Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini ketahanan dan kestabilan perekonomian Indonesia sedang diuji dengan berbagai kondisi gejolak perekonomian dunia yang tidak stabil. Berbagai krisis ekonomi yang melanda Benua Amerika di awal tahun 2008 dan Benua Eropa akibat krisis likuiditas serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan risiko makro ekonomi yang meningkat. Dengan berbagai keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan kekhawatiran fiscal cliff di Amerika Serikat, serta turunnya harga komoditas ekspor di pasar global Erani dan Sri, 2013. Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi Eropa membuat realisasi investasi di luar Pulau Jawa ikut mengalami penurunan Rosalina, 2012. Sektor pertambangan yang menjadi penanaman investasi terbesar di Indonesia mulai turun di semester I 2012 dan tren investasi mulai beralih ke manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, di tahun 2013 sektor penyerap tenaga kerja buruh ini mengalami peningkatan mencapai 24 dari produk domestik bruto. Sektor manufaktur dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka sangat baik jika sektor manufaktur dapat tumbuh. Namun sektor manufaktur 2 memerlukan dana yang besar. Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat menutupi permodalan operasi perusahaan manufaktur. Bank merupakan pemberi pinjaman yang banyak diambil. Jika dalam keadaan krisis yang berimbas operasi perusahaan maka kesulitan pembayaran pinjaman akan mempengaruhi kepercayaan bank . Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada peningkatan Non Performing Loan NPL dari tahun ke tahun mengalami penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 1.1 Non Performance Loan Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Walaupun sektor manufaktur menjadi tren dalam dunia investasi, namun di awal tahun 2013 berdasarkan Laporan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan per Maret 2013 yang diterbitkan Bank Indonesia, hasil stress test menunjukkan peningkatan NPL dari 2,29 pada akhir 2012 menjadi 5,39 pada akhir semester I-2013 atau meningkat 310 basis poin bps dan potensi tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit Dwitiya Grace, 2013. Sektor yang 3 mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah yang terjadi di perbankan. Semakin tinggi angka persentase NPL perbankan maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kredit bermasalah dengan perbankan Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012. Dengan melihat permasalahan kredit maka pihak manajer keuangan memiliki kewajiban dalam membuat keputusan pendanaan, baik secara mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus bunga tetap Brealey, Myers, Marcus, 2007. Dengan membuka keran investasi ke masyarakat dengan menjadi perusahaan yang terbuka maka permodalan keuangan dapat diperoleh. Pasar modal menjadi sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber darimasyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dengan investasi di pasar modal maka investasi 4 masyarakat akan menjadi dana segar bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik. Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008. Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan return. Rasa aman merupakan hal terpenting yang harus diberikan perusahaan dalam mengelolah permodalan investasinya. Kewajiban perusahaan yang mendapatkan permodalannya harus dapat memberikan imbal hasil dari permodalan tersebut, sehingga investor tidak salah dalam memilih saham perusahaan yang diinvestasikan. Karena tujuan utama investor yaitu mendapatkan imbal hasil dari investasi maka tugas manajer keuangan yang diartikan sebagai manajemen dana yang bertugas mengalokasikan dana investasi secara efektif Murti, 2011. Memperoleh return keuntungan merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor dipasar modal. Para investor menggunakan berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang 5 diterima dari saham tersebut Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008. Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang meningkat di atas Rp. 11.000 Dat 03 waspada online, September 2013. Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US Sumber: www.sahamok.comgrafik-usd-vs-idr-rupiah Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga Cost of Goods Sold COGS pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk AISA, yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service Coverage Ratio DSCR dan mengakibatkan penurunan kinerja kreditnya di bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan. 6 Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id. Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh Busa Efek Indonesia BEI sehingga pencatatan saham dihapus jika perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. Nur Firdaus, 2013. Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar modal diantaranya terlihat di bawah ini. Tabel 1.4 Daftar perusahaan delisting Nama Perusahaan Tahun Keterangan PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008 Delisting karna kesulitan likuiditas Apexindopratama Duta Tbk. Apex Maret 2009 Delisting karena kesulitan likuiditas Siwani Makmur Tbk SIMA Januari 2011 kondisi operasional dan keuangan yang memburuk Suryainti Permata Tbk SIIP Februari 2012 Delisiting karena penyelesaian utang yang berlarut -laru Bersambung ke halaman selanjutnya 7 Tabel 1.4 Lanjutan Nama Perusahaan Tahun Keterangan PT Cipendawa Tbk CPDW 30 Juni 2013 Suspend PT Panca Wiratama Sakti Tbk PWSI 2013 Suspend PT Berlian Laju Tanker Tbk BLTA 2013 Suspend PT Central Proteinaprima Tbk CPRO 2013 Suspend PT Metro Batavia Batavia Air Januari 2013 Pailit alias bangkrut PT Amstelco Indonesia Tbk Februari 2013 Suspend Indo Setu Bara Resources Tbk CPDW 2013 Suspend PT Amstelco Indonesia INCF 2013 Suspend Sumber :data diolah dari www.sahamok.comemitensaham-delisting Sangat berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI mengalami krisis likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham, perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mengakibatkan financial distress maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan. Menurut Peter dan Yoseph 2011, analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka go public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar default, karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja PHK serta manajemen 8 perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup going concern perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah- ubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan. Kondisi demikian dialami oleh banyak perusahaan saat krisis moneter terjadi. Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan dengan berbagai rambu-rambu BAPEPAM. Dalam keputusan BAPEPAM nomor kep-82pm1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham tertentu seperti penerapan kebijakan perlindungan terhadap minoritas share holder prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan. Jika perusahaannya dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat informasi yang asymmetris terhadap pihak pemegang saham stock holder yang menyebabkan penilaian terhadap perusahaan tidak dapat seluruhnya sesuai dengan value dari asset yang ada. Informasi yang asymmetris akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tidak terkecuali para investor yang ingin membeli saham perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta risiko saham yang dibeli atau dijual. Sebelum menginvestasikan dananya, investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan bertujuan menghasilkan 9 keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau capital gain. Jika informasi tersebut tidak mencerminan keadaan sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat. Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan yaitu hubungan antara pemilik modal dan pihak manajemen. Pemilik saham yang memiliki latar belakang, selera, kekayaan, kerangka waktu dan kesempatan pribadi yang berbeda. Namun semua itu memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan nilai pasar dari investasi pemegang saham atas perusahaan Brealey, Myers, Marcus, 2007. Dengan adanya tujuan tersebut maka tugas manajerlah untuk melakukannya, sehingga berbagai cara dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, risiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomiaan Thobarry, 2009. Karena perubahan faktor-faktor di atas harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat. 10 Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting Atmini dalam Hadi dan Anggarini , 2008 . I nvestor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan beberapa perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaanThobarry, 2009. Analisis financial distress dapat dilakukan dengan menggunakan rasio- rasio keuangan. Metode Altman Z-Score dapat diterapkan untuk pengujian karakteristik kegagalan usaha perusahaan dengan menentukan variabel yang efektif untuk memprediksi financial distress di masa depan. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui rasio keuangan Rida dan Adam, 2011. Menurut Foster 1986, dengan memperhatikan 4 empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan salah satunya mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu seperti kebangkrutan atau financial distress. Analisis harga saham perusahaan sangat penting bagi para investor yang ingin baru masuk dalam dunia investasi. Walaupun secara kenyataan bahwa harga saham di pasar modal menurun belum tentu dikarenakan keuangan 11 perusahaan tersebut sedang buruk, namun karena imbas permintaan dan penawaran berbagai spekulasi investor lain yang mangakibatkan tren harga saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon murah. Dengan melihat market capitalization atau ukuran perusahaan dapat menjadi landasan bahwa perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik. Selain itu analisis beta saham juga dapat menjadi acuan akan ketahanan perusahaan dari pengaruh pasar yang ada. RI salah satu lembaga pemeringkat asal Jepang menilai perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh sekira 6 persen dalam jangka menengah. Hal tersebut dapat dilakukan bila dapat memperkuat basis industrinya dengan memanfaatkan Foreign Direct Investment FDI. Selain itu, defisit fiskal kemungkinan akan tetap rendah, dengan sektor perbankan tetap terjaga, dan peningkatan beban utang pemerintah tidak bertambah. Dengan faktor-faktor tersebut, RI menegaskan peringkat investasi Indonesia tetap di BBB- Fakhri, 2013 . Dengan adanya peningkatan perekonomian Indonesia maka pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM pada pertengahan tahun 2013 menyeburkan bahwa diantara 5 sektor yang merupakan tujuan investasi Penanaman Modal Asing PMA, sektor industri barang kimia dasar dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam 12 dasar, mesin elektronik, industri alat angkutan dan transportasi lainnya, industri kertas dan percetakan Wan, 2013. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, bahwa kinerja keuangan perusahaan akan menjadi sorotan para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan, maka dengan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempengaruhi pandangan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan yang berimbas penurunan kepercayaan investasi yang mempengaruhi saham perusahaan. Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat imbas berbagai kesulitan yang terjadi saat ini dengan keadaan saham perusahaannya. Dengan menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur karena sektor ini termasuk sektor penting yang diantaranya membantu naik turunnya keadaan saham di IDX. Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan IHSG Sumber: data diolah dari www. f inance.yahoo.com 13 Maka dengan melihat hal ini maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013”. Penelitian-penelitian terdahulu oleh para ahli tentang saham sudah sering dilakukan William, Agung 2013 dengan menggunakan populasi perusahaan sektor aneka industri. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya bahwa variabel book to market dan earning yield berpengaruh signifikan sedangkan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel book to market untuk semua perusahaan di sektor manufaktur yang memiliki harga saham yang berfluktuatif cenderung turun pada keadaan tahun sekarang. Dengan melihat keadaan return saham perusahaan tersebut. Penelitian lainnya tentang kondisi financial distress diantaranya yang dilakukan oleh Altman 1968 merupakan penelitian awal yang memanfaatkan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan menggunakan analisis multiple discriminant analysis. Kelima rasio tersebut terdiri dari: cash flow to total 14 debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali rasio yang digunakan Altman dalam memprediksi financial distress di sektor manufaktur seperti yang dilakukan Altman. Pengujian atas pengaruh book to market terhadap return saham dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009, didapatkan kesimpulan bahwa book to markat berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Brad dan John 1997, yang berisi peningkatan book to market akan mempengaruhi net income perusahaan yang menjadi daya tarik investor dalam melihat harga saham dan mencapai imbal hasil yang diinginkan serta firm size, book to market berpengaruh signifikan terhadap security return. Kedua penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel Firm Size dan Book to Market yang diteliti oleh Brad dan John 1997 dan Bankruptcy risk oleh Utama dan Lumondang 2009. Kedua penelitian ini menggunakan variabel dependen return saham dan ingin menguji kembali penelitian sebelumnya untuk saham sektor manufaktur. Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect yang dilakukan oleh Chan dan Chen 1991 merupaka variabel yang 15 mempengaruhi imbal hasil return saham. Dalam penelitian Fama dan Frech 1992 memperkirakan bahwa book to market effect mungkin muncul karena adanya distress risk. Sehingga dalam penelitian sekarang ingin melihat kembali apakah book to market effect dan distress risk akan berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Peneliti menggunakan variabel financial distress kebanyakan dilakukan untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti ingin melihat keadaan ini terhadap return saham perusahaan apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak, serta ukuran perusahaan firm size dan book to market dalam penelitian sebelumnya juga mempengaruhi return saham dan peneliti ingin melihat apakah di priode penelitian sekarang dapat mendapatkan hasil yang sama. Penelitian tentang beta saham dilakukan oleh Herman dan Suk 2007, metode penelitian dengan menggunakan analisis simple regression dan kemudian menggunakan multiple regression. Dalam penelitian sekarang yang membedakan yaitu variabel financial distress. Penggunaan variabel beta dalam penelitian sekarang adalah ingin melihat tingkat risiko pasar pada perusahaan sektor manufaktur. Penelitian tentang Earning dilakukan oleh Solechan 2009, dimana variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh positif terhadap return saham. Dalam penelitian sekarang menggunakan data populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya 16 yang menggunakaan populasi semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak diminati diantaranya oleh masyarakat luas, pengusaha maupun perusahaan dilihat dari banyaknya investor dan perusahaan sekuritas yang ada. Dalam berinvestasi hal-hal yang harus dilihat diantaranya kesehatan perusahaan. Perusahaan yang sehat akan memberikan imbal hasil yang baik. Penggunaan prediksi kesehatan perusahaan sangat membantu untuk melihat bagaimana pondasi keuangan perusahaan dalam mengahadapi keadaan bisnis usaha yang susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan maupun para investor. Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama Three Factor Model yaitu beta, firm size dan book to market, penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel Capital Assets Pricing Model CAPM yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham yang kemungkinan dapat menghasilkan persamaan yang lebih baik dengan menggunakan subsequent return saham. Pemilihan subsequent return saham dinilai lebih tepat untuk melihat bagaimana keadaan perusahaan setelah di audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia BEI dan terdaftar selama periode 2009-2013. Pemilihan populasi ini seperti yang dilakukan Altman dalam menilai kebangkrutan sehingga industri ini memiliki populasi 17 yang sangat tepat untuk penelitian saat ini. Banyak penelitian sebelumnya hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double regresi dengan melihat bagaimana keadaan subsequent return saham dilihat rasio kebangkrutan perusahaan. Metode uji yang digunakan yaitu dengan aplikasi eviews yang masih jarang digunakan dimana penelitian sebelumnya masih banyak menggunakan aplikasi spss. Peneliti menggunakan aplikasi eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 56 82

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014

1 29 90

Determinan Merger Dan Akuisisi : studi di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013

0 27 0

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

0 24 250

PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 9

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 5 20

PENUTUP PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 3 5

Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013.

0 0 22