11
melengkapi dalam proses sosial non kebahasaan. Lebih lanjut Riyadi Santoso menyatakan bahwa bahasa selalu muncul dalam bentuk teks dan selalu dikelilingi
oleh lingkungannya, baik fisik maupun non fisik yang secara langsung mendukung keberadaan suatu teks; atau dengan kata lain teks selalu dalam
konteksnya dan membawakan suatu fungsi sosial tertentu. Crystal dalam Nunan 1993:6 menuliskan bahwa teks adalah wacana
dalam bentuk lisan, tulisan, atau tanda yang diidentifikasi untuk tujuan analisis. Bentuk teks dapat berupa percakapan, poster,. Dengan demikian, pengertian teks
adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekspresikan fungsi atau makna sosial dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural.
b. Konteks
Konteks adalah konsep yang penting dalam analisis wacana. Menurut Nunan 1993:7-8 konteks mengacu pada situasi yang memunculkan suatu
wacana. Nunan membedakan konteks dalam dua jenis. Pertama, konteks linguistik yaitu bahasa yang melingkupi atau menyertai wacana dalam analisis. Kedua
adalah non-linguistik di mana wacana terjadi. Konteks non-lingistik memasukkan jenis kejadian komunikatif misal: ukuran ruangan, penataan perabot, partisipan
dan hubungan antar partisipan dan latar belakang pengetahuan serta asumsi dalam kejadian komunikatif.
Cook 1989:10 menyatakan bahwa konteks adalah situasi yang berupa budaya’ hubungan sosial dengan partisipan, apa yang kita ketahui, dan asumsi kita
terhadap apa yang diketahui oleh pengirim pesan yang mempengaruhi ketika kita
12
menerima pesan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor di luar studi kebahasaan. Lebih lanjut Cook menyatakan bahwa konteks adalah semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan
sebagainya. Konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks
dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan
dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatar belakangi peristiwa tuturan itu Mulyana, 2005:21.
Sumarlam 2003:47 menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek- aspek dalam internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal
melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa ekstra linguistic
context disebut dengan konteks situasi dan konteks saja Molinowski dalam Halliday dan Hasan, 1992:8.
Anton M. Moeliono dalam Mulyana 2005:23 menyatakan bahwa konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Dalam kajian sosiolinguistik, Hymes dalam Wardhaugh, 1992:245 menggunakian istilah Speaking sebagai
akronim untuk merumuskan faktor-faktor penentu peristiwa tutur. Faktor-faktor itu bisa berupa:
13
1 Setting and scene latar dan suasana. Latar mengacu pada waktu dan
tempat, misalnya suasana nyata di mana tuturan terjadi. Suasana mengacu pada keadaan psikologi yang abstrak formal, informal, atau definisi
budaya dari suatu kejadian. Dalam kedaan tertentu, partisipan bebas untuk mengubah situasi.
2 Participants peserta tuturan, termasuk kombinasi dari pembicara-
pendengar, pemberi tutur-yang diberi tuturan, atau pengirim dan penerima. Mereka umumnya memenuhi aturan tertentu. Misalnya dalam percakapan
melalui telepon, percakapan tersebut melibatkan pengirim pesan sender dan penerima pesan receiver.
3 Ends hasil, mengacu pada harapan yang dihasilkan dari pertukaran
sebagaimana tujuan pribadi dari partisipan yang mencari penyelesaian pada kejadian tertentu. Misalnya dalam persidangan di pengadilan,
partisipan dalam persidangan tersebut saksi, jaksa, pembela, dan hakim memiliki tujuan yang berbeda-beda dari tuturan yang mereka kemukakan.
4 Act sequence pesanamanat mengacu pada bentuk dan muatan aktual
dari yang dikatakan: kata-kata yang tepat untuk digunakan, bagaimana kata-kata itu digunakan, dan hubungan dari apa yang dikatakan, dan
hubungan dari apa yang dikatakan pad topik aktual yang dipegang. Perilku tutur dalam perkuliahan akan berbeda dengan perilaku tutur dalam
perdagangan. 5
Key kunci mengacu pada tekanan, tata cara, atau semangat di mana pesan tertentu disampaikan, misalnya santai, serius, sarkatik, dan sebagainya.
14
Kunci juga bisa ditandai dengan perilaku non verbal, misalnya gerak tubuh. Seorang pendengar akan lebih menekankan perhatiannya pada
kunci daripada muatan aktualnya. 6
Instrumentalities sarana mengacu pada pilihan saluran atau media, misalnya lisan, tertulis, atau telegrafik, dan pada bentuk aktual dari tutur
yang digunakan seperti bahasa, dialek, kode, atau register yang dipilih. 7
Norms of interaction and interpretation norma-norma interaksi dan interpretasi mengacu pada tingkah laku tertentu dan milik yang mengena
untuk pembicaraan dan juga mengetahui bagaimana tingkah laku tersebut mungkin dilihat oleh seorang yang tidak berbagi dengannya, misalnya
keras volume suara, ketenangan. 8
Genre jenis mengacu pada jenis pembatas yang jelas dari tuturan, seperti puisi, peribahasa, doa, perkuliahan, dan editorial.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks situasi memiliki
hubungan yang
sangat erat
dengan banyak
unsur yang
mempengaruhinya Halliday dan Hasan , 1994: 13. Selanjutnya, Brown dan Yule 1996: 12 berpendapat bahwa teks adalah rekaman verbal tindak
komunikasi. Meskipun teks dalam tulis berupa rentetan kata-kata dan kalimat- kalimat, tetapi sebenarnya yang penting dicermati adalah teks itu terdiri atas
makna-makna. Atas dasar itu, maka teks dan wacana saling berkaitan. Wacana adalah
pembicaraan yang mengandung pesan dan makna. Pesan yang disampaikan dapat berbentuk lisan, seperti pidato, khutbah, dan ceramah. Adapun, pesan yang
15
berbentuk tulisan, misalnya skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel, dan karangan. Menurut Van Dijk dalam Hamid, 1988: 21 wacana adalah kesatuan
beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Stubbs 1983: 1 bahwa wacana adalah pengaturan bahasa
di atas kalimat atau klusa. Artinya,wacana itu lebih luas dan lebih besar dari kalimat, seperti percakapan dan teks tertulis.
Wacana dapat diangkat sebagai istilah linguistik yang berupa satuan lingual yang paling besar. Ini berarti analisis wacana discourse analysis
merupakan cabang linguistik yang mengkaji satuan lingual di atas kalimat. Wacana dapat dianalisis dari segi internal dan eksternal Praptomo Baryadi, 2002:
3. Analisis wacana dari segi internal meliputi jenis wacana, struktur yang membangun wacana, dan hubungan antarkalimat yang membentuk wacana.
Analisis wacana dari segi eksternal yang dianalisis meliputi hubungan wacana dengan ekstra lingual, yaitu yang berkaitan dengan pembicara atau penulis, hal
yang diinformasikan, dari penyimak atau pembaca. Dengan demikian, analisis wacana merupakan analisis bahasa dalam penggunaannya.
Konteks dalam wacana tulis penting untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan makna sebuah teks sering ditentukan oleh pengertian yang terdapat
pada teks lain. Pemahaman sebuah wacana harus melibatkan unsur-unsur linguistik, seperti semantik, sintaksis, dan fonologi. Di samping unsur-unsur
linguistik itu, juga melibatkan unsur lainnya yang disebut konteks. Menurut Hamid 1988: 92 konteks adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling teks yang
16
meliputi: pembicara, pendengar, situasi, pengetahuan akan dunia, pengalaman masa lalu, topik pembicaraan, waktu, saluran, dan cara penyampaiannya.
Hasan Alwi 1999: 48-486 mencoba mendiskripsikan penanda kohesi di dalam bahasa Indonesia yang meliputi: 1 hubungan sebab-akibat, 2 hubungan
unsur-unsur yang mengungkapkan pertentangan, pengutamaan, perkecualian, konsesi, dan tujuan 3 pengulangan kata atau frase, 4 kata-kata yang
berkoreferensi dan 5 hubungan leksikal. Kebanyakan wacana menunjukkan bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian penanda kohesif tersebut. Namun,
yang penting suatu wacana yang kohesif yang menyiratkan koherensi, yaitu hubungan semantis yang mendasari wacana itu. Jadi, yang paling penting adalah
suatu wacana memiliki hubungan yang kohesif sekaligus koheren.
c. Wacana