11
124 . Kemampuan merangkai kalimat siswa kelas Dasar V dapat dikatakan rendah, dan seringkali mengalami kesalahan dalam membuat kalimat.
3. I-CHAT
Adalah salah satu jenis multimedia proyeksi, dimana penggunaan media ini melalui komputer atau laptop dalam bentuk kombinasi gambar, kata-kata dan
video Mustapa, 2010: 1. Media pembelajaran ini dapat digunakan untuk membantu anak tunarungu dalam belajar bahasa secara mudah dan
menyenangkan, serta dapat meningkatkan kemampuan merangkai kalimat anak tunarungu di kelas Dasar V di SLB B Karnnamanohara.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu
Terdapat berbagai istilah yang berkembang di masyarakat untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran, misalnya terdapat istilah: tuli, bisu,
tunawicara, cacat dengar, kurang dengar atau tunarungu. Namun istilah yang paling populer di masyarakat dan di dunia pendidikan adalah tunarungu. Istilah
tunarungu diambil dari kata ‘tuna’ dan ‘rungu’, tuna berarti kurang dan rungu artinya pendengaran. Istilah yang biasanya digunakan untuk menjelaskan anak
yang mengalami gangguan pendengaran adalah tunarungu atau dalam keseharian masyarakat biasanya mereka disebut dengan anak tuli. Seseorang dikatakan
tunarungu apabila tidak mampu atau kurang mendengar. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak ada bedanya dengan anak normal lainnya, akan tetapi
pada saat berkomunikasi baru dapat diketahui bahwa mereka tunarungu. Murni Winarsih 2007: 22 mengungkapkan:
Penyandang tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan oleh tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan sehari-hari, yang berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat
komunikasi yang sangat penting.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa penyandang tunarungu adalah seseorang yang tidak mampu mendengar tanpa menggunakan
alat bantu mendengar, yang diakibatkan oleh kerusakan organ pendengaran, baik disebabkan oleh faktor prenatal, natal, maupun postnatal. Ketunarunguan
13
berdampak besar dalam kehidupan penyandang tunarungu, terutama dalam kehidupan sosial, dimana anak tunarungu tidak mampu berkomunikasi secara
lancar dengan orang lain. Selain itu Efendi 2006: 57 juga mengemukakan bahwa penyandang
tunarungu adalah seseorang yang mengalami kerusakan satu atau lebih organ telinga dalam proses pendengarannya sehingga organ tersebut tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi dari pendapat tersebut penyandang tunarungu adalah mereka yang tidak mampu mendengar secara total atau sebagian
melalui telinga, kecuali menggunakan Alat Bantu Mendengar ABM. Ketidakmampuan mendengar tersebut dapat terjadi di salah satu organ telinga
maupun keduanya, yang disebabkan oleh penyakit, keturunan maupun karena kecelakaan. Apabila terjadi kerusakan pada organ telinga, tentu saja
mengakibatkan telinga tidak dapat berfungsi secara optimal untuk mendengar. Hal ini sejalan dengan pendapat Haenudin 2013: 56, yang mengungkapkan bahwa:
Penyandang tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagaian atau seluruhnya yang
diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagaian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak dalam kehidupan secara kompleks.
Dengan demikian ketunarunguan dibagi menjadi dua, yaitu tunarungu total
dan tunarungu sebagian hard of hearing. Penyandang tunarungu total adalah seseorang yang mengalami kehilangan pendengaran sehingga menghambat proses
informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. Sedangkan tunarungu sebagian adalah seseorang yang apabila