Belanda
Retoris Judul dengan huruf besar, tebal dan menjadi headline:
1. SBY Tak Berani ke Belanda
2. Tolak Tangkap SBY
3. Sindir Sidang di Den Haag Tercepat
Kolom grafis berupa foto dan gambar : 1.
Presiden Yudhoyono yang menunuduk dapat diartikan Presiden merasa malu dan takut untuk
menatap orang-orang di sekitarnya karena keputusan pembatalan kunjungan kenegaraannya
tersebut.
Tidak ada tabel berita.
Leksikon : 1.
”menunduk”, ysang berarti sikap kurang tegas Presiden,
2. ”sambutan hangat”, adalah sebuah sikap kesiapan,
3. ”berbesar hati”, yang berarti menerima apa adanya.
4.2.1.5. Kompas edisi 6 Oktober 2010 Sintaksis
Harian Kompas senada dengan harian Jawa Pos dengan meletakkan berita ini di halaman utama di hari yang sama. Headline di harian Kompas yaitu
”Presiden Batal ke Belanda” ini sudah sangat jelas dalam menunjukkan pandangannya. Kata-kata yang digunakan dalam judulnya tersebut lebih netral,
menggambarkan kondisi yang ada tanpa menghakimi. Hal tersebut juga terlihat pada lead beritanya yaitu :
”Jakarta, Kompas – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda sesaat sebelum lepas landas, Selasa
510. Pembatalan dilakukan karena pengadilan di Belanda menyetujui dimulainya proses hukum atas tuntutan dugaan pelanggaran hak asasi
manusia di Indonesia.” Lead ini menjelaskan dan menegaskan kalimat yang terdapat pada judul
berita, dan juga membeberkan fakta apa adanya tanpa menghakimi dari sisi Kompas. Lead tersebut sudah memenuhi ukuran panjang lead yang baik yaitu 30-
45 kata. Dan lead tersebut belum lengkap, tidak semua unsur 5W+1H tidak terjawab. Meskipun leadnya dapat dipahami masih ada unsur berita yang belum
diketahui jika hanya membaca lead. Hanya terdapat unsur waktu, siapa, apa dan mengapa dalam lead ini.
Dalam berita ini terdiri atas tujuh belas paragraf dengan anak judul ”Ada Ancaman Penangkapan Yudhoyono Setibanya di Bandara Belanda”, yang
menjelaskan alasan pembatalan kunjungan Presiden ke Belanda. Latar dalam berita tersebut terdapat pada paragraf lima dan enam. Latar
tersebut bisa dilihat dari keterangan Presiden Yudhoyono tentang keputusannya
membatalkan kunjungan ke Belanda. Presiden menganggap digelarnya pengadilan itu adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Hal ini terlihat
dalam : ”Menurut Presiden, unjuk rasa yang diadakan saat seorang kepala negara
berkunjung ke suatu negara adalah hal biasa. Namun yang tidak bisa diterima adalah ketika Presiden RI berkunjung ke Den Haag, atas
undangan Ratu Belanda dan PM Belanda, saat itu digelar sebuah pengadilan yang antara lain untuk menuntut ditangkapnya Presiden RI.”
Wartawan Kompas juga menuangkan pendapatnya dalam paragraf ke
tujuh yang ditulis : ”Tuntutan ke pengadilan yang berlatar politik itu berpotensi menimbulkan
salah pengertian dan situasi psikologis yang tidak kondusif.” Kontras dengan harian Jawa Pos yang banyak menuliskan komentar dari
berbagai elite politik dari dalam Indonesia, harian Kompas hanya mengutip dari Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Duta Besar RI untuk Belanda J.E.
Habibie, Konselor Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar RI untuk Belanda Firdaus Dahlan, Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul
Anam serta Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hendardi. Selain itu Kompas mengutip dari pihak negara Belanda Atase Kebudayaan Kedubes Belanda di
Jakarta JAM Paul Peters, wartawan Belanda yang bermukim di Jakarta Hilda Jansens dan Juru Bicara RMS Wim Sopacua.
Dalam penutup Kompas menuliskan pendapat Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul Anam dan Ketua Badan Pekerja Setara Institute
Hendardi seperti berikut ini : ”....menilai pembatalan kunjungan Presiden itu adalah tindakan
berlebihan. Pembatalan itu justru memberikan ruang kepada RMS dan
preseden buruk. Presiden semestinya tak perlu khawatir pada proses peradilan.”
Skrip
Frame Kompas juga diamati dari bagaimana Kompas mengisahkan fakta ke dalam bentuk berita skrip berdasarkan unsur kelengkapan berita 5W+1H
who, what, where, when, why, how. Kompas lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Unsur apa what disini merujuk pada ulasan
Kompas tentang pembatalan kunjungan kenegaraan secara mendadak. Sedangkan unsur siapa who ialah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono SBY.
Unsur dimana where adalah di Ruang VIP Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Unsur kapan when, pembatalan itu diambil pada tanggal 5 Oktober 2010
pukul 14.30. Unsur mengapa why disini ialah Presiden Yudhoyono menganggap dengan digelarnya sidang gugatan pemberontak Republik Maluku Selatan RMS
di pengadilan Den Haag yang mempersoalkan Hak Asasi Manusia di Indonesia itu adalah sesuatu yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Dan unsur terakhir
bagaimana how Kompas menuliskan pendapat dari Juru Bicara Kepresidenan dan Duta Besar Indonesia di Belanda dan pihak Belanda serta menghadirkan Juru
Bicara RMS Wim Sopacua mengenai pembatalan kunjungan kenegaraan secara mendadak tersebut.
Tematik
Dari struktur tematik, dalam berita ini terdapat tiga tema yang ingin ditampilkan pada khalayak pembacanya, yaitu :
Tema pertama adalah tentang ancaman penangkapan Presiden Yudhoyono setibanya di Belanda. Hal ini tercantum pada paragraf pertama :
”Dalam permohonan di pengadilan itu terdapat pula tuntutan agar Presiden ditangkap saat berkunjung ke Belanda.”
Tema kedua adalah alasan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono terkait
dengan keputusannya membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda. Presiden menganggap digelarnya pengadilan untuk menangkap Presiden RI adalah sesuatu
yang menyinggung harga diri bangsa Indonesia. Tema ketiga adalah pernyataan dari kalangan elite politik yang
menganggap keputusan Presiden adalah tindakan yang berlebihan. Mengutip
pernyataan Wakil Direktur Human Rights Working Group Choirul Anam dan Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hendardi pada edisinya 6 Oktober 2010 :
“…Selasa, menilai pembatalan kunjungan Presiden itu adalah tindakan berlebihan. Pembatalan itu justru memberikan ruang kepada RMS dan
Presiden buruk. Presiden semestinya tak perlu khawatir soal proses peradilan.”
Koherensi disini digunakan untuk berbagai bentuk koherensi untuk menjalin antar kata atau kalimat antara lain dengan menggunakan keherensi kata
hubung penjelas, pembeda, sebab, akibat, kepada, maupun, saat, dari, sebelum, pada, dan, yang, dengan, dalam, atas, namun, setelah itu, karena, jadi, dengan
demikian, secara terpisah, segera, telah, seperti, sehingga.
Retoris
Frame Kompas juga didukung oleh aspek retoris untuk memberikan makna tertentu pada pembacanya. Seperti penggunaan leksikon atau penekanan
pada kata ”menyurutkan langkah”, kutipan lengkapnya ”Ancaman keamanan terhadap seorang kepala negara saat kunjungan ke suatu negara juga adalah resiko
yang dipandang tak perlu menyurutkan langkah.”, maksudnya disini adalah
mundur. Selain itu adanya kata ”kerikil” dalam kalimat ”Kerikil hubungan Indonesia – Belanda” memiliki arti bahwa hubungan dua negara ini tidak berjalan
mulus dengan adanya masalah-masalah kecil. Unsur grafis pada struktur retoris berita ini menampilkan foto Presiden
Yudhoyono yang menopang dagu dengan tangannya seperti sedang berpikir. Foto tersebut cukup besar dan menarik perhatian pembaca. Dan sebagai deadline di
halaman utama, maka huruf-huruf judul berita tersebut dibuat besar dan tebal. Kompas juga menampilkan tabel yang berisi masalah-masalah yang selama ini
dialami antara Indonesia dan Belanda serta Agenda kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Belanda yang bersumber dari Litbang Kompas.
Tabel 4.9 Frame Kompas
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Terdapat penonjolan kalimat berita yang terletak pada
bagian lead berita yang tercantum. Presiden menganggap digelarnya pengadilan itu adalah sesuatu yang
menyinggung harga diri bangsa Indonesia
Skrip Lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana
how. Menampilkan pendapat dari pihak Belanda dan RMS.
Tematik 1. Tentang ancaman penangkapan Presiden
Yudhoyono setibanya di Belanda. 2.
Alasan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono terkait dengan keputusannya membatalkan
kunjungan kenegaraan ke Belanda.
3. Pernyataan dari kalangan elite politik yang
menganggap keputusan Presiden adalah tindakan yang berlebihan.
Retoris Menampilkan foto Presiden Yudhoyono yang menopang
dagu dengan tangannya seperti sedang berpikir. Hal ini diartikan sebagai suatu sikap ketegasan. Menampilkan
juga tabel yang berisi masalah-masalah yang selama ini dialami antara Indonesia dan Belanda serta Agenda
kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Belanda.
Dari analisis di atas, dapat dilihat Kompas dalam membingkai berita pembatalan kunjungan kenegaraan ke Belanda oleh Presiden Yudhoyono secara
lebih obyektif, tanpa melihat dari sudut pandang manapun, sehingga memberikan judul yang sesuai dengan fakta yaitu Presiden Batal ke Belanda.
Disini Kompas juga mencantumkan beberapa pihak dari Belanda, yaitu Atase Kebudayaan Kedubes Belanda di Jakarta JAM Paul Peters, wartawan
Belanda yang bermukim di Jakarta Hilda Jansens dan juga menampilkan Juru Bicara RMS Wim Sopacua.
Kompas juga menyertakan tabel tentang masalah yang selama ini dialami antara kedua negara Indonesia-Belanda dan agenda kunjungan kenegaraan
Presiden Yudhoyono di Belanda. Meskipun demikian, Jawa Pos dan Kompas sama-sama membahas tentang
masalah Republik Maluku Selatan RMS dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dituduhkan.
4.2.1.6. Kompas edisi 7 Oktober 2010 Sintaksis
Kompas masih menampilkan berita pasca pembatalan kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden Yudhoyono di halaman depan dengan judul
”Presiden Tidak Ditangkap” sebagai headline dan masih menggunakan bahasa yang netral, yaitu ”Presiden Tidak Ditangkap”. Dengan menuliskan sub judul
”Kondisi di Belanda Tak Kondusif”, Kompas ingin menegaskan seperti yang tertulis pada lead :
”Den Haag, Kompas – Siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan Belanda atau RVD, Rabu 610, menegaskan bahwa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tidak boleh ditahan jika tiba di Belanda. Sementara itu, sebuah pengadilan di Den Haag juga telah memutuskan untuk
membatalkan gugatan Republik Maluku Selatan, Rabu.” Lead ini masih menjelaskan dan menegaskan kalimat kejelasan yang
terdapat pada judul berita, dan juga membeberkan fakta apa adanya. Lead tersebut sudah memenuhi ukuran panjang lead yang baik yaitu 30-45 kata. Dan lead
tersebut belum lengkap. Meskipun leadnya dapat dipahami masih ada unsur berita yang belum diketahui jika hanya membaca lead. Terdapat unsur waktu, siapa, apa,
dimana dan bagaimana dalam lead ini. Hanya unsur mengapa yang tidak ada. Dalam berita ini terdiri atas 23 paragraf ini lebih membahas tentang
kerugian-kerugian yang terjadi akibat pembatalan kunjungan Presiden Yudhoyono ke Belanda, kebijakan terhadap RMS, dan reaksi RMS.
Latar dalam berita tersebut tertulis pada paragraf enam, yang menyatakan bahwa kondisi politik di Belanda masih belum konklusif dan belum bersih dari
proses hukum. Selain itu kerugian yang harus ditanggung juga membuat repot. Seperti yang tercantum pada paragraf tiga dan empat yang garis besarnya tertulis :
”Untuk semua persiapan itu kerugian yang muncul bukan hanya soal materiil, tetapi juga waktu. Hal itu juga membatalkan semua kesempatan
atau peluang kerjasama bilateral.” Kali ini Kompas hanya mengutip pernyataan dari dalam pihak Indonesia
dan sedikit dari pihak RMS. Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional yaitu Teuku Faizasyah.
Sedangkan dari pihak RMS, Kompas mendapatkan pendapat dari pengacara Presiden RMS, E Tahitu. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional
Muladi menilai pembatalan kunjungan negara ke Belanda merupakan langkah yang tepat.
Dalam penutupnya, Kompas menuliskan pernyataan dari Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan Sagom Tamboen yang mengatakan kalau jadwal ulang kunjungan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda belum ditentukan.
Skrip
Frame Kompas juga diamati dari bagaimana Kompas mengisahkan fakta ke dalam bentuk berita skrip berdasarkan unsur kelengkapan berita 5W+1H
who, what, where, when, why, how. Kompas lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana how. Unsur apa what disini merujuk pada penegasan
siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan Belanda. Sedangkan unsur siapa who ialah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono SBY. Unsur dimana
where adalah di Den Haag, Belanda. Unsur kapan when, Rabu, 6 Oktober
2010. Unsur mengapa why disini ialah kondisi di Belanda tak kondusif. Dan unsur terakhir bagaimana how Kompas menuliskan pendapat dari Staf Khusus
Presiden Bidang Hubungan Internasional dalam memberi penjelasan soal pembatalan itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional yang menilai pembatalan
kunjungan merupakan langkah yang tepat, dan pengacara Presiden RMS yang akan mengajukan banding.
Tematik
Dari struktur tematik, dalam berita ini terdapat tiga tema yang ingin ditampilkan kepada khalayak pembaca yaitu :
Tema pertama adalah mengenai keputusan pengadilan yang menolak gugatan RMS. Selain itu didukung oleh siaran pers Dinas Penerangan Kerajaan
Belanda atau RVD yang menyatakan bahwa Presiden RI tidak boleh ditahan jika tiba di Belanda.
Tema kedua adalah kondisi di Belanda tidak kondusif sehingga mengakibatkan adanya ganjalan yang dirasakan pihak Indonesia. Hal ini seperti
yang dinyatakan oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto yang menyatakan bahwa ”Masih ada beberapa gugatan lain yang belum diputus oleh pengadilan.”
Tema ketiga adalah pernyataan dukungan yang diberikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi dengan membenarkan langkah yang
diambil Presiden. Kutipan pernyataannya adalah : “Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi menilai, pembatalan
kunjungan ke Belanda merupakan langkah yang tepat. Pembatalan yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini dapat dilihat
sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah Belanda.”
Koherensi disini digunakan untuk berbagai bentuk koherensi untuk menjalin antar kata atau kalimat antara lain dengan menggunakan koherensi kata
hubung penjelas, pembeda, sebab, akibat, kepada, maupun, saat, dari, sebelum, pada, dan, yang, dengan, dalam, atas, namun, setelah itu, karena, jadi, dengan
demikian, secara terpisah, segera, telah, seperti, sehingga.
Retoris
Unsur grafis pada struktur retoris berita ini menampilkan foto Presiden Yudhoyono yang sedang berpidato. Foto tersebut cukup besar dan menarik
perhatian pembaca. Dan sebagai headline di halaman utama, maka huruf-huruf judul berita tersebut dibuat besar dan tebal. Kompas juga menampilkan tabel yang
alasan pembatalan kunjungan SBY ke Belanda serta sekilas tentang Souokil yang bersumber dari Litbang Kompas.
Tabel 4.10 Frame Kompas
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Terdapat penonjolan kalimat berita yang terletak pada
bagian lead berita yang tercantum. Hal ini memaparkan tentang putusan Pengadilan Den Haag yang
membatalkan gugatan Republik Maluku Selatan.
Skrip Lebih menekankan pada dasar apa what dan bagaimana
how. Kompas hanya membahas pendapat dari pihak Indonesia dan RMS.
Tematik 1. Mengenai keputusan pengadilan yang menolak
gugatan RMS. 2.
Kondisi di Belanda tidak kondusif. 3.
Pernyataan dukungan yang diberikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi
dengan membenarkan langkah yang diambil Presiden.
Retoris Foto Presiden Yudhoyono sedang berpidato
menunjukkan ketegasannya dan menampilkan tabel yang alasan pembatalan kunjungan SBY ke Belanda serta
sekilas tentang Souokil yang bersumber dari Litbang Kompas.
Dari hasil analisa ini, Kompas membingkai berita pasca pembatalan kunjungan negara ke Belanda dengan lebih obyektif, bahkan memberikan
pernyataan yang menyetujui keputusan Presiden tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi.
Kompas membahas tentang peninjauan kembali rencana kunjungan negara ke Belanda walaupun belum secara pasti ditentukan waktunya, yang
dikemukakan oleh Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Sagom Tamboen.
4.2.1.7. Kompas edisi 8 Oktober 2010 Sintaksis
Pada pemberitaan kali ini, Kompas tidak lagi menampilkan berita mengenai pembatalan kunjungan negara ke Belanda oleh Presiden di halaman
depan. Kompas menuliskannya di halaman politik. Kompas menganggap berita ini merupakan berita politik dan lebih menampilkan tentang kemacetan Jakarta
sebagai headline pada edisinya kali ini. Kompas mengambil judul ”SBY Tunggu Perkembangan dengan maksud
Presiden merasa ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan. Berita ini memuat 17 paragraf yang membahas tentang sikap yang diambil Presiden pasca
penundaan kebernagkatannya ke Belanda Rabu lalu. Dengan mencantumkan anak judul ”Wattilete Merasa ”Menang” meski Kalah di Pengadilan”, ini menunjukkan
bagian mana yang juga dibahas dalam koran ini. Kompas lebih menunjukkan bagaimana sudutu pandang dari pihak Republik Maluku Selatan RMS tentang
keputusan Presiden ini. Lead yang ditulis Kompas jelas menggambarkan bagaimana reaksi RMS
mengenai pembatalan kunjungan oleh Presiden dan putusan pengadilan Den Haag yang telah menolak gugatannya. Hal itu tercantum sebagai berikut :
”DEN HAAG, KOMPAS – Kalah perkara di pengadilan Den Haag dan bahkan harus membayar biaya persidangan, akan tetapi John Wattilete,
yang mengaku diri Presiden Republik Maluku Selatan di pengasingan, merasa ”menang” karena berhasil menunda kunjungan Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda.” Lead ini sudah baik yaitu mengandung 35-40 kata. Akan tetapi lead ini
kurang dalam mencantumkan aspek unsur 5W+1H. Hanya ada unsur apa dan
siapa dalam lead ini. Ini membuat pembaca harus membaca seluruh beritanya agar mengerti betul mengenai pemberitaan ini.
Latar dalam berita ini terdapat pada pafagraf enam dan tujuh, yang menjelaskan mengenai kekalahan dan ditolaknya gugatan RMS oleh proses
praperadilan kilat Belanda yang meminta Presiden Yudhoyono ditangkap untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun dinyatakan
kalah, pengacara Wattilete, E Tahitu akan mengajukan banding. Presiden sudah menegaskan alasannya membatalkan kunjungan negara ke
Belanda Rabu lalu sudah melalui beberapa pertimbangan. Kompas menulis tentang pertimbangan yang dimaksud Presiden dengan porsi yang sedikit yang
merupakan intinya saja. Presiden meyatakan akan melihat perkembangan lebih lanjut sebelum memutuskan kembali melakukan kunjungan ke Belanda. Seperti
inilah pernyataan Presiden itu : ”Menunda sambil melihat perkembangan lebih lanjut. Sebab,
sesungguhnya Indonesia ingin menjalin persahabatan dengan negara manapun, termasuk dengan kerajaan Belanda, yang justru pada saat
terakhir ini hubungan kita sangat baik sekali.” Kompas menampilkan komentar dari Presiden RMS John Wattilete yang
menyambut gembira penundaan kunjungan Presiden Yudhoyono ke Belanda. Selain itu ada juga komentar Duta Besar RI untuk Belanda Junus Habibie, serta
pendapat dari mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Menurut Duta Besar RI untuk Belanda Junus Habibie, dirinya tidak perlu
bicara langsung dengan Presiden RMS karena menganggap organisasi ini tidak sah. Sedangkan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyarankan agar
Presiden Yudhoyono harus secepatnya kembali melakukan lawatan ke Belanda.
Dalam penutup, dicantumkan pendapat Jusuf Kalla menanggapi isu soal keberadaan RMS yang semestinya tidak perlu dirisaukan, seperti berikut :
”Seharusnya isu tentang RMS tak usah diperhatikan lagi. RMS sudah tidak ada apa-apanya. Mereka tak boleh lagi diberi peluang untuk
kembali.” Skrip
Frame Kompas juga diamati dari bagaimana Kompas mengisahkan fakta ke dalam bentuk berita skrip berdasarkan unsur kelengkapan berita 5W+1H
who, what, where, when, why, how. Kompas lebih menekankan pada dasar mengapa why dan bagaimana how. Unsur apa what disini merujuk pada
reaksi RMS menanggapi penundaan kunjungan Presiden ke Belanda. Sedangkan unsur siapa who ialah Presiden RMS John Wattilete. Unsur dimana where
adalah di kantor berita ANP, Belanda. Unsur kapan when, Kamis, 7 Oktober 2010. Unsur mengapa why disini ialah ditolaknya gugatan RMS oleh pengadilan
Belanda. Dan unsur terakhir bagaimana how Kompas menuliskan pernyataan dari Duta Besar RI untuk Belanda Junus Habibie dalam menanggapi soal RMS,
dan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyarankan agar Presiden Yudhoyono harus secepatnya kembali melakukan lawatan ke Belanda.
Tematik
Dari struktur tematik, dalam berita ini terdapat tiga tema yang ingin ditampilkan khalayak pembaca yaitu :
Tema pertama adalah penegasan dari Presiden Yudhoyono mengenai keputusan pembatalannya ke Belanda. Presiden menunda kunjungan sambil
melihat perkembangan lebih lanjut. Menurut Presiden, lebih baik menunda
kunjungan negara terlebih dahulu daripada tetap berkunjung tapi menimbulkan komplikasi politik dan menimbulkan permasalahan yang lebih serius.
Tema kedua adalah bagaimana reaksi dari pihak RMS dalam menanggapi pembatalan kunjungan Presiden. Presiden RMS John Wattilete merasa ”menang ”
dan ”menyambut gembira” penundaan keberangkatan Presiden ke Belanda. Berikut ini kutipan kegembiraannya :
”Kenyataan ini lebih indah daripada mimpi. Siapa sangka kami RMS mampu menghalangi kunjungan kenegaraan Presiden RI?”
Walaupun begitu, pihak RMS tetap menyatakan akan naik banding.
Mereka optimis dan percaya sistem demokrasi di Belanda mampu membantu meraih hak asasi yang diimpikan rakyat Maluku. John Wattilete juga memaparkan
bagaimana perbedaan sikap yang ditunjukkan Presiden Yudhoyono dengan Gus Dur yang saat itu menjabat Presiden. Menurutnya, Gus Dur lebih bisa diajak
berdialog dan bertukar pikiran. Tema ketiga ialah pendapat dari mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla
yang menyarankan agar Presiden Yudhoyono sesegera mungkin ke Belanda. Menurutnya, kunjungan itu dapat meredam isu yang dapat mempengaruhi
hubungan antara Indonesia dengan Belanda. Menurut Jusuf Kalla, RMS bukanlah suatu organisasi sah yang tidak perlu mendapat perhatian lebih.
Koherensi disini digunakan untuk berbagai bentuk koherensi untuk menjalin antar kata atau kalimat antara lain dengan menggunakan keherensi kata
hubung penjelas, pembeda, sebab, akibat, kepada, maupun, saat, dari, sebelum, pada, dan, yang, dengan, dalam, atas, namun, setelah itu, karena, jadi, dengan
demikian, secara terpisah, segera, telah, seperti, sehingga.
Retoris
Penggunaan kata ”menang” dalam kutipan lengkap ”Wattilete merasa ”menang” meski kalah di pengadilan menunjukkan adanya antonim atau lawan
kata yang memiliki arti merasa puas dan bangga meskipun gugatannya ditolak oleh pengadilan. Sedangkan kata ”disambut gembira” dalam kutipan lengkap
”Meski demikian, penundaan keberangkatan Presiden SBY ke Belanda itu juga justru ”disambut gembira” oleh John Wattilete, orang yang mengaku dari Presiden
RMS di pengasingan.” disini diartikan bahwa ada kegembiraan dan rasa puas karena menanggap mampu menghalangi kunjungan Presiden ke Belanda.
Unsur grafis pada struktur retoris berita ini menampilkan tulisan dan gambar camcorder kecil di akhir berita yang meminta pembaca agar melihat video
”SBY Belum Pastikan Kunjungan ke Belanda”. Huruf dan gambar ini walaupun kecil tapi dicetak leih tebal dari tulisan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca menaruh perhatian kemudian menonton berita lengkapnya pada alamat yang sudah dicantumkan Kompas yaitu di vod.kompas.comkunjunganbelanda.
Tabel 4.11 Frame Kompas
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Terdapat penonjolan kalimat berita yang terletak pada
bagian lead berita yang tercantum. Hal ini memaparkan bagaimana reaksi RMS mengenai pembatalan kunjungan
oleh Presiden dan putusan pengadilan Den Haag yang telah menolak gugatannya
Skrip Lebih menekankan pada dasar mengapa why dan
bagaimana how. Jawa Pos menuliskan pendapat dari Kompas menuliskan pernyataan dari Duta Besar RI
untuk Belanda Junus Habibie dan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Tematik 1. Penegasan dari Presiden Yudhoyono mengenai
keputusan pembatalannya ke Belanda. Presiden menunda kunjungan sambil melihat
perkembangan lebih lanjut.Mengenai dampak pembatalan lawatan Presiden ke Belanda.
2. Mengenai reaksi dari pihak RMS dalam
menanggapi pembatalan kunjungan Presiden RI ke Belanda.
3. Mengenai pendapat dari mantan Wakil Presiden
RI Jusuf Kalla yang menyarankan agar Presiden Yudhoyono sesegera mungkin ke Belanda.
Retoris Pemakaian bahasa leksikon untuk mendukung
gagasanpendapat serta note kecil sesudah penulisan berita.
Dari hasil analisis ini, Kompas membingkai berita mengenai penegasan alasan Presiden membatalkan kunjungan negara ke Belanda dengan lebih obyektif
dan tidak terlalu mempermasalahkan. Justru dalam hal ini Kompas lebih membahas dan juga mencantumkan
pandangan dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyarankan agar Presiden Yudhoyono harus sesegera mungkin menjadwal ulang lawatan ke
Belanda agar tidak mengganggu hubungan antara Indonesia dengan Belanda.
4.2.1.8. Frame Kompas
Dari hasil analisis berita di Kompas edisi 6, 7 dan 8 Oktober 2010, frame yang dibangun dari surat kabar ini adalah :
Tabel 4.12 Elemen Strategi
Penulisan Sintaksis
Menekankan pemberitaan sesuia dengan headline dan lead seputar kasus pembatalan kunjungan negara ke
Belanda oleh Presiden Yudhoyono. Menekankan pendapat tidak hanya dari pihak Indonesia saja, tapi
juga dari sudut pandang kubu RMS dan pihak Belanda.
Skrip Menunjukkan penekanan pada setiap isi beritanya
berdasarkan beragam tanggapan positif dan negatif narasumber yang disajikan berimbang, hanya fokus
pada tema berita yang ditampilkan serta mengutip kalimat narasumber.
Tematik 1.
Tentang ancaman penangkapan Presiden Yudhoyono setibanya di Belanda.
2. Alasan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono
terkait dengan keputusannya membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda.
3. Pernyataan dari kalangan elite politik yang
menganggap keputusan Presiden adalah tindakan yang berlebihan.
4. Mengenai keputusan pengadilan yang menolak
gugatan RMS. 5.
Kondisi di Belanda tidak kondusif. 6.
Pernyataan dukungan yang diberikan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi
dengan membenarkan langkah yang diambil Presiden.
7. Penegasan dari Presiden Yudhoyono mengenai
keputusan pembatalannya ke Belanda. Presiden menunda kunjungan sambil melihat
perkembangan lebih lanjut.Mengenai dampak pembatalan lawatan Presiden ke Belanda.
8. Mengenai reaksi dari pihak RMS dalam
menanggapi pembatalan kunjungan Presiden RI ke Belanda.
9. Mengenai pendapat dari mantan Wakil Presiden
RI Jusuf Kalla yang menyarankan agar Presiden
Yudhoyono sesegera mungkin ke Belanda.
Retoris Judul dengan huruf besar, tebal dan menjadi headline :
1. Presiden Batal ke Belanda
2. Presiden Tidak Ditangkap
3. SBY Tunggu Perkembangan
Kolom grafis berupa foto dan gambar : 1.
Presiden Yudhoyono sedang menopang dagu dan terlihat sedang berpikir, hal ini menunjukkan
sikap ketegasan yang dimiliki seorang Presiden dalam mengambil setiap keputusan.
2. Presiden Yudhoyono sedang berpidato,
menunjukkan sikap Presiden yang tegas dan transparan dalam mengambil keputusan.
Tabel berita : 1.
Kerikil hubungan Indonesia-Belanda 2.
Agenda Kunjungan Kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Belanda
3. Alasan Pembatalan Kunjungan SBY ke Belanda
4. gugatan RMS
5. Sekilas tentang Soumokil
Leksikon : ”menang”, ”disambut gembira” Adanya note bergambar camcorder.
4.3. Teori Hierarchy of Influence
Sebagaimana ditunjukkan oleh Shoemaker dan Reese 1991, terdapat banyak variable yang mempengaruhi isi media. Faktor-faktor itu terbagi atas dua
bagian besar, yaitu factor di dalam media dan di luar media. Faktor di dalam media berkaitan dengan karakteristik individu dan di luar media. Faktor di dalam
media berkaitan dengan karakteristik individu pekerja media komunikator dan rutinitas yang berlangsung dalam organisasi media media routine. Sedangkan
faktor di luar media adalah variabel ekstramedia yang antara lain adalah sumber- sumber informasi media, pengiklan, khalayak sasaran, control pemerintahan atau
pasar media. Sementara itu, variabel di tingkat ideologi worldview mempersoalkan berbagai sistem kepercayaan, nilai, dan makna yang digunakan
oleh media massa untuk menentukan isi yang ditampilkan. Shoemaker dan Reese menyebut pengaruh-pengaruh tersebut sebagai “Hierarchy of Influence” yang
merupakan lapisan-lapisan yang melingkupi institusi media tersebut, dimulai dari faktor ideologi yang merupakan sistem yang bersifat makro sampai pada yang
lebih mikro, yaitu karakteristik individu pekerja media. Tiap tingkatan memiliki jangkauan tersendiri namun tetap tunduk dan dibatasi oleh tingkatan hierarki yang
tinggi. 1.
Tingkat Individu Individual Level Pengaruh individu pekerja media, diantaranya adalah karakteristik pekerja
komunikasi, latar belakang personal dan profesional. Sikap, nilai, agama individu