G. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah. Istilah-istilah yang perlu
dijelaskan sebagai berikut.
1. Kohesi
Kohesi adalah hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan leksikal dalam kalimat-kalimat yang
membentuk wacana.
2. Fiksi
Fiksi adalah sebuah cerita yang kebenarannya tidak menunjuk pada kebenaran sejarah. Fiksi menyajikan tokoh dan peristiwa yang sifatnya imajinatif.
Berdasarkan isi ceritanya, cerita fiksi anak dapat dikelompokkan ke dalam fiksi realistik, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi historis, dan fiksi biografis.
3. Fiksi Realistik
Fiksi realistik adalah cerita yang berkisah tentang isu-isu pengalaman kehidupan anak secara nyata, berkisah tentang realitas kehidupan. Cerita fiksi
realistik menampilkan model kehidupan sehari-hari sebagaimana juga dialami oleh anak.
4. Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak adalah tahap-tahap kematangan kognitif pada anak-anak dalam menyerap dan merespon bahasa. Perkembangan bahasa anak
dipengaruhi oleh perkembangan motorik dan perkembangan sosial. Tahap perkembangan bahasa menentukan keterampilan bahasa anak di masa depan.
BAB II KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kohesi
Halliday dan Hasan 1976:4 mengemukakan bahwa konsep kohesi menunjukkan hubungan bentuk dan makna yang ada dalam sebuah teks, dan
bentuk serta makna tersebut dapat didefinisikan sebagai sebuah teks pula.Kohesi diartikan sebagai sebuah bentuk yang secara struktural membentuk ikatan
sintaktikal. Sejalan dengan pendapat tersebut, Alwi 2003:427 menyebutkan kohesi sebagai hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara
eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Selanjutnya, Sumarlam 2005: 23 menjelaskan bahwa
wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahirnya bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau
struktur batinnya bersifat koheren. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai oleh hadirnya pemarkah penanda khusus yang bersifat lingual-formal.
Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan melalui contoh yang diambil dari Alwi 2003:427 berikut.
1 A: Apa yang dilakukan si Ali?
B: Dia memukuli istrinya. 2
A: Apa yang dilakukan si Ali? B: Jahanam itu memukuli istrinya.
Proposisi yang dinyatakan oleh A pada kalimat 1 berkaitan dengan proposisi yang dinyatakan oleh B dan perkaitan tersebut diwujudkan dalam bentuk
pemakaian pronomina dia yang merujuk ke si Ali. Pada kalimat 2 perkaitan itu