122 dengan dilengkapi pengumpulan data setelah proses, kemudian semua
data dijadikan dasar refleksi pada akhir Siklus 1. Hasil refleksi dijadikan dasar perencanaan Siklus 2, dengan prosedur yang sama, dan hasil
refleksi pada akhir Siklus 2 dijadikan dasar perencanaan tindakan Siklus 3, begitu seterusnya sampai peneliti merasa bahwa perubahan
memadai telah terjadi. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 4.1 di bawah.
Penelitian tindakan jarang dapat dilakukan sekali karena sulit untuk merencanakan tindakan yang tepat untuk situasi alami yang
sangat kompleks. Maka tindakannya bersiklus untuk dua kepentingan sekaligus: 1 untuk memantapkan tindakan guna mendapai dampak
berupa perubahanperbaikan yang lebih kuat dalam situasi alami yang diteliti; dan 2 meningkatkan validitas perubahan dengan trianggulasi
antar waktu mengulangi tindakan untuk meyakinkan bahwa perubahan bukan hanya kebetulan. Maka Gambar 5.2 di atas menunjukkan
bahwa penelitian masih bisa dilakukan lebih dari 3 siklus jika dipandang perlu, bahkan pada hakikatnya penelitian tindakan dapat
berlangsung sepanjang karier dengan terminal pada siklus tertentu.
Gambar 4.2: Langkah-langkah Bersiklus Penelitian Tindakan
Perenc a-naan
Reflek si
Tindak an
Observ asi
Refleks i
Peren ca-
naan Observ
asi Tindak
an Peren
ca- naan
Reflek si
Tindak an
Observ asi
Perenc a-naan
Reflek si
Tindak an
Observ asi
Peren- canaan
Refleksi Tindak-
an Obser-
vasi
Perenc a-naan
Reflek si
Tindak an
Observ asi
Refleksi
Perenca- naan
Tindak- an
Observa si
Perenc a-naan
Reflek si
Tindak an
Observ asi
Perenca- naan
Refleksi Tindak-
an Obser-
vasi
123
b. Langkah-langkah Penelitian Tindakan
a Menyadari Kekurangan
Dengan mengacu pada hakikat dan persyaratan penelitian tindakan, penelitian tindakan bermula dari kekecewaan seorang praktisi
terhadap praktiknya sendiri, baik dari segi kompetensi peneliti pengetahuan dan kerampilan,
segi proses maupun segi hasil pembelajaran. Di sini dicontohkan adanya satu praktisi seperti itu: satu
orang guru bahasa Inggris di SD. Praktisi tersebut melihat bahwa proses dan hasil belajar mahasiswa dapat lebih bagus dari yang sudah
ada. Guru bahasa Inggris SD tersebut merasa bahwa dia sudah bekerja keras untuk mengaktifkan murid-muridnya dapat proses
pembelajaran agar mereka dapat berbicara bahasa Inggris. Akan tetapi menurut pengamatannya, muridnya masih belum menunjukkan hasil
belajar seperti yang diharapkan.
b Pengumpulan Informasi untuk Refleksi Awal dalam rangka
Identifikasi Masalah Untuk dapat mengidentifikasi masalah yang ada dalam praktik,
informasi tentang praktik tekait perlu dikumpulkan untuk menjadi bahan refleksi awal, yang menghasilkan sederet masalah yang diidentifikasi.
Dalam hal kedua praktisi di atas, mereka berdua berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengumpulkan data awal tersebut. Mereka
berdua minta kepada kolaborator untuk mengamati praktik pengajaran mereka dalam proses alami seperti biasanya. Selama mengamati
kolaborator diminta untuk mencatat seluruh proses beserta seluruh perilaku dosen dan perilaku mahasiswa yang ada di dalamnya, baik
perilaku verbal maupun non-verbal, baik perilaku non-interaktif ketika seseorang ingin mengungkapkan pikiran, pendapat, dan perasaan
maupun interaktif ketika seseorang menyampaikan sesuatu untuk
124 ditanggapi oleh orang lain dan ketika dia menanggapi orang lain. Hasil
pengamatan berupa catatan lapngan kemudian ditulis kembali menjadi suatu vignettee, yaitu deskripsi proses rinci yang dapat memberi
gambaran jalannya proses lengkap. Lihat Gambar 4.3 untuk contoh vignettee pembelajaran bahasa Inggris di SD.
Data dalam vignettee dapat dilengkapi dengan mengumpulkan data langsung dari para pelaku di dalam proses tersebut melalui
wawancara mendalam informal untuk memperoleh pengakuan jujur dari peserta tentang proses pembelajaran di mana mereka adalah
pesertanya. Dalam kasus pembelajaran bahasa Inggkris hasil wawancara informal dengan
mahasiswa menunjukkan bahwa
mahasiswa sering bosan karena kegiatannya hampir sama. Mereka ingin kegiatan yang berbeda dan suka kegiatan di mana mereka dapat
bergerak, tidak hanya duduk. Mereka juga senang jika dilibatkan dalam kegiatan sambil bermain. Sementara itu, pada mahasiswa yang
kelasnya diteliti mengatakan bahwa mereka ingin kecepatan penyajian materi dikurangi dan diiringi dengan contoh-cotonh konkret dalam
kehidupan nyata dalam contoh penerapan teori komunikasi yang sedang dipelajari. Di samping itu, gambar-gambar diberi warna untuk
menimbulkan variasi. Mengenai kesempatan bertanya, mereka ingin ada pancingan dari dosen.