, telah, seperti, sehingga. Retoris Frame Kompas juga didukung oleh aspek retoris untuk memberikan makna tertentu pada pembacanya. Seperti penggunaan leksikon atau penekanan pada kata ”menyurutkan langkah”, kutipan lengkapnya ”Ancaman keamanan terhadap seorang kepala negara saat kunjungan ke suatu negara juga adalah resiko yang dipandang tak perlu menyurutkan langkah.”, maksudnya disini adalah mundur. Selain itu adanya kata ”kerikil” dalam kalimat ”Kerikil hubungan Indonesia – Belanda” memiliki arti bahwa hubungan dua negara ini tidak berjalan mulus dengan adanya masalah-masalah kecil. Unsur grafis pada struktur retoris berita ini menampilkan foto Presiden Yudhoyono yang menopang dagu dengan tangannya seperti sedang berpikir. Foto tersebut cukup besar dan menarik perhatian pembaca. Dan sebagai deadline di halaman utama, maka huruf-huruf judul berita tersebut dibuat besar dan tebal. Kompas juga menampilkan tabel yang berisi masalah-masalah yang selama ini dialami antara Indonesia dan Belanda serta Agenda kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Belanda yang bersumber dari Litbang Kompas. Tabel 4.9 Frame Kompas Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Terdapat penonjolan kalimat berita yang terletak pada bagian lead berita yang tercantum. Presiden menganggap digelarnya pengadilan itu adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia Skrip Lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Menampilkan pendapat dari pihak Belanda dan RMS. Tematik 1. Tentang ancaman penangkapan Presiden Yudhoyono setibanya di Belanda. 2. Alasan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono terkait dengan keputusannya membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda. 3. Pernyataan dari kalangan elite politik yang menganggap keputusan Presiden adalah tindakan yang berlebihan. Retoris Menampilkan foto Presiden Yudhoyono yang menopang dagu dengan tangannya seperti sedang berpikir. Hal ini diartikan sebagai suatu sikap ketegasan. Menampilkan juga tabel yang berisi masalah-masalah yang selama ini dialami antara Indonesia dan Belanda serta Agenda kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Belanda. Dari analisis di atas, dapat dilihat Kompas dalam membingkai berita pembatalan kunjungan kenegaraan ke Belanda oleh Presiden Yudhoyono secara lebih obyektif, tanpa melihat dari sudut pandang manapun, sehingga memberikan judul yang sesuai dengan fakta yaitu Presiden Batal ke Belanda. Disini Kompas juga mencantumkan beberapa pihak dari Belanda, yaitu Atase Kebudayaan Kedubes Belanda di Jakarta JAM Paul Peters, wartawan Belanda yang bermukim di Jakarta Hilda Jansens dan juga menampilkan Juru Bicara RMS Wim Sopacua. Kompas juga menyertakan tabel tentang masalah yang selama ini dialami antara kedua negara Indonesia-Belanda dan agenda kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono di Belanda. Meskipun demikian, Jawa Pos dan Kompas sama-sama membahas tentang masalah Republik Maluku Selatan RMS dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dituduhkan.

4.2.1.6. Kompas edisi 7 Oktober 2010 Sintaksis