Frasa Bentuk Kohesi dalam Karya Fiksi Realistik

4 Frasa Preposisional 54 Setelah puas melihat-lihat, Farrel mengajak Fania kembali ke depan akuarium . Farrel terkejut ketika melihat kerumunan orang bertambah banyak di depan akuarium. 8304110615 55 Keduanya akan pergi ke rumah Rega. Doni dan Galih belum pernah ke rumah Rega. 47627230715 Pada data 54 terdapat pengulangan frasa preposisional ke depan akuarium yang mengacu pada frasa di depan akuarium pada kalimat kedua. Repetisi tersebut disebut pengulangan sebagian, karena preposisi ke berubah menjadi preposisi di, sedangkan frasa depan akuarium dalam dua kalimat tersebut tidak mengalami perubahan. Frasa preposisional pada data 55 mengalami pengulangan seluruh, dimana frasa ke rumah Rega mengalami pengulangan tanpa mengalami perubahan bentuk pada kalimat kedua dalam data tersebut. Frasa tersebut terbentuk karena diikuti nomina rumah.

c. Klausa

Klausa adalah bentuk kohesi terakhir setelah kata dan frasa. Klausa hanya digunakan sebagai bentuk pemarkah kohesi gramatikal berupa elipsis klausa. Pelesapan unsur klausa dalam sebuah proposisi atau satuan bahasa kadang diperlukan agar satuan bahsa tersebut lebih efektif dan efisien penggunaannya, khususnya dalam kalimat langsung. Letak pelesapan dalam penelitian ini ditandai dengan simbol Ø. Bentuk klausa yang ada dalam penelitian ini antara lain. 56 Dengan lincah, Mama mengusap bedak tipis-tipis di pipiku. Tak lupa Ø lipstik tipis di bibirku. 67315090715 57 “Nek, Rega kalau berangkat sekolah jam berapa sih?” Doni bertanya duluan. “Ø Habis subuh,” jawab Nenek. 71227300715 Data 56 menunjukkan bentuk klausa Mama mengusap yang digunakan sebagai acuan pelesapan dalam kalimat Tak lupa Ø lipstik tipis di bibirku. Klausa tersebut dikategorikan sebagai klausa bebas karena mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Sementara itu, dalam data 57 terdapat pelesapan klausa terikat dalam proposisi “Ø Habis subuh,” jawab Nenek. Pelesapan tersebut merujuk pada klausa Rega kalau berangkat sekolah dalam kalimat sebelumnya.

3. Arah Acuan Kohesi dalam Karya Fiksi Indonesia

a. Pengacuan Endofora

1 Anaforis 58 Tomi tidak berpangku tangan. Walau gerakannya lebih lambat, ia juga dengan cekatan mengumpulkan sampah-sampah. 16708250615 59 Tak sengaja melihat foto Titan kecil dan almarhum Papa di meja belajar . Sudah lama dipajang di sana. 50106180615 Pada data 58 terdapat pengacuan persona yang arah acuannya bersifat anaforis. Bentuk pronomina persona -nya dan ia mengacu pada anteseden yang mendahuluinya yakni Tomi pada kalimat pertama data tersebut. Sama dengan data 58, bentuk pronomina di sana di sana pada data 59 menunjukkan arah acuan yang bersifat anaforis. Bentuk tersebut tersebut mengacu pada frasa meja belajar yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya. 2 Kataforis Pada data di bawah ini terdapat arah acuan yang bersifat kataforis karena ada satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan. 60 “Kalau harus berkelahi, biar bapakku yang maju. Namaku sendiri Runi ” 6703110615 61 Hari Kamis, ia tak bisa membantu Kak Seno. Sepulang sekolah, Lisnu tergoda bermain hujan. 22512020715 Pada data 60 terdapat bentuk persona –ku yang mengacu pada anteseden yang terletak di sebelah kanannya, yaitu Runi pada kalimat kedua dalam data tersebut, pola pengacuan seperti inilah yang disebut kataforis. Begitu juga dalam data 61, bentuk persona ia mengacu pada anteseden yang mengikutinya, yaitu Lisnu pada kalimat kedua.

b. Pengacuan Eksofora

Pada data di bawah ini terdapat penggunaan arah acuan eksofora yang ditandai dengan adanya rujukan pada sesuatu yang ada di luar situasi pembicaraan. Berikut ini adalah penjelasaanya. 62 “Maaf, aku tidak berani ke sungai. Di sini saja, ya,” jawab Nawa singkat. 1201040615 63 “Lain kali, kalau Ayah atau Ibu bilang tunggu, kalian harus menunggu.” 8504110615 64 “Setiap hari, saya membawa bekal ke sekolah. Selain bisa menghemat uang jajan, saya juga bisa menjaga kesehatan karena makanan Ibu tanpa bahan pengawet, pewarna, atau pemanis buatan.”46126300715 Pada ketiga data tersebut terdapat jenis pengacuan eksofora dikarenakan anteseden dari pemarkah pengacuan tidak disebutkan di dalam teks. Bentuk pronomina dalam data di atas sesungguhnya mengacu terhadap anteseden yang ada di luar situasi pembicaraan, yakni anteseden yang berada dalam situasi narasi cerita. Berdasarkan alur ceritanya, pronomina demonstratif di sini pada data 62 sesungguhnya mengacu pada latar tempat sebagai antesedennya, yakni rumah tokoh Nawa. Pada data 63, pronomina persona bentuk kedua kalian mengacu pada tokoh Farrel dan Fania dalam cerita, sedangkan anteseden dari pronomina persona bentuk pertama saya dalam data 64 mengacu pada tokoh Lili dalam alur cerita. Dalam sebuah karya fiksi, deskripsi tokoh, latar tempat, dan waktu seringkali dimunculkan, akan tetapi tidak selalu disebutkan terus-menerus pada penggalan-penggalan pengisahannya dalam kalimat. Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya pengacuan eksofora seperti dalam ketiga data di atas.