Karakteristik Anak Tunarungu Kajian Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu
20
khususnya dalam hal komunikasi dan bahasa. Seperti yang diungkapkan oleh Uden dan Meadow dalam Murni Winarsih 2007: 36:
Dari semua kendala yang ada, maka dampak paling besar dalam ketunarunguan adalah terjadinya kemiskinan bahasa. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa ketunarunguan mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan bicara. Padahal yang lebih dari itu, dampak ketunarunguan
adalah kemiskinan dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa terdapat banyak dampak yang disebabkan oleh kondisi ketunarunguan, baik dalam aspek individu,
sosial, bahasa, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Namun yang paling besar terkena dampak adalah dalam aspek bahasa. Dikarenakan anak tunarungu tidak
mampu memperoleh informasi secara jelas, maka ia tidak mampu untuk mendapatkan bahasa. Bahasa merupakan dasar untuk menjalani kehidupan di
lingkungan sosial. Sudah jelas dengan kondisi ketunarunguan seseorang menyebabkan ia mengalami kemiskinan bahasa. Menurut Luqman 2014: 12-13
ketunarunguan dapat memberikan dampak yang besar bagi banyak orang, yaitu a bagi anak tunarungu, b bagi keluarga penyandang tunarungu, dan c bagi
masyarakat. Selanjutnya dampak-dampak ketunarunguan tersebut dapat dikaji sebagai berikut.
a. Bagi Anak Tunarungu Anak tunarungu memiliki hambatan dalam mendengar dan berbicara,
sehingga mempengaruhi proses sosialisasi dan komunikasi anak dengan masyarakat. Terhambatnya hal tersebut mengakibatkan minimnya informasi yang
diterima anak, khususnya bahasa kosakata yang dapat digunakan dalam interaksi
21
sehari-hari dan
menjadikan anak
tunarungu mengalami
kemiskinan perbendaharaan kata kosakata. Kemiskinan kosakata ini menjadikan anak
seringkali melakukan kesalahan dalam berbicara atau mengemukakan sesuatu, serta menerima informasi, sehingga terjadi kesalahan persepsi atau informasi bagi
orang lain maupun anak tunarungu sendiri. Kemiskinan kosakata yang dialami anak tunarungu berpengaruh pada
komunikasinya. Bukan hanya anak tidak mampu mengerti kosakata, namun juga akan berpengaruh pada kemampuannya dalam membuat kalimat yang digunakan
dalam proses
komunikasi. Ketidaksempurnaan
penerimaan informasi
menyebabkan anak tunarungu memperoleh informasi yang terpotong-potong. Hal ini memberi dampak pada saat anak memberikan informasi kepada orang lain,
yaitu dengan tidak sempurna atau terpotong-potong maupun terbalik, yang akan menyebabkan orang lain sulit atau tidak mampu untuk memahami informasi yang
diberikan anak tunarungu. b. Bagi Keluarga Penyandang Tunarungu
Banyak hal yang dirasakan oleh keluarga dari penyandang tunarungu, khususnya orangtua. Orangtua seringkali merasa berdosa atau bersalah bahkan
kecewa dengan dirinya sendiri karena telah memiliki seorang anak tunarungu yang dapat membuat malu keluarga. Bahkan sering dijumpai terdapat orangtua
yang menolak atau tidak menerima kekurangan yang dimiliki anaknya sehingga anak disembunyikan di rumah tanpa sosialisasi yang baik dengan lingkungan.
Namun dilain pihak banyak pula orangtua yang menerima anaknya dengan apa adanya dan berusaha untuk memberikan hal yang terbaik bagi kehidupan anak.
22
Bentuk-bentuk penerimaan orangtua ini tentu sangat berpengaruh pada kondisi dan perkembangan anak. Semakin baik penerimaan dan kesadaran
orangtua, maka semakin banyak pula hasil positif yang diperoleh anak tunarungu. Hal ini dikarenakan orangtua merupakan orang terdekat bagi anak, ia akan merasa
nyaman dengan kondisinya apabila diterima dan didukung dengan baik. Sebaliknya, apabila orangtua menolak atau tidak mempedulikan anak, maka anak
akan merasa keberadaan dan kondisinya tidak diterima sehingga anak tidak mampu menghadapi kehidupan sosial di luar rumah dengan percaya diri.
c. Bagi Masyarakat Pada umumnya sebagian besar masyarakat masih banyak yang
meremehkan anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunarungu. Mereka berpendapat bahwa anak tunarungu adalah anak yang tidak mampu bergaul
dengan masyarakat dan memiliki kemampuan yang tidak sebanding dengan anak normal. Pemikirian ini memperburuk citra anak tunarungu di masyarakat sehingga
menimbulkan dampak-dampak negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam berinteraksi sosial bergaul mapun dalam karir. Misalnya dalam hal
bekerja, anak tunarungu seringkali ditolak oleh penyedia jasa pekerjaan karena hanya dianggap sebelah mata dan tidak mampu menghasilkan suatu pekerjaan
yang baik. Anak tunarungu yang mengalami penolakan di lingkungan sosial pasti
akan mendapatkan tekanan emosional dan ketakutan bagi anak tunarungu lainnya sehingga mereka tidak ingin berusaha lagi dalam bergaul maupun mencari
pekerjaan. Oleh karena itu, masyarakat sudah seharusnya memperhatikan hak-hak