1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada  saat  ini  ketahanan  dan  kestabilan  perekonomian  Indonesia  sedang diuji  dengan  berbagai  kondisi  gejolak  perekonomian  dunia  yang  tidak  stabil.
Berbagai  krisis  ekonomi  yang  melanda  Benua  Amerika  di  awal  tahun  2008 dan  Benua  Eropa  akibat  krisis  likuiditas  serta  perlambatan  pertumbuhan
ekonomi  dunia  dan  risiko  makro  ekonomi  yang  meningkat.  Dengan  berbagai keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian
global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan kekhawatiran  fiscal  cliff  di  Amerika  Serikat,  serta  turunnya  harga  komoditas
ekspor di pasar global Erani dan Sri, 2013. Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi
Eropa  membuat  realisasi  investasi  di  luar  Pulau  Jawa  ikut  mengalami penurunan  Rosalina,  2012.  Sektor  pertambangan  yang  menjadi  penanaman
investasi  terbesar  di  Indonesia  mulai  turun  di  semester  I  2012  dan  tren investasi  mulai  beralih  ke  manufaktur.  Sektor  manufaktur  merupakan  sektor
yang  banyak  menyerap  tenaga  kerja,  di  tahun  2013  sektor  penyerap  tenaga kerja buruh ini mengalami peningkatan mencapai 24  dari produk domestik
bruto.  Sektor  manufaktur  dapat  menyerap  tenaga  kerja  yang  banyak,  maka sangat  baik  jika  sektor  manufaktur  dapat  tumbuh.  Namun  sektor  manufaktur
2 memerlukan dana yang besar.  Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat
menutupi  permodalan  operasi  perusahaan  manufaktur.  Bank  merupakan pemberi  pinjaman  yang  banyak  diambil.  Jika  dalam  keadaan  krisis  yang
berimbas  operasi  perusahaan  maka  kesulitan  pembayaran  pinjaman  akan mempengaruhi kepercayaan bank
.
Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada peningkatan  Non  Performing  Loan  NPL  dari  tahun  ke  tahun  mengalami
penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel 1.1 Non Performance Loan
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Walaupun  sektor  manufaktur  menjadi  tren  dalam  dunia  investasi,  namun
di  awal  tahun  2013  berdasarkan  Laporan  Kajian  Stabilitas  Sistem  Keuangan per  Maret  2013  yang  diterbitkan  Bank  Indonesia,  hasil  stress  test
menunjukkan  peningkatan  NPL  dari  2,29  pada  akhir  2012  menjadi  5,39 pada  akhir  semester  I-2013  atau  meningkat  310  basis  poin  bps  dan  potensi
tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit Dwitiya Grace, 2013. Sektor yang
3 mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah
yang  terjadi  di  perbankan.  Semakin  tinggi  angka  persentase  NPL  perbankan maka  banyak  perusahaan-perusahaan  yang  mengalami  kredit  bermasalah
dengan perbankan Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012. Dengan  melihat  permasalahan  kredit  maka  pihak  manajer  keuangan
memiliki  kewajiban  dalam  membuat  keputusan  pendanaan,  baik  secara mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian
laba  di  masa  depan,  atau  menjanjikan  untuk  melunasi  kas  investor  itu  plus bunga  tetap  Brealey,  Myers,  Marcus,  2007.  Dengan  membuka  keran
investasi  ke  masyarakat  dengan  menjadi  perusahaan  yang  terbuka  maka permodalan  keuangan  dapat  diperoleh.  Pasar  modal  menjadi  sarana  untuk
memobilisasi  dana  yang  bersumber  darimasyarakat  ke  berbagai  sektor  yang melaksanakan  investasi.  Dengan  investasi  di  pasar  modal  maka  investasi
4 masyarakat  akan  menjadi  dana  segar  bagi  perusahaan  dalam  menjalankan
usahanya  menjadi  lebih  baik.  Budi  dan  Nurhatmini,  2003  dalam  Nathaniel Nicky, 2008.
Para  investor  yang  akan  melakukan  investasi  dengan  membeli  saham  di pasar  modal  akan  menganalisis  kondisi  perusahaan  terlebih  dahulu  agar
investasi  yang  dilakukannya  dapat  memberikan  keuntungan  return.  Rasa aman  merupakan  hal  terpenting  yang  harus  diberikan  perusahaan  dalam
mengelolah permodalan
investasinya. Kewajiban
perusahaan yang
mendapatkan  permodalannya  harus  dapat  memberikan  imbal  hasil  dari permodalan  tersebut,  sehingga  investor  tidak  salah  dalam  memilih  saham
perusahaan  yang  diinvestasikan.  Karena  tujuan  utama  investor  yaitu mendapatkan  imbal  hasil  dari  investasi  maka  tugas  manajer  keuangan  yang
diartikan  sebagai  manajemen  dana  yang  bertugas  mengalokasikan  dana investasi secara efektif Murti, 2011.
Memperoleh  return  keuntungan  merupakan  tujuan  utama  dari  aktivitas perdagangan  para  investor  dipasar  modal.  Para  investor  menggunakan
berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis  sendiri  terhadap  perilaku  perdagangan  saham,maupun  dengan
memanfaatkan  sarana  yang  diberikan  oleh  para  analis  pasar  modal,  seperti broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di
pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola  return  yang
5 diterima  dari  saham  tersebut  Budi  dan  Nurhatmini,  2003  dalam  Nathaniel
Nicky, 2008. Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang
meningkat  di  atas  Rp.  11.000  Dat  03  waspada  online,  September  2013. Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US
Sumber: www.sahamok.comgrafik-usd-vs-idr-rupiah Pelemahan  nilai  tukar  akan  mempengaruhi  nilai  transaksi  perusahaan
manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import  menyebabkan  kenaikan  biaya  bahan  baku  impor  sehingga  Cost  of
Goods  Sold  COGS  pada  masing-masing  sektor  meningkat  sesuai  dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten
PT  Tiga  Pilar  Sejahtera  Tbk  AISA,  yang  ikut  terpengaruh  penurunan  nilai tukar  rupiah.  Sebab,  emiten  ini  memakai  bahan  baku  impor,  yakni  tepung
gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir  yang  menyebabkan  korporasi  mengalami  penurunan  Debt  Service
Coverage  Ratio  DSCR  dan  mengakibatkan  penurunan  kinerja  kreditnya  di bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan.
6
Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id. Beberapa  perusahaan  dapat  mengalami  kerugian  walaupun  sudah  masuk
ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh Busa  Efek  Indonesia  BEI  sehingga  pencatatan  saham  dihapus  jika
perusahaan  mengalami  peristiwa  yang  secara  signifikan  berpengaruh  negatif terhadap  kelangsungan  usaha  perusahaan  tercatat,  baik  secara  finansial
maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. Nur Firdaus, 2013.
Beberapa  perusahaan  yang  mengalami  delisting  atau  keluar  dari  pasar modal diantaranya terlihat di bawah ini.
Tabel 1.4 Daftar perusahaan
delisting Nama Perusahaan
Tahun Keterangan
PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008
Delisting  karna  kesulitan likuiditas
Apexindopratama Duta Tbk. Apex
Maret 2009 Delisting  karena  kesulitan
likuiditas Siwani Makmur Tbk
SIMA Januari 2011
kondisi  operasional  dan keuangan yang memburuk
Suryainti Permata Tbk SIIP
Februari 2012 Delisiting
karena penyelesaian  utang  yang
berlarut -laru Bersambung ke halaman selanjutnya
7
Tabel 1.4 Lanjutan Nama Perusahaan
Tahun Keterangan
PT Cipendawa Tbk CPDW 30 Juni 2013
Suspend PT  Panca  Wiratama  Sakti  Tbk
PWSI 2013
Suspend PT Berlian Laju Tanker Tbk
BLTA 2013
Suspend PT  Central  Proteinaprima  Tbk
CPRO 2013
Suspend PT Metro Batavia
Batavia Air Januari 2013
Pailit alias bangkrut PT Amstelco Indonesia Tbk
Februari 2013 Suspend
Indo  Setu  Bara  Resources  Tbk CPDW
2013 Suspend
PT Amstelco Indonesia INCF  2013 Suspend
Sumber :data diolah dari www.sahamok.comemitensaham-delisting Sangat  berbahaya  jika  perusahaan  yang  sudah  dalam  kategori  perusahaan
terbuka  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI  mengalami  krisis likuiditas  maka  akan  merugikan  banyak  pihak  terutama  pemilik  saham,
perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan  yang  di  investasinya  mengalami  kebangkrutan  atau  kesulitan
likuiditas  yang  mengakibatkan  financial  distress  maka  akan  mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.
Menurut  Peter  dan  Yoseph  2011,  analisis  kebangkrutan  penting dilakukan  dengan  pertimbangan  kebangkrutan  suatu  perusahaan  terbuka  go
public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah, investor  yang  berinvestasi  dalam  bentuk  saham  maupun  obligasi,  kreditur
yang dirugikan karena terjadinya  gagal bayar default, karyawan perusahaan tersebut  karena  terjadi  Pemutusan  Hubungan  Kerja  PHK  serta  manajemen
8 perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan  berpengaruh  terhadap  kelangsungan  hidup  going  concern perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan  yang berubah-
ubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan.  Kondisi  demikian  dialami  oleh  banyak  perusahaan  saat  krisis
moneter terjadi. Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan
dengan  berbagai  rambu-rambu  BAPEPAM.  Dalam  keputusan  BAPEPAM nomor  kep-82pm1996  tentang  keterbukaan  informasi  pemegang  saham
tertentu    seperti  penerapan  kebijakan  perlindungan  terhadap  minoritas  share holder  prinsip  keterbukaan  dalam  laporan  keuangan.  Jika  perusahaannya
dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat informasi  yang  asymmetris    terhadap  pihak  pemegang  saham  stock  holder
yang  menyebabkan  penilaian  terhadap  perusahaan  tidak  dapat  seluruhnya sesuai dengan value dari asset yang ada.
Informasi  yang  asymmetris  akan  menyesatkan  para  pengguna  laporan keuangan  tidak  terkecuali  para  investor  yang  ingin  membeli  saham
perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna
sebagai  pertimbangan  untuk  menentukan  tingkat  keuntungan  beserta  risiko saham  yang  dibeli  atau  dijual.  Sebelum  menginvestasikan  dananya,  investor
melakukan  analisis  terhadap  kemampuan  perusahaan  bertujuan  menghasilkan
9 keuntungan.  Investor  juga  berkepentingan  atas  informasi  yang  berhubungan
dengan  kondisi  atau  kinerja  keuangan  perusahaan  sebagai  pedoman  untuk melakukan  investasi,  agar  dana  yang  diinvestasikan  tersebut  mampu
menghasilkan  nilai  tambah  dimasa  mendatang  dalam  bentuk  dividen  atau capital  gain.  Jika  informasi  tersebut  tidak  mencerminan  keadaan
sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat. Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan
yaitu  hubungan  antara  pemilik  modal  dan  pihak  manajemen.  Pemilik  saham yang  memiliki  latar    belakang,  selera,  kekayaan,  kerangka  waktu  dan
kesempatan  pribadi  yang  berbeda.  Namun  semua  itu  memiliki  tujuan  yang sama  yaitu  memaksimalkan  nilai  pasar  dari  investasi  pemegang  saham  atas
perusahaan  Brealey,  Myers,  Marcus,  2007.  Dengan  adanya  tujuan  tersebut maka  tugas  manajerlah  untuk  melakukannya,  sehingga  berbagai  cara
dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak. Harga  saham  suatu  perusahaan  menunjukkan  nilai  penyertaan  dalam
perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan,  risiko, dividen, tingkat suku bunga,
penawaran,  permintaan,  laju  inflasi,  kebijaksanaan  pemerintah  dan  kondisi perekonomiaan  Thobarry,  2009.  Karena  perubahan  faktor-faktor  di  atas
harga  saham  akan  mengalami  perubahan  naik  atau  turun.  Harga  saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat.
10 Para  investor  dan  kreditur  sebelum  menanamkan  dananya  pada  suatu
perusahaan  akan  selalu  melihat  terlebih  dahulu  kondisi  keuangan  perusahaan tersebut.  Oleh  karena  itu,  analisis  dan  prediksi  atas  kondisi  keuangan  suatu
perusahaan adalah sangat penting Atmini dalam Hadi dan Anggarini
, 2008
.
I
nvestor  mengukur  kinerja  perusahaan  berdasarkan  kemampuan  beberapa perusahaan  dalam mengelola  sumber  dana  yang  dimiliki  untuk menghasilkan
keuntungan.  Rasio  keuangan  dapat  membantu  para  pelaku  bisnis,  pemerintah dan  para  pemakai  laporan  keuangan  lainnya  untuk  menilai  kondisi  keuangan
suatu perusahaanThobarry, 2009.
Analisis  financial  distress  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  rasio- rasio  keuangan.  Metode  Altman  Z-Score  dapat  diterapkan  untuk  pengujian
karakteristik  kegagalan  usaha  perusahaan  dengan  menentukan  variabel  yang efektif  untuk  memprediksi  financial  distress  di  masa  depan.  Model  ini  juga
dapat  digunakan  untuk  menganalisis  dan  mengevaluasi  kinerja  keuangan perusahaan  melalui  rasio  keuangan  Rida  dan  Adam,  2011.  Menurut  Foster
1986, dengan memperhatikan 4 empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan  dengan  model  rasio  keuangan  salah  satunya  mengkaji  hubungan
empirik  antara  rasio  keuangan  dan  estimasi  atau  prediksi  variabel  tertentu seperti kebangkrutan atau financial distress.
Analisis  harga  saham  perusahaan  sangat  penting  bagi  para  investor  yang ingin  baru  masuk  dalam  dunia  investasi.  Walaupun  secara  kenyataan  bahwa
harga  saham  di  pasar  modal  menurun  belum  tentu  dikarenakan  keuangan
11 perusahaan  tersebut  sedang  buruk,  namun  karena  imbas  permintaan  dan
penawaran  berbagai  spekulasi  investor  lain  yang  mangakibatkan  tren  harga saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor
baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon murah. Dengan melihat market  capitalization  atau  ukuran  perusahaan  dapat  menjadi  landasan  bahwa
perusahaan  tersebut  memiliki  fundamental  yang  baik.  Selain  itu  analisis  beta saham  juga  dapat  menjadi  acuan  akan  ketahanan  perusahaan  dari  pengaruh
pasar yang ada. RI  salah  satu  lembaga  pemeringkat  asal  Jepang  menilai  perekonomian
Indonesia  akan  tetap  tumbuh  sekira  6  persen  dalam  jangka  menengah.  Hal tersebut  dapat  dilakukan  bila  dapat  memperkuat  basis  industrinya  dengan
memanfaatkan  Foreign  Direct  Investment  FDI.  Selain  itu,  defisit  fiskal kemungkinan  akan  tetap  rendah,  dengan  sektor  perbankan  tetap  terjaga,  dan
peningkatan  beban  utang  pemerintah  tidak  bertambah.  Dengan  faktor-faktor tersebut,  RI  menegaskan  peringkat  investasi  Indonesia  tetap  di  BBB-
Fakhri,  2013
.
Dengan  adanya  peningkatan  perekonomian  Indonesia  maka pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM pada pertengahan tahun  2013  menyeburkan  bahwa  diantara  5  sektor  yang  merupakan  tujuan
investasi Penanaman Modal Asing PMA, sektor industri barang kimia dasar dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam
12 dasar,  mesin  elektronik,  industri  alat  angkutan  dan  transportasi  lainnya,
industri kertas dan percetakan Wan, 2013. Berdasarkan  hal-hal  yang  telah  diuraikan  diatas,  bahwa  kinerja  keuangan
perusahaan  akan  menjadi  sorotan  para  investor  dan  kreditor  sebelum menanamkan  dananya  pada  suatu  perusahaan,  maka  dengan  keadaan
perusahaan  yang  mengalami  kesulitan  keuangan  akan  mempengaruhi pandangan  yang  mengakibatkan  penurunan  kepercayaan  yang  berimbas
penurunan  kepercayaan  investasi  yang  mempengaruhi  saham  perusahaan. Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat imbas  berbagai  kesulitan  yang  terjadi  saat  ini  dengan  keadaan  saham
perusahaannya.  Dengan  menggunakan  populasi  pada  perusahaan  manufaktur karena  sektor  ini  termasuk  sektor  penting  yang  diantaranya  membantu  naik
turunnya keadaan saham di IDX.
Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan
IHSG
Sumber: data diolah dari www.
f
inance.yahoo.com
13 Maka  dengan  melihat  hal  ini  maka  peneliti  melakukan  penelitian  yang
berjudul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan
Financial  Distress  terhadap  Subsequent  Return  Saham  Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009
– 2013”.
Penelitian-penelitian  terdahulu  oleh  para  ahli  tentang  saham  sudah sering  dilakukan  William,  Agung  2013  dengan  menggunakan  populasi
perusahaan  sektor  aneka  industri.  Dalam penelitian  ini menggunakan  analisis regresi  berganda.  Hasil  penelitiannya  bahwa  variabel  book  to  market  dan
earning  yield    berpengaruh  signifikan  sedangkan  dividend  yield  tidak berpengaruh  signifikan  terhadap  variabel  harga  saham.  Sehingga  penelitian
sekarang  ingin  menguji  kembali  variabel  book  to  market  untuk  semua perusahaan  di  sektor  manufaktur  yang  memiliki  harga  saham  yang
berfluktuatif  cenderung  turun  pada  keadaan  tahun  sekarang.  Dengan  melihat keadaan return saham perusahaan tersebut.
Penelitian  lainnya  tentang  kondisi  financial  distress  diantaranya  yang dilakukan oleh Altman 1968 merupakan penelitian awal yang memanfaatkan
analisis  rasio  keuangan  sebagai  alat  untuk  memprediksi  kebangkrutan perusahaan.  Altman  menemukan  ada  lima  rasio  keuangan  yang  dapat
digunakan  untuk  mendeteksi  kebangkrutan  perusahaan  dua  tahun  sebelum perusahaan  tersebut  bangkrut  dengan  menggunakan  analisis  multiple
discriminant  analysis.  Kelima  rasio  tersebut  terdiri  dari:  cash  flow  to  total
14 debt,  net  income  to  total  assets,  total  debt  to  total  assets,  working  capital  to
total  assets,  dan  current  ratio.  Altman  juga  menemukan  bahwa  rasio-rasio tertentu,  terutama  likuidasi  dan  leverage,  memberikan  sumbangan  terbesar
dalam  rangka  mendeteksi  dan  memprediksi  kebangkrutan  perusahaan. Sehingga  penelitian  sekarang  ingin  menguji  kembali  rasio  yang  digunakan
Altman  dalam  memprediksi  financial  distress  di  sektor  manufaktur  seperti yang dilakukan Altman.
Pengujian atas pengaruh book to market  terhadap return saham dilakukan oleh  Utama  dan  Lumondang  2009,  didapatkan  kesimpulan  bahwa  book  to
markat berpengaruh terhadap  return saham. Hasil  yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Brad dan John 1997, yang berisi peningkatan book to market
akan mempengaruhi  net income perusahaan  yang menjadi daya tarik investor dalam  melihat  harga  saham  dan  mencapai  imbal  hasil  yang  diinginkan  serta
firm  size,  book  to  market  berpengaruh  signifikan  terhadap  security  return. Kedua  penelitian  ini  menggunakan  analisis  regresi  berganda.  Sehingga
penelitian  sekarang  ingin  menguji  kembali  variabel  Firm  Size  dan    Book  to Market  yang  diteliti  oleh  Brad  dan  John  1997  dan  Bankruptcy  risk  oleh
Utama  dan  Lumondang  2009.  Kedua  penelitian  ini  menggunakan  variabel dependen  return  saham  dan  ingin  menguji  kembali  penelitian  sebelumnya
untuk saham sektor manufaktur. Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect
yang  dilakukan  oleh  Chan  dan  Chen  1991  merupaka  variabel  yang
15 mempengaruhi imbal hasil  return saham. Dalam penelitian Fama dan  Frech
1992  memperkirakan  bahwa  book  to  market  effect  mungkin  muncul  karena adanya  distress  risk.  Sehingga  dalam  penelitian  sekarang  ingin  melihat
kembali  apakah  book  to  market  effect  dan  distress  risk  akan  berpengaruh terhadap return saham perusahaan.
Peneliti  menggunakan  variabel  financial  distress  kebanyakan  dilakukan untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti
ingin  melihat  keadaan  ini  terhadap  return  saham  perusahaan  apakah berpengaruh  secara  signifikan  atau  tidak,  serta  ukuran  perusahaan  firm  size
dan  book  to  market  dalam  penelitian  sebelumnya  juga  mempengaruhi  return saham  dan  peneliti  ingin  melihat  apakah  di  priode  penelitian  sekarang  dapat
mendapatkan hasil yang sama. Penelitian  tentang  beta  saham  dilakukan  oleh  Herman  dan  Suk    2007,
metode  penelitian  dengan  menggunakan  analisis  simple  regression  dan kemudian  menggunakan  multiple  regression.  Dalam  penelitian  sekarang  yang
membedakan  yaitu    variabel  financial  distress.  Penggunaan  variabel  beta dalam  penelitian  sekarang  adalah  ingin  melihat  tingkat  risiko  pasar  pada
perusahaan sektor manufaktur. Penelitian  tentang  Earning  dilakukan  oleh  Solechan  2009,  dimana
variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh positif  terhadap  return  saham.  Dalam  penelitian  sekarang  menggunakan  data
populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya
16 yang  menggunakaan  populasi  semua  perusahaan  yang  ada  di  Bursa  Efek
Indonesia. Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak
diminati  diantaranya  oleh  masyarakat  luas,  pengusaha  maupun  perusahaan dilihat  dari  banyaknya  investor  dan  perusahaan  sekuritas  yang  ada.  Dalam
berinvestasi  hal-hal  yang  harus  dilihat  diantaranya  kesehatan  perusahaan. Perusahaan  yang  sehat  akan  memberikan  imbal  hasil  yang  baik.  Penggunaan
prediksi  kesehatan  perusahaan  sangat  membantu  untuk  melihat  bagaimana pondasi  keuangan  perusahaan  dalam  mengahadapi  keadaan  bisnis  usaha  yang
susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan maupun para investor.
Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama Three  Factor  Model  yaitu  beta,  firm  size  dan  book  to  market,  penelitian
sebelumnya  hanya  menggunakan  variabel  Capital  Assets  Pricing  Model CAPM yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham
yang  kemungkinan  dapat  menghasilkan  persamaan  yang  lebih  baik  dengan menggunakan  subsequent  return  saham.  Pemilihan  subsequent  return  saham
dinilai  lebih  tepat  untuk  melihat  bagaimana  keadaan  perusahaan  setelah  di audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go
public  yang  merupakan  emiten  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI  dan  terdaftar selama  periode  2009-2013.  Pemilihan  populasi  ini  seperti  yang  dilakukan
Altman  dalam  menilai  kebangkrutan  sehingga  industri  ini  memiliki  populasi
17 yang  sangat  tepat  untuk  penelitian  saat  ini.  Banyak  penelitian  sebelumnya
hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double regresi  dengan  melihat  bagaimana  keadaan  subsequent  return  saham  dilihat
rasio  kebangkrutan  perusahaan.  Metode  uji  yang  digunakan  yaitu  dengan aplikasi  eviews  yang  masih  jarang  digunakan  dimana  penelitian  sebelumnya
masih  banyak  menggunakan  aplikasi  spss.  Peneliti  menggunakan  aplikasi eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana
data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya.
B. Perumusan Masalah