Kohesi dalam Bahasa Indonesia

25 wacana yang terikat peristiwa urutan ekspresi linguistik yang membentuk keseluruhan yang padu uniter dari teks terstruktur. Wacana dikatakan pula sebagai salah satu istilah umum dalam contoh pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak komunikasi Richards, dkk, 1985: 45. Tata bahasa, dikatakannya mengacu pada kaidah- kaidah pemakaian bahasa, pada bentuk unit-unit gramatikal, seperti; frase, klausa, dan kalimat, sedangkan wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih besar, seperti paragraf-paragraf, percakapan-percakapan, dan wawancara-wawancara. Struktur wacana sebagai suatu organisasi tulisan harus ada dalam sebuah wacana tulis, seperti karangan yang menjadi penelitian ini.

4. Kohesi dalam Bahasa Indonesia

Menurut Sarwiji Suwandi dalam Hairston, Halliday dan Hasan 1992: 65 mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat sumber-sumber kebahasaan yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Ahli lain berpendapat bahwa kohesi merupakan perekat, yang melekatkan bagian-bagian karangan. Menurut Gutwinski 1976: 26, kohesi ialah hubungan antarkalimat dan antarklausa dalam sebuah teks, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal. Sejalan dengan pendapat itu menurut Nunan 1993: 21, kohesi - yang disebutnya peranti pembentuk teks teks formatting device ialah kata atau frasa yang memungkinkan penulis atau pembicara menyusun hubungan antarkalimat atau antarujaran dan yang membantu mempertautkan kalimat-kalimat dalam sebuah teks. Pendapat 26 senada dikemukakan oleh Richard, Platt, dan weber 1985: 45 bahwa kohesi adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam sebuah teks. Pendapat senada dikemukakan pula oleh Richards, Platt, dan Weber 1985: 45 bahwa kohesi adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam sebuah teks. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Hasan Alwi dkk. 1993: 481, yang menegaskan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Pendapat–pendapat di atas memberikan gambaran yang makin jelas mengenai konsep koherensi dan kohesi. Koherensi berbeda dari kohesi; yang satu mengenai hubungan antarkalimat menurut nalar, yang lain, menyangkut hubungan pengungkapan hubungan itu secara verbal. Kohesi membuat karangan menjadi padu dan konsisten sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Halliday dan Hasan 1976: 5-6 mendeskripsikan secara lengakap jenis peranti kohesi yang terdapat dalam bahasa Inggris. Seacara garis besar peranti kohesi itu meliputi lima macam dan yang oleh penulisnya kemudian dikelompokkan menjadi empat kategori. Peranti kohesi itu adalah 1 pengacuan reference, 2 penyulihan substitution 3 penghilangan ellipsis, 4 konjungsi conjungtion, dan 5 kohesi leksikal lexikal cohesion. Agak berbeda dengan pendapat Halliday dan Hasan yang telah diuraikan di atas, Cook 1989: 15-21 mengemukakan dua hubungan di dalam penggunaan bahasa, yaitu hubungan formal pengacuan pada fakta-fakta di luar bahasa. 27 Uraian di dalam tulisan ini dibatasi pada hubungan formal sebab- sebagaimana juga ditandaskan Cook-yang di bicarakan berkenaan dengan teks. Hubungan formal antarkalimat dan antarklausa dikenal sebagai peranti kohesi cohesion device. Lebih lanjut Cook menjabarkan peranti kohesi–dalam bahasa Inggris – tersebut atas 1 bentuk verba verb form, 2 kesejajaran atau paralelisme paralelism, 3 ekspresi pengacuan referring ekspresssions, yang dibedakan atas anafora dan katafora 4 repetisi dan rantai leksikal repetition and lexal chains, 5 penyulihan substitution, 6 penghilangan elipsis, dan 7 konjungsi conjungtion. Apabila dibandingkan secara cermat pendapat Cook di atas tampak banyak persamaannya dengan pendapat Halliday dan Hasan. Perbedaan lebih pada penggunaan istilah; misalnya, dalam hal penggunaan istilah hubungan formal dan hubungan kontekstul. Hubungan formal pengertiannya dapat disejajarkan dengan hubungan endoforis sebagaimana yang dikemukakan Halliday dan Hasan; sedangkan hubungan kontekstual dapat disejajarkan dengan hubungan eksoforis yang bersifat situasional. Perbedaan antar kedua pendapat di atas, tampak pada pengklasifikasian jenis peranti kohesi. Cook memasukkan bentuk verba dan kesejajaran sebagai bentuk peranti kohesi tersendiri. Anton M Moeliono, dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1999:427 menyatakan bahwa kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Kebanyakan wacana atau teks menunjukkan bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian sarana 28 kohesi, namun kohesi juga menyiratkan hubungan semantis yang mendasari wacana itu. Hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana baik dalam strata gramatikal maupun strata leksikal tertentu Gutwinsky, 1976:26. Kohesi adalah hubungan semantik atau hubungan makna antara unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk menafsirkan atau menginterpretasi teks, pertautan logis antarkejadian atau makna- makna di dalamnya; keserasian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik Moeliono, 1989: 343 dalam Sumarlam dkk 2005: 173. Hubungan kohesif sering ditandai dengan pemarkah gramatikal kohesi gramatikal maupun pemarkah leksikal kohesi leksikal. Historically the tie that binds the group has been cohesion, which has been defined as the close knittedness or attraction of members for the group Cartwright, 1968.

5. Kohesi Gramatikal