4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan metode catat. Metode simak adalah metode penjaringan data yang dilakukan
dengan menyimak pengguanaan bahasa Kesuma, 2007:43. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber dari
penelitian ini adalah karya fiksi berupa fiksi realistik yang ada dalam rubrik Cerita Pilihan
padamajalah Bobo edisi bulan Juni-Juli 2015. Dalam menyimak, peneliti harus membaca keseluruhan fiksi realistik dan memahami satuan-satuan
bahasa yang ada di dalamnya. Pelaksanaan pengumpulan data dengan metode simak dalam penelitian ini
diwujudkan melalui teknik lanjutan, yakni teknik catat. Peneliti mengelompokkan data berupa kalimat berdasarkan kriteria kekohesifan yang telah dirumuskan.
Selanjutnya, data yang telah dipilah kemudian dicatat dalam kartu data untuk dianalisis pemarkahkohesi gramatikal dan leksikal dalam fiksi realistik. Di bawah
ini contoh dari kartu data yang dibuat oleh peneliti guna memudahkan dalam proses penelitian. Contoh bentuk kartu data:
No. Analisis
02040615GSKEA
Contoh kartu data di atas memuat informasi terkait dengan nomor urut data yang dianalisis, hasil analisis, disertai kode data. Kode data yang dapat dijelaskan
sebagai berikut. a.
Kode : 02040615GSKE
02 : nomor urut karya fiksi yang dianalisis
04 : tanggal penerbitan majalah Bobo
06 : bulan penerbitan majalah Bobo
15 : tahun penerbitan majalah Bobo, yakni 2015
b. Kode sumber data diikuti kode jenis kohesi dan subjenis kohesi bentuk kohesi arah acuan kohesi.
Kode Arti
Kode Arti
GR Gramatikal
– Referensi K
Kata GS
Gramatikal – Substitusi
F Frasa
GE Gramatikal
– Elipsis Kls
Klausa GK
Gramatikal – Konjungsi
E Endofora
LR Leksikal
– Repetisi EA
Endofora – Anafora
LS Leksikal
– Sinonimi EK
Endofora – Katafora
LH Leksikal
– Hiponimi EKS
Eksofora LK
Leksikal – Kolokasi
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan human instrument, yang artinya peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Dalam hal ini, peneliti menjadi
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya Moleong, 2001:121.
Dalam penelitian ini, peneliti secara responsif menggunakan kriteria yang sudah dirumuskan.
Penggunaan pemarkah kohesi gramatikal dan leksikal dalam karya fiksi akan dianalisis berdasarkan parameter kekohesifan sebuah satuan kebahasaan. Sebuah
satuan bahasa disebut memiliki pemarkah kohesi gramatikal apabila terdapat jenis referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi dalam kata, frasa, maupun klausa.
Satuan pemarkah kohesi leksikal dalam sebuah teks ditunjukkan dengan adanya kata, frasa, atau klausa yang jenisnya berupa reiterasi repetisi, sinonimi,
hiponimi dan kolokasi. Kata, frasa, dan klausa tersebut dapat disebut sebagai bentuk lingual pemarkah kohesi dengan syarat berikut ini.
a. Kata, frasa, atau klausa tertentu mengacu pada antesedennya. Anteseden atau
acuan tersebut dapat berada di dalam teks endofora dan dapat juga berada di luar teks eksofora.
b. Kata, frasa, atau klausa yang memiliki acuan dapat menunjukkan hubungan
bentuk dan hubungan makna dalam sebuah teks. Melalui kriteria yang telah dirumuskan, maka sebuah satuan bahasa
dikategorikan memiliki pemarkah kohesi gramatikal dan leksikal berdasarkan parameter dibawah ini.
Tabel 14. Parameter Kohesi
No. Pemarkah Kohesi Gramatikal
1
Pemarkah Referensi a.
Jenis referensi ditandai dengan adanya pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif dalam kalimat.
b. Bentuk referensi ditandai dengan adanya kata atau frasa yang kategorinya
berupa pronomia persona, pronomina demonstratif, dan kata tugas preposisi dalam kalimat.
c. Arah acuan referensi ditandai dengan adanya jenis dan bentuk referensi yang
merujuk pada letak antesedennya. Arah acuan referensi disebut endofora anaforis atau kataforis dan eksofora.
2
Pemarkah Substitusi
a. Jenis substitusi ditandai dengan adanya penggantian unsur nomina, verba,
dan klausa kalimat dalam sebuah satuan bahasa. b.
Bentuk substitusi ditandai dengan adanya kata atau frasa yang berfungsi mensubstitusikan kata, frasa, klausa atau kalimat lain secara kohesif.
c. Arah acuan substitusi ditandai dengan jenis dan bentuk substitusi yang
merujuk pada antesedennya. Arah acuan subtitusi adalah endofora.