12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Pengembangan Pariwisata
a. Pengembangan Pariwisata
Menurut Poerwadarminta 2002: 438, pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan
berguna. Pengembangan ini harus ada perubahan dari baik menjadi lebih baik dengan dengan strategi
– strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
menurut, Oka Yoeti 2008: 77 menegaskan bahwa pengembangan suatu produk pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan
secara sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan dan menambah jenis produk yang dihasilkan atau pun yang akan
dipasarkan. Kesimpulannya, pengembangan disini adalah proses yang
telah direncanakan guna adanya suatu perubahan yang sigifikan.
Pariwisata merupakan
salah satu
sektor yang
diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dan penghasilan non migas.
Candra,2010: 1. Peran pariwisata dalam rangka pembangunan nasional sangat besar, peran tersebut antara lain memperluas dan menciptakan
lapangan modal dalam pembangunan baik tingkat lokal, regional, maupun nasional. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara
yang sangat penting dan mampu memberikan sumbangan yang cukup
berarti bagi pembangunan.
13
b. Konsep Pengembangan Pariwisata
Dari sudut pandang sosiologi, kegiatan pariwisata sekurang- kurangnya mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu : kultural, politik, dan
bisnis. Dalam dimensi interaksi kultural, kegiatan pariwisata memberi ajang akulturasi budaya berbagai macam etnis dan bangsa. Sunyoto
Usman, 2008 : 53. Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri bisnis dimana didalamnya terdapat akulturasi budaya masyarakat daerah dengan
masyarakat modern. Akulturasi budaya ini kemudian menghasilkan
produk budaya yang baru karena adanya inovasi.
Menurut Sunyoto Usman 2008 : 54, dalam dimensi interaksi politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan dua kemungkinan ekstrem,
yaitu :
1
Persahabatan antar etnis dan antar bangsa.
Melalui pariwisata, masing – masing etnis dan bangsa dapat
mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis
dan bangsa
lain. Pengetahuan
demikian dapat
memudahkan pembinaan persahabatan atau memupuk rasa satu sepenanggungan.
2 Bentuk – bentuk penindasan, eksploitasi atau neokolonialisme.
Melalui pariwisata dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau bangsa lain. Misalnya,
meningkatnya ketergantungan
pendapatan negara
sedang berkembang kepada wisatawan dari negara maju.
Undang – undang nomor 10 tahun 2009 merupakan dasar hukum
pengembangan pariwisata. Pada pasal 6 Undang – undang tersebut
dikatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 manfaat, kekeluargaan, adil
dan merata,
keseimbangan, kemandirian,
kelestaraian, partisipatif,