Tiga Dimensi Pembelajaran Phillips

71 konstruktivisme. Phillips memetakan proses mengkonstruksi pengetahuan ini ke dalam tiga dimensi pembelajaran yaitu dimensi horizontal, dimensi diagonal, dan demensi vertikal sebagai berikut; 11 19 2007 11 19 2007 6 6 Phillip dalam Light and Cox, 2001 Mana daerah yang dikembangkan? Konstruksi aktif, agen pengetahuan sebagai ‘aktor’ Manusia sebagai kreator. Realitas ‘diciptakan’ Pembelajaran oleh alam. Realitas ‘ditemukan’ Konstruksi Pengetahuan Sosiokultural Konstruksi Pengetahuan Individual Konstruksi pasif, agen pengetahuan sebagai ‘penonton’ KONSTRUKTIVISME KONSTRUKTIVISME Dimensi horizontal menjelaskan bahwa dalam mengkonstruksi pengetahuan atau realitas, pada satu sisi pengetahuan atau realitas itu “ditemukan” sedangkan pada sisi yang lain pengetahuan atau tealitas itu “diciptakan”. “Ditemukan” maksudnya bahwa pengetahuan itu bebas dari campur tangan manusia. Alam berfungsi sebagai “instruktur” dan manusia tinggal menemukan prinsip-prinsipnya. Ini artinya bahwa pembelajaran dilakukan oleh alam, realitas ditemukan dan manusia tinggal mempelajarinya. Sedangkan pada sisi yang lain, pengetahuan atau realitas itu “diciptakan” oleh manusia. Manusia sebagai kreator dimana realitas “diciptakan” olehnya. Dimensi diagonal menunjukkan tingkat keaktifan proses konstruksi pengetahuan tersebut, antara aktif dan pasif. Pada ujung yang satu manusia baik secara individu maupun sosial mengkonstruksi 72 pengetahuan secara pasif dan ia sebagai penonton, sedangkan pada ujung yang lainnya, manusia mengkonstruksi pengetahuannya secara aktif, ia sebagai aktor. Dimensi vertikal menggambarkan perdebatan tentang faktor pendukung terjadinya konstruksi pengetahuan tersebut, yaitu antara proses internal dalam diri individu manusia, apakah peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, atau proses sosial dan kultural dalam komunitas masyarakat, yaitu apakah peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama-sama dalam kelompok. Pandangan konstruktivistik tentang belajar berada di tengah-tengah sumbu horisontal, tetapi agak condong ke arah kutub “sosial” dan “aktor” dari kedua sumbu lainnya. Konsep-konsep dasar pembelajaran yang telah dijelaskan di atas akan dijadikan acuan dalam mengembangkan model-model pembelajaran pada uraian berikut. Untuk itu, tujuan penulisan ini untuk menggugah kembali pikiran para pembaca khususnya tenaga pengajar dan penyelenggara pendidikan tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif serta bagaimana menuangkannya ke dalam proses pembelajaran sehari-hari. Model pembelajaran yang disajikan dalam tulisan ini dimaksudkan sebagai stimulan bagi para pembaca khususnya para gurupengajar, sehingga pembaca dapat mengembangkannya sendiri sesuai dengan permasalahan-permasalahan pembelajaran yang ditemui dalam tugasnya sehari-hari. Selain itu pembaca juga diharapkan dapat menganalisis praktek-praktek pembelajarannya sehari-hari untuk dibandingkan dengan contoh-contoh pembelajaran yang sesuai dengan strategi yang relevan. Diharapkan pembaca mampu mengembangkan perspektif baru tentang pembelajaran yang 73 berkualitas, dan mampu mengembangkan sendiri pembelajarannya dengan pendekatan konstruktivisme tersebut.

4. Modelprosedur Pembelajaran Konstruktivisme

Driver dalam Fraser dan Walberg, 1995 mengembangkan prosedur pembelajaran berdasarkan konstruktivisme untuk memfasilitasi siswamahasiswa dalam membangun sendiri konsep- konsep baru berdasarkan konsep-konsep lama yang telah dimilikinya. Pengkonstruksian konsep-konsep baru tersebut tidak terjadi pada ruang hampa melainkan dalam konteks sosial, di mana mereka dapat berinteraksi satu sama lain untuk merestrukturisasi ide-idenya. Konsep lama yang dimiliki mahasiswa digali ketika pembelajaran pendahuluan atau pada tahap orientasi. Konsep lama ini diperoleh mahasiswa dari kehidupannya sehari-hari selama bertahun-tahun melalui peristiwa alam, model, atau simulasi, maupun dari pembelajaran sebelumnya yang relevan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari. Tidak jarang di antara konsep-konsep itu ada yang salah miskonsepsi, yang akan sangat mengganggu proses belajar selanjutnya apabila tidak diperbaiki sejak awal. Konsep lama yang sudah sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi pemahaman konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran inti. Maka prosedur pembelajaran konstruktivisme yang dikembangkan meliputi langkah-langkah: a. Orientasi b. Penggalian ide c. Restrukturisasi ide d. Aplikasi ide e. Reviu perubahan ide 74 Prosedur pembelajaran konstruktivisme dapat digambarkan sbb; 11 19 2007 11 19 2007 7 7 PROSEDUR PEMBELAJARAN PROSEDUR PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME KONSTRUKTIVISME Orientasi Penggalian ide Aplikasi ide Reviu perubahan ide Membandingkan dengan ide sebelumnya Restrukturisasi ide Klarifiasi dan pertukaran Ekspose pada situasi konflik Konstruksi ide baru Evaluasi Driver dalam Fraser dan Walberg, 1995 Lanjut ke hal. 13

a. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, dosen mengkondisikan atau menciptakan situasi agar mahasiswa siap untuk belajar. Dosen mendeskripsikan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, menunjukkan relevansi materi dengan kehidupan nyata, mengemukakan tujuan yang akan dicapai, serta menunjukkan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari konsep-konsep yang akan dipelajari. 11 19 2007 11 19 2007 8 8 PROSEDUR PEMBELAJARAN PROSEDUR PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME KONSTRUKTIVISME Orientasi Driver dalam Fraser dan Walberg, 1995 Dosen mengkondisikan mahasiswa untuk belajar:  Mendeskripsikan ruang lingkup materi yang akan dipelajari  Menunjukkan relevansi materi dengan kehidupan nyata  Mengemukakan tujuan yang akan dicapai  Mengemukakan kemampuan prasyarat yang diperlukan Kembali ke hal. 7