65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografi Desa Limbasari
Desa Limbasari
berada diwilayah
Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga. Secara geografis, Desa Limbasari berbatasan langsung dengan Desa Palumbungan di sebalah barat, Desa Pabuaran
disebelah timur, Desa Banjarsari di sebalah selatan dan sebalah utara perbatasan dengan hutan dan gunung Plana. Hutan disebelah utara desa,
merupakan hutan milik perhutani yang banyak ditanami pohon pinus. Hutan ini dimanfaatkan oleh penduduk desa dengan cara ditebang.
Penebangan hutan dilakukan penduduk dengan terlebih dahulu meminta izin dari pihak perhutani. Penduduk dapat memanfaatkan lahan hutan
dengan bercocok tanam, sementara mereka membiarkan pohon – pohon
milik perhutani untuk tetap hidup dan menjaganya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang saling menguntungkan yaitu antara pihak perhutani
dengan penduduk. Penduduk mendapatkan hasil dari bercocok tanam, sedangkan perhutani mendapat keuntungan dengan terpeliharanya pohon
– pohon mereka. Letaknya yang berbatasan langsung dengan hutan
gunung, maka jenis tipologi Desa Limbasari dapat dikategorikan menjadi desa sekitar hutan, dan tergolong sebagai daerah pedesaan karena wilayah
ini jauh dari perkotaan. Desa Limbasari merupakan desa terluas dengan luas wilayah
407,97 Ha atau 12,64 dari luas wilayah Kecamatan Bobotsari. Desa
66 Limbasari terletak di sebelah timur gunung Slamet, sekitar 15 Km
disebelah utara kota kabupaten atau 5 Km disebelah utara kota kecamatan terdapat tempat padukuhan wilayah dalam sebuah desa yaitu, dukuh
Limbasari, dukuh Arjosari, dukuh Karang Joho, dan dukuh Sitrondol. Desa Limbasari merupakan salah satu desa yang berada dikawasan
kaki gunung Plana Kecamatan Bobotsari. Dari pusat kota Purbalingga membutuhkan waktu 30 menit untuk dapat mencapai desa ini. Desa
Limbasari dilalui empat aliran sungai yaitu sungai Tuntunggunung, Blongising, Gadungan dan Sungai Plana. Oleh sebab itu, kawasan ini
dapat disebut sebagai daerah delta aliran sungai. Desa Limbasari merupakan daerah delta yang subur, sehingga
cocok untuk lahan pertanian. Komoditas utama bidang pertanian adalah padi. Komoditas lain adalah buah
– buahan seperti mangga, rambutan, salak, duku, pisang, durian dan nanas. Hasil perkebunan meliputi kelapa,
kopi, dan cengkih. Selain itu terdapat juga hasil peternakan seperti sapi, kerbau, ayam, bebek dan kambing. Sementara hasil sumber daya alam dari
bahan galian tidak ditemukan. Berdasarkan data sejarah, kawasan Desa Limbasari merupakan
situs arkeologi. Banyak penelitian arkeologi dilakukan di daerah ini. Artefak yang berhasil ditemukan antara lain bungkal
– bungkal batu rinjani sebagai bahan baku pembuatan beliung, bahan gelang, sisa bahan
gelang, fragmen gelang, dan batu pukul. Hasil – hasil penemuan ini
tersimpan di Sanggaluri Park, yang dijadikan kawasan wisata Pemerintah
67 Kabupaten Purbalingga. Hasil
– hasil penemuan tersebut menunjukkan bahwa Desa Limbasari dulunya merupakan situs perbengkelan yang
memproduksi kapak beliung dan gelang. Desa Limbasari termasuk kawasan Karesidenan Banyumas, oleh
karena itu dalam keseharian penduduk Desa Limbasari menggunakan dialek Banyumasan atau dalam bahasa kerennya Ngapak. Ciri khas dari
dialek ini adalah pengucapan vokal “o” yang diucapkan “a” dan pengucapannya mantap, tegas, dan lugas.
Status sosial di Desa Limbasari dibedakan menjadi dua, yaitu status sosial tinggi kaum priyayi dan rendah wong alit yang
kebanyakan dilatar belakangi dari pekerjaan. Ada anggapan bahwa pegawai negeri, tokoh agama, dan pemuka masyarakat menempati status
sosial tinggi terhormat di masyarakat. Sebagian besar pegawai negeri di Desa Limbasari mempunyai kedudukan dalam pemerintah desa, misalnya
anggota BPD. Sedangkan orang yang dianggap mempunyai status sosial rendah adalah mereka yang bekerja sebagai buruh, penderes gula kelapa,
dan pekerjaan – pekerjaan kasar lainnya.
Dilihat dari tingkat kesejahteraan, tidak semua yang berstatus sosial tinggi adalah orang kaya. Mereka rata
– rata menempati kondisi perekonomian menengah ke atas. Orang yang berstatus sosial rendah
biasanya menempati
perekonomian menengah
ke bawah.
Namun demikian, pada kenyataannya banyak orang yang berstatus sosial rendah
memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. Biasanya orang – orang ini
68 mempunyai anggota keluarga yang bekerja di kota besar. Hal ini
mengakibatkan stratifikasi sosial, priyayi, dan kaum alit sifatnya terbuka. Artinya mobilitas dari wong alit ke dalam golongan priyayi mungkin
terjadi. Mata pencaharian utama penduduk Desa Limbasari adalah bertani,
yaitu bersawah, berladang, berkebun dan beternak. Berdasarkan data isian potensi desa, dari total penduduk Desa Limbasari. Penyebutan petani dan
buruh tani ini didasarkan pada kepemilikan tanah pertanian. Penduduk yang memiliki tanah pertanian dan bekerja dilahan pertaniannya disebut
petani. Sedangkan penduduk yang tidak mempunyai tanah pertanian, tetapi bekerja dilahan pertanian disebut buruh tani. Seorang buruh tani adalah
orang yang bekerja di sawah mengerjakan tanah orang lain. Pekerjaan yang dilakukan adalah mencangkul, menanam padi, menyiangi rumput dan
memanen. Kemunculan buruh tani ini disebabkan oleh sistem pertanian yang berjalan di Desa Limbasari. Seorang petani yang memiliki lahan
pertanian luas biasanya membagi tanah garapannya kepada buruh tani dengan sistem bagi hasil.
Selain bertani,
penduduk Desa Limbasari bekerja sebagai
pedagang, penderes gula kelapa, pegawai negeri, sopir dan “nelayan”, yang dimaksud nelayan disini adalah nelayan yang mencari ikan tawar di
sungai, karena Desa Limbasari bukan merupakan daerah pesisir pantai sehingga jauh dari laut. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan