1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini ketahanan dan kestabilan perekonomian Indonesia sedang diuji dengan berbagai kondisi gejolak perekonomian dunia yang tidak stabil.
Berbagai krisis ekonomi yang melanda Benua Amerika di awal tahun 2008 dan Benua Eropa akibat krisis likuiditas serta perlambatan pertumbuhan
ekonomi dunia dan risiko makro ekonomi yang meningkat. Dengan berbagai keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian
global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan kekhawatiran fiscal cliff di Amerika Serikat, serta turunnya harga komoditas
ekspor di pasar global Erani dan Sri, 2013. Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi
Eropa membuat realisasi investasi di luar Pulau Jawa ikut mengalami penurunan Rosalina, 2012. Sektor pertambangan yang menjadi penanaman
investasi terbesar di Indonesia mulai turun di semester I 2012 dan tren investasi mulai beralih ke manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor
yang banyak menyerap tenaga kerja, di tahun 2013 sektor penyerap tenaga kerja buruh ini mengalami peningkatan mencapai 24 dari produk domestik
bruto. Sektor manufaktur dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka sangat baik jika sektor manufaktur dapat tumbuh. Namun sektor manufaktur
2 memerlukan dana yang besar. Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat
menutupi permodalan operasi perusahaan manufaktur. Bank merupakan pemberi pinjaman yang banyak diambil. Jika dalam keadaan krisis yang
berimbas operasi perusahaan maka kesulitan pembayaran pinjaman akan mempengaruhi kepercayaan bank
.
Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada peningkatan Non Performing Loan NPL dari tahun ke tahun mengalami
penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel 1.1 Non Performance Loan
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Walaupun sektor manufaktur menjadi tren dalam dunia investasi, namun
di awal tahun 2013 berdasarkan Laporan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan per Maret 2013 yang diterbitkan Bank Indonesia, hasil stress test
menunjukkan peningkatan NPL dari 2,29 pada akhir 2012 menjadi 5,39 pada akhir semester I-2013 atau meningkat 310 basis poin bps dan potensi
tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit Dwitiya Grace, 2013. Sektor yang
3 mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah
yang terjadi di perbankan. Semakin tinggi angka persentase NPL perbankan maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kredit bermasalah
dengan perbankan Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012. Dengan melihat permasalahan kredit maka pihak manajer keuangan
memiliki kewajiban dalam membuat keputusan pendanaan, baik secara mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian
laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus bunga tetap Brealey, Myers, Marcus, 2007. Dengan membuka keran
investasi ke masyarakat dengan menjadi perusahaan yang terbuka maka permodalan keuangan dapat diperoleh. Pasar modal menjadi sarana untuk
memobilisasi dana yang bersumber darimasyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dengan investasi di pasar modal maka investasi
4 masyarakat akan menjadi dana segar bagi perusahaan dalam menjalankan
usahanya menjadi lebih baik. Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008.
Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar
investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan return. Rasa aman merupakan hal terpenting yang harus diberikan perusahaan dalam
mengelolah permodalan
investasinya. Kewajiban
perusahaan yang
mendapatkan permodalannya harus dapat memberikan imbal hasil dari permodalan tersebut, sehingga investor tidak salah dalam memilih saham
perusahaan yang diinvestasikan. Karena tujuan utama investor yaitu mendapatkan imbal hasil dari investasi maka tugas manajer keuangan yang
diartikan sebagai manajemen dana yang bertugas mengalokasikan dana investasi secara efektif Murti, 2011.
Memperoleh return keuntungan merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor dipasar modal. Para investor menggunakan
berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,maupun dengan
memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di
pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang
5 diterima dari saham tersebut Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel
Nicky, 2008. Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang
meningkat di atas Rp. 11.000 Dat 03 waspada online, September 2013. Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US
Sumber: www.sahamok.comgrafik-usd-vs-idr-rupiah Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan
manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga Cost of
Goods Sold COGS pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten
PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk AISA, yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung
gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service
Coverage Ratio DSCR dan mengakibatkan penurunan kinerja kreditnya di bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan.
6
Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id. Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk
ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh Busa Efek Indonesia BEI sehingga pencatatan saham dihapus jika
perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial
maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. Nur Firdaus, 2013.
Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar modal diantaranya terlihat di bawah ini.
Tabel 1.4 Daftar perusahaan
delisting Nama Perusahaan
Tahun Keterangan
PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008
Delisting karna kesulitan likuiditas
Apexindopratama Duta Tbk. Apex
Maret 2009 Delisting karena kesulitan
likuiditas Siwani Makmur Tbk
SIMA Januari 2011
kondisi operasional dan keuangan yang memburuk
Suryainti Permata Tbk SIIP
Februari 2012 Delisiting
karena penyelesaian utang yang
berlarut -laru Bersambung ke halaman selanjutnya
7
Tabel 1.4 Lanjutan Nama Perusahaan
Tahun Keterangan
PT Cipendawa Tbk CPDW 30 Juni 2013
Suspend PT Panca Wiratama Sakti Tbk
PWSI 2013
Suspend PT Berlian Laju Tanker Tbk
BLTA 2013
Suspend PT Central Proteinaprima Tbk
CPRO 2013
Suspend PT Metro Batavia
Batavia Air Januari 2013
Pailit alias bangkrut PT Amstelco Indonesia Tbk
Februari 2013 Suspend
Indo Setu Bara Resources Tbk CPDW
2013 Suspend
PT Amstelco Indonesia INCF 2013 Suspend
Sumber :data diolah dari www.sahamok.comemitensaham-delisting Sangat berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan
terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI mengalami krisis likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham,
perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atau kesulitan
likuiditas yang mengakibatkan financial distress maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.
Menurut Peter dan Yoseph 2011, analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka go
public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur
yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar default, karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja PHK serta manajemen
8 perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup going concern perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-
ubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan. Kondisi demikian dialami oleh banyak perusahaan saat krisis
moneter terjadi. Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan
dengan berbagai rambu-rambu BAPEPAM. Dalam keputusan BAPEPAM nomor kep-82pm1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham
tertentu seperti penerapan kebijakan perlindungan terhadap minoritas share holder prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan. Jika perusahaannya
dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat informasi yang asymmetris terhadap pihak pemegang saham stock holder
yang menyebabkan penilaian terhadap perusahaan tidak dapat seluruhnya sesuai dengan value dari asset yang ada.
Informasi yang asymmetris akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tidak terkecuali para investor yang ingin membeli saham
perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna
sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta risiko saham yang dibeli atau dijual. Sebelum menginvestasikan dananya, investor
melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan bertujuan menghasilkan
9 keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan
dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu
menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau capital gain. Jika informasi tersebut tidak mencerminan keadaan
sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat. Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan
yaitu hubungan antara pemilik modal dan pihak manajemen. Pemilik saham yang memiliki latar belakang, selera, kekayaan, kerangka waktu dan
kesempatan pribadi yang berbeda. Namun semua itu memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan nilai pasar dari investasi pemegang saham atas
perusahaan Brealey, Myers, Marcus, 2007. Dengan adanya tujuan tersebut maka tugas manajerlah untuk melakukannya, sehingga berbagai cara
dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam
perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, risiko, dividen, tingkat suku bunga,
penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomiaan Thobarry, 2009. Karena perubahan faktor-faktor di atas
harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat.
10 Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu
perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu
perusahaan adalah sangat penting Atmini dalam Hadi dan Anggarini
, 2008
.
I
nvestor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan beberapa perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan. Rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan
suatu perusahaanThobarry, 2009.
Analisis financial distress dapat dilakukan dengan menggunakan rasio- rasio keuangan. Metode Altman Z-Score dapat diterapkan untuk pengujian
karakteristik kegagalan usaha perusahaan dengan menentukan variabel yang efektif untuk memprediksi financial distress di masa depan. Model ini juga
dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui rasio keuangan Rida dan Adam, 2011. Menurut Foster
1986, dengan memperhatikan 4 empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan salah satunya mengkaji hubungan
empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu seperti kebangkrutan atau financial distress.
Analisis harga saham perusahaan sangat penting bagi para investor yang ingin baru masuk dalam dunia investasi. Walaupun secara kenyataan bahwa
harga saham di pasar modal menurun belum tentu dikarenakan keuangan
11 perusahaan tersebut sedang buruk, namun karena imbas permintaan dan
penawaran berbagai spekulasi investor lain yang mangakibatkan tren harga saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor
baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon murah. Dengan melihat market capitalization atau ukuran perusahaan dapat menjadi landasan bahwa
perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik. Selain itu analisis beta saham juga dapat menjadi acuan akan ketahanan perusahaan dari pengaruh
pasar yang ada. RI salah satu lembaga pemeringkat asal Jepang menilai perekonomian
Indonesia akan tetap tumbuh sekira 6 persen dalam jangka menengah. Hal tersebut dapat dilakukan bila dapat memperkuat basis industrinya dengan
memanfaatkan Foreign Direct Investment FDI. Selain itu, defisit fiskal kemungkinan akan tetap rendah, dengan sektor perbankan tetap terjaga, dan
peningkatan beban utang pemerintah tidak bertambah. Dengan faktor-faktor tersebut, RI menegaskan peringkat investasi Indonesia tetap di BBB-
Fakhri, 2013
.
Dengan adanya peningkatan perekonomian Indonesia maka pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM pada pertengahan tahun 2013 menyeburkan bahwa diantara 5 sektor yang merupakan tujuan
investasi Penanaman Modal Asing PMA, sektor industri barang kimia dasar dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam
12 dasar, mesin elektronik, industri alat angkutan dan transportasi lainnya,
industri kertas dan percetakan Wan, 2013. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, bahwa kinerja keuangan
perusahaan akan menjadi sorotan para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan, maka dengan keadaan
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempengaruhi pandangan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan yang berimbas
penurunan kepercayaan investasi yang mempengaruhi saham perusahaan. Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat imbas berbagai kesulitan yang terjadi saat ini dengan keadaan saham
perusahaannya. Dengan menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur karena sektor ini termasuk sektor penting yang diantaranya membantu naik
turunnya keadaan saham di IDX.
Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan
IHSG
Sumber: data diolah dari www.
f
inance.yahoo.com
13 Maka dengan melihat hal ini maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan
Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009
– 2013”.
Penelitian-penelitian terdahulu oleh para ahli tentang saham sudah sering dilakukan William, Agung 2013 dengan menggunakan populasi
perusahaan sektor aneka industri. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya bahwa variabel book to market dan
earning yield berpengaruh signifikan sedangkan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Sehingga penelitian
sekarang ingin menguji kembali variabel book to market untuk semua perusahaan di sektor manufaktur yang memiliki harga saham yang
berfluktuatif cenderung turun pada keadaan tahun sekarang. Dengan melihat keadaan return saham perusahaan tersebut.
Penelitian lainnya tentang kondisi financial distress diantaranya yang dilakukan oleh Altman 1968 merupakan penelitian awal yang memanfaatkan
analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan menggunakan analisis multiple
discriminant analysis. Kelima rasio tersebut terdiri dari: cash flow to total
14 debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to
total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar
dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali rasio yang digunakan
Altman dalam memprediksi financial distress di sektor manufaktur seperti yang dilakukan Altman.
Pengujian atas pengaruh book to market terhadap return saham dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009, didapatkan kesimpulan bahwa book to
markat berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Brad dan John 1997, yang berisi peningkatan book to market
akan mempengaruhi net income perusahaan yang menjadi daya tarik investor dalam melihat harga saham dan mencapai imbal hasil yang diinginkan serta
firm size, book to market berpengaruh signifikan terhadap security return. Kedua penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga
penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel Firm Size dan Book to Market yang diteliti oleh Brad dan John 1997 dan Bankruptcy risk oleh
Utama dan Lumondang 2009. Kedua penelitian ini menggunakan variabel dependen return saham dan ingin menguji kembali penelitian sebelumnya
untuk saham sektor manufaktur. Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect
yang dilakukan oleh Chan dan Chen 1991 merupaka variabel yang
15 mempengaruhi imbal hasil return saham. Dalam penelitian Fama dan Frech
1992 memperkirakan bahwa book to market effect mungkin muncul karena adanya distress risk. Sehingga dalam penelitian sekarang ingin melihat
kembali apakah book to market effect dan distress risk akan berpengaruh terhadap return saham perusahaan.
Peneliti menggunakan variabel financial distress kebanyakan dilakukan untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti
ingin melihat keadaan ini terhadap return saham perusahaan apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak, serta ukuran perusahaan firm size
dan book to market dalam penelitian sebelumnya juga mempengaruhi return saham dan peneliti ingin melihat apakah di priode penelitian sekarang dapat
mendapatkan hasil yang sama. Penelitian tentang beta saham dilakukan oleh Herman dan Suk 2007,
metode penelitian dengan menggunakan analisis simple regression dan kemudian menggunakan multiple regression. Dalam penelitian sekarang yang
membedakan yaitu variabel financial distress. Penggunaan variabel beta dalam penelitian sekarang adalah ingin melihat tingkat risiko pasar pada
perusahaan sektor manufaktur. Penelitian tentang Earning dilakukan oleh Solechan 2009, dimana
variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh positif terhadap return saham. Dalam penelitian sekarang menggunakan data
populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya
16 yang menggunakaan populasi semua perusahaan yang ada di Bursa Efek
Indonesia. Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak
diminati diantaranya oleh masyarakat luas, pengusaha maupun perusahaan dilihat dari banyaknya investor dan perusahaan sekuritas yang ada. Dalam
berinvestasi hal-hal yang harus dilihat diantaranya kesehatan perusahaan. Perusahaan yang sehat akan memberikan imbal hasil yang baik. Penggunaan
prediksi kesehatan perusahaan sangat membantu untuk melihat bagaimana pondasi keuangan perusahaan dalam mengahadapi keadaan bisnis usaha yang
susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan maupun para investor.
Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama Three Factor Model yaitu beta, firm size dan book to market, penelitian
sebelumnya hanya menggunakan variabel Capital Assets Pricing Model CAPM yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham
yang kemungkinan dapat menghasilkan persamaan yang lebih baik dengan menggunakan subsequent return saham. Pemilihan subsequent return saham
dinilai lebih tepat untuk melihat bagaimana keadaan perusahaan setelah di audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go
public yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia BEI dan terdaftar selama periode 2009-2013. Pemilihan populasi ini seperti yang dilakukan
Altman dalam menilai kebangkrutan sehingga industri ini memiliki populasi
17 yang sangat tepat untuk penelitian saat ini. Banyak penelitian sebelumnya
hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double regresi dengan melihat bagaimana keadaan subsequent return saham dilihat
rasio kebangkrutan perusahaan. Metode uji yang digunakan yaitu dengan aplikasi eviews yang masih jarang digunakan dimana penelitian sebelumnya
masih banyak menggunakan aplikasi spss. Peneliti menggunakan aplikasi eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana
data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya.
B. Perumusan Masalah