Uji Hipotesis Tindakan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

113 Murni Winarsih, 2007: 36, kendala yang paling besar yang dialami oleh anak tunarungu adalah kemiskinan bahasa. Seperti yang dijumpai di lapangan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, bahwa anak tunarungu yang berada di kelas Dasar 5 di SLB B Karnnamanohara juga memiliki kemiskinan dalam berbahasa, khususnya dalam hal merangkai kalimat dengan struktur yang benar. Kalimat yang dirangkai oleh anak tunarungu mengalami kesalahan dalam penempatan atau rangkaian struktur dengan membolak-balik unsur-unsur kalimat S-P-O-K sehingga kalimat menjadi tidak padu dan tidak efektif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas Dasar V dalam hal merangkai kalimat yang masih rendah sehingga menyebabkan mereka sering mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran bahasa dan juga mengalami kesalahan dalam penyampaian informasi atau komunikasi dengan orang lain. Merangkai kalimat yang benar harus memperhatikan syarat- syarat penulisan kalimat, seperti yang diungkapkan oleh Widjono 2007: 154-155 yaitu setidaknya mencakup tiga hal, yaitu 1 struktur yang benar, 2 ketepatan urutan kata, dan 3 ketepatan hubungan antarkalimat. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka kalimat yang dihasilkan akan tidak efektif dan sulit dipahami oleh orang lain. Dalam menyusun kalimat dengan unsur yang tidak lengkap, misalnya hanya unsur S-P-O atau S-P-K, siswa mampu menyelesaikannya dengan cukup baik. Namun apabila siswa diminta menyusun kalimat dengan kata yang lebih panjang dan unsur yang lengkap S-P-O-K, siswa akan kesulitan dan melakukan kesalahan dalam urutan unsurnya. Kesalahan yang 114 paling banyak dilakukan adalah penempatan unsur P predikat dan K keterangan yang sering terbalik. Selama ini, di SLB B Karnnamanohara khususnya di kelas Dasar V melakukan pembelajaran bahasa menggunakan media konkret yang ada di sekitar anak. Misalnya benda-benda yang dibawa anak ke sekolah ataupun benda-benda yang sudah ada di sekolah. Penggunaan media konkret ini memang baik untuk anak lebih mengenal sekitarnya, namun belum cukup mampu untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang lebih efektif dan aktif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak tunarungu tersebut, khususnya dalam hal merangkai kalimat. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media I-CHAT yang merupakan rancangan PT. Telkom yang diperuntukkan khusus bagi anak tunarungu maupun pembimbing anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka. Penggunaan media pembelajaran I-CHAT diyakini dapat meningkatkan kemampuan merangkai kalimat anak tunarungu di kelas Dasar V. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman 2015: 128 membuktikan bahwa media I-CHAT mampu meningkatkan bahasa anak tunarungu, khususnya dalam merangkai kalimat. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa media I-CHAT cocok untuk membantu anak tunarungu dalam meningkatkan kemampuan penyusunan struktur kalimat, baik untuk struktur kalimat S-P, S-P-O, S-P-K, atau S-P-O-K. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Yulia Annisatya 2013: 119 juga mengungkapkan bahwa media I-CHAT mampu 115 meningkatkan kemampuan merangkai kalimat lima orang siswa di kelas VI SLB BC YPASP Wonorejo Karanganyar. Media ini berisi modul-modul yang dapat digunakan untuk memperkaya bahasa anak. Dalam penelitian ini, digunakan modul susun kalimat dan modul latihan game yang difokuskan untuk belajar merangkai kalimat dengan struktur yang tepat. Meskipun menggunakan media yang berbeda dari biasanya, namun kegiatan pembelajaran bahasa tetap dilakukan seperti biasa dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif MMR. Pelaksanaan penelitian diberikan tindakan yang berupa penggunaan media pembelajaran I-CHAT untuk meningkatkan kemampuan merangkai kalimat siswa kelas Dasar V di SLB B Karnnamanohara. Sebelum dilakukannya tindakan untuk siklus 1, dilakukan tes pra tindakan dan wawancara terhadap guru kelas. Tes pra tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam merangkai kalimat sebelum diberikan tindakan dengan menggunakan media I-CHAT, yang memiliki seluruh siswa yang berjumlah lima orang memiliki nilai rendah dan di bawah KKM yang ditentukan, yaitu sebesar 65. Sedangkan wawancara bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai kondisi dan kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan siklus 1 yang memiliki hasil bahwa memang benar kemampuan siswa yang memiliki nilai rendah dalam tes pra tindakan masih belum mampu untuk merangkai kalimat dengan baik dan benar. Selama siklus 1 dilaksanakan tiga kali pertemuan untuk memberikan tindakan dengan media I- CHAT. Dalam tindakan ini digunakan modul susun kalimat dengan unsur S-P-O, S-P-K dan S-P-O-K dalam tiga kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan menerapkan tema yang sama, yaitu mengenai kegiatan sehari-hari atau kegiatan di