Contoh: mereka yang tidak hadir akan ditegur e
Pronomina dengan penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif Contoh: kami, bangsa Indonesia, kamu para pemuda
6 Frasa Preposisional
Frasa preposisional adalah frasa yang terbentuk dari gabungan preposisi dengan nomina yang berciri lokatif, adjektiva atau adverbia. Preposisi tersebut
dapat berupa preposisi tunggal ataupun preposisi majemuk Misalnya, ke pasar, sampai penuh,
dan dengan segeraAlwi, 2003: 288.Frasa preposisional menjadi bentuk pemarkah kohesi leksikal berupa repetisi dan sinonimi.
7 Frasa Numeral
Frasa numeral adalah frasa yang terbentuk dari kategori numeralia yang ditambahkan dengan kata penggolong. Misalnya,duaekor kerbau, lima orang
penjahat , tiga buah rumah. Sebagai frasa, pronomina dapat menduduki fungsi
subjek,objek, pelengkap, atau keteranganAlwi,2003: 282.Frasa numeral adalah salah satu pemarkah bentuk kohesi leksikal berupa repetisi dan sinonimi.
c. Klausa
Klausa adalah salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang salah satu unsur pembentuknya berfungsi sebagai predikat atau dapat pula disebut sebagai
konstruksi predikatif Suhardi, 2013: 43. Klausa digunakan untuk menunjukkan jenis pemarkah kohesi gramatikal berupa elipsis klausa.Dalam kalimat majemuk
ada kemungkinan terjadinya pelesapan, yakni penghapusan unsur klausa karena
alasan tertentu. Unsur yang dapat dilesapkan dapat berupa subjek, objek, predikat, objek, atau pelengkap. Atas dasar distribusinya, klausa dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang telah mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, sedangkan klausa terikat
tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna Suhardi, 2013: 46.
4. Arah Acuan Kohesi
Mulyana 2005: 26 menjelaskan bahwa konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk.Artinya, unsur-unsur satuan bahasa tertentu
memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Sebuah satuan bahasa dapat dikatakan kohesif apabila terdapat pemarkah yang dijadikan acuan bagi konstituen lain
dalam satuan bahasa tersebut. Verhaar 2004: 389 menyebutkan istilah pengacuan yang dapat membawa arti perujukan di dalam tuturan, yaitu arti
intralingual.Pengacuan diartikan sebagai sebuah piranti dalam bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah dinyatakan.Halliday dan
Hasan 1976: 33 mengklasifikasikan pengacuan berdasarkan keberadaan acuannya, yaitu pengacuan endofora dan eksofora.
a. Pengacuan Endofora
Pengacuan endofora adalah jenis pengacuan yang antesedennya terdapat di dalam teks. Pengacuan ini kemudian terbagi menjadi dua jenis berdasarkan letak
antesedennya, yaitu: pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis Sumarlam, 2005: 23. Pengacuan anaforis adalah penanda kohesi berupa satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau
mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu, berikut ini adalah contohnya Mulyana, 2005:27.
24
Hati Sukir terasa berbunga-bunga. Dia yakin Watik menerima
lamarannya. Bentuk pronomina persona dia pada contoh 24 menjadi alat penghubung dengan
kalimat sebelumnya. Unsur tersebut menunjuk Sukir pada kalimat pertama. Pola penunjukkan inilah yang arah acuannya disebut anaforis, karena keberadaan kata
Sukir mendahului kata Dia sebagai jenis pemarkah kohesi.
Pengacuan kataforis adalah penanda kohesi berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu
anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang baru disebut kemudian.
25
Setelah dia masuk, langsung Toni memeluk adiknya.
Pada contoh 25 terdapat arah acuan yang bersifat kataforis.Hal tersebut dikarenakan adanya bentuk pronominadiayang mengacu pada anteseden di
sebelah kanannya, yakni Toni.
b. Pengacuan Eksofora
Pengacuan eksofora adalah jenis pengacuan yang antesedennya berada atau terdapat di luar teks. Pengacuan ini mengacu terhadap anteseden di luar bahasa
seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan, misalnya.
26
Mobil saya kehabisan bensin, diayang mengisinya
Pada contoh di atas, dia merujuk pada seseorang yang berada diluar bahasa atau yang atesedennya tidak disebutkan Rani, 2004:98.
5. Penelitian yang Relevan
Ada dua penelitian yang mengambil objek kohesi dalam cerita pendek yang dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini,yaitu: penelitian yang
pernah dilakukan oleh Ulfiyah 2011 dan Nita Indrayanti 2013. Ulfiyah menulis skripsi yang berjudul Penanda Kohesi Leksikal dan Gramatikal pada Kumpulan
Cerpen “Bidadari Datang Kembali” karya Fahri Asiza dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
.Berikut ini adalah hasil kedua penelitian tersebut.
a. Penelitian Ulfiyah dapat membuktikan bahwa dalam cerpen tersebut terdapat
penanda kohesi penanda kohesi gramatikal yang meliputi; 1 referensi pengacuan; 2 pengantian; 3 pelesapan; dan 4 perangkaian atau
konjungsi. Adapun penanda kohesi leksikal yang ditemukan meliputi; 1 pengulangan Repetisi; 2 hiponimi; 3 sinonimi; 4 antonimi; 5 sanding
kata kolokasi; dan 6 kesepadanan ekuivalensi. b.
Adanya penanda kohesi leksikal dan gramatikal pada cerpen tersebut, membuktikan bahwa kumpulan cerpen Bidadari Datang Kembalikarya Fahri
Asiza sudah kohesif. Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa Indonesia yaitu pada pembelajaran keterampilan berbahasa menulis dan
pembelajaran sastra.