Definisi Desa Wisata Tinjauan Tentang Desa Wisata

19 untuk mengembangkan atau memajukan desa wisata, secara lebih spesifik bahwa pengembangan desa wisata diartikan sebagai usaha – usaha untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Menurut Depbudpar 2009, dalam pengembangan desa wisata ada 6 isu strategis dalam pengembangan Desa Wisata, yaitu : 1 Kewirausahaan masyarakat desa Pentingnya menyiapkan orang – orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan pada tataran desa untuk mengelola subsidi pemerintah, pelatihan, kerjasama dengan pihak luar dan lain – lain untuk mengangkat potensi desa setempat sehingga pengembangan desa wisata dapat berkelanjutan. 2 Skala ekonomi Pengembangan desa wisata tidak mengaburkan ekonomi pedesaan yang sudah berlangsung akan tetapi dapat memberikan nilai tambah manfaat ekonomi bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. 3 Sumber daya a Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam mengelola, dan pelayanan bagi wisatawan yang berkunjung. b Pentingnya sarana pendukung berupa media informasi yang dapat memberi gambaran keunikan desa. 4 Kelestarian 20 Pentingnya menjaga skala pengembangan yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, keunikan dan kekhasan desa. 5 Integrasi dalam Kepariwisataan global Pengembangan Desa Wisata baik atas inisiatif warga masyarakat dan atau dorong Pemerintah perlu diintegrasikan dengan system kepariwisataan global terkait dengan pemasaran oleh Tours and travel tour operator agar memiliki akses dengan pasar wisatawan. 6 Kerangka Kelembagaan Pentingnya kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan desa wisata yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat, transparasi dan akuntabilitas dalam rangka menjamin keberlanjutan desa wisata. Menurut Oka Yoeti, 2008: 177, dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai pasar, maka harus memiliki tiga syarat, yaitu : a Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”. Dimana tempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan apa yang ada di daerah lain. b Daerah tersebut harus tersedia dengan apa yang disebut sebagai “something to do”. Dimana di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah berlama – lama di tempat wisata. 21 c Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut sebagai “something to buy ”. Dimana di tempat wisata tersebut harus menyediakan fasilitas untuk wisatawan berbelanja, seperti souvenir serta kerajinan yang khas dari tempat wisata tersebut. Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak wisatawan yang datang pada suatu daerah, lebih lama tinggal serta lebih banyak mengeluarkan uang di tempat wisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Syarat – syarat yang telah disebutkan diatas adalah salah satu dari strategi dalam pengembangan pariwisata agar dapat diimplementasikan secara optimal.

3. Tinjauan Tentang Pariwisata Berbasis Community Based Tourism

a. Pendekatan Community Based Tourism

Menurut Garrod 2001: 4, terdapat dua pendekatan yang berkaitan dengan penerapan prinsip – prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yaitu cenderung dikaitkan dengan faktor perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata, sedangkan pendekatan yang kedua cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunan dan perencaan terkendali. Menurut penjelasan diatas, kedua pendekatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di desa wisata tersebut. Salah satu bentuk perencanaan partisipatif dalam pengembangan pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism CBT sebagai