83 w
it
= komponen error gabungan Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error adalah
u
i
~ N 0,σ
u 2
;  v
t
~ N 0,σ
v 2
;  w
it
~ N 0,σ
w 2
Dalam  model  efek  acak,  efek  rata-rata  dari  data  cross  section  dan time  series  diintreprestasikan  dalam  intercept.  Sedangkan  deviasi
efek secara random untuk data time series diprestasikan dalam vt dan deviasi untuk data cross section dinyatakan dalam ut.
Model  ini  juga  mengasumsikan  bahwa  error  secara  individu tidak  saling  berkolerasi,  begitu  juga  dengan  error  kombinasinya.
Dengan  menggunakan  model  ini  maka  kita  dapat  menghemat pemakaian  derajat  kebebasan  dan  tidak  mengurangi  jumlah  seperti
pada  fixed  effect  model.  Hal  ini  berimplikasi  pada  parameter  hasil estimasi akan menjadi efisien.
2. Tahap Analisis Data
a. Pemilihan Model Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random
Effect
Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Metode pada Pengolahan Data Panel
Sumber : Data diolah
Chow Test
FIXED EFFECT
POOLED LEAST
SQUARE RANDOM
EFFECT Hausman
Test
LM Test
1 2
3
84
1 Chow Test
Untuk  mengetahui  apakah  model  MET  lebih  baik  dibandingkan dengan  modelOLS  dapat  dilakukan  dengan  melihat  signifikansi
model MET dapat dilakukandengan uji statistik F. Pengujian seperti ini dikenal juga dengan istilah Uji Chow atau Likelihood Test Ratio.
Hipotesis nol H yang digunakan adalah intersep dan slope adalah
sama. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H : Model Pooled Least Square restricted
H
1
: Model Fixed Effect unrestricted Dasar  penolakan  terhadap  hipotesis  nol  H
yaitu  dengan menggunakan  F-statistik.  Adapun  uji  F  statistiknya  adalah  sebagai
berikut:
Dengan  n  adalah  jumlah  individu;  T  merupakan  jumlah  periode waktu; K adalah banyaknya parameter dalam model MET; RSS
1
dan RSS
2
berturut-turut adalah residual sum of squares untuk model OLS dan MET.
Nilai  statistik  F  akan  mengikuti  distribusi  statistik  F  dengan derajat  bebas  sebesar  n
–  1  untuk  numerator  dan  sebesar  nT  –  k denumerator.  Jika  nilai  statistik  F  lebihbesar  dari  nilai  F  tabel  pada
tingkat  signifikansi  tertentu,  hipotesis  nol  akan  ditolak,  yang  berarti RSS
1
– RSS
2
n – 1
F hitung = RSS
1
nT – n – K
85 koefisien  intesep  dan  slope  adalah  sama  tidak  berlaku,  sehingga
teknikregresi  data  panel  dengan  MET  lebih  baik  dari  model  regresi data panel dengan OLS Bambang, Juanda dan Junaidi,2012
.
2 Hausman Test
Untuk  menguji  apakah  model  fixed  effect  lebih  baik  dari  model random  effect,  digunakan  uji  Hausman.  Adapun  hipotesis  dalam
pengujian ini dilakukan berikut: H
: Model Random Effect H
1
: Model Fixed Effect unrestricted Dengan  mengikuti  kriteria  Wald,  nilai  statistik  Hausman  ini  akan
mengikuti distribusi chi-square sebagai berikut: W
= χ 2 [K] = [β, β
GLS
] Σ
-1
[β, β
GLS
] Ketika  nilai  Hausman    dari  chi  table  maka  H
ditolak  dengan  kata lain  metode  yang  digunakan  adalah    fixed  effect  FEM  Bambang,
Juanda dan Junaidi, 2012 .
Seperti  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya,  pendekatan  pooled least  square  memiliki  kelemahan  dikarenakan  asumsi  atas  intercept
dan  slope  yang  sama  di  dalam  modelnya  sehingga  memilliki kemungkinan  tidak  sesuai  dengan  kondisi  sebenarnya  dikarenakan
setiap  unit  cross  section  memiliki  karakteristik tersendiri.  Kemudian menurut  Judge  1985  diantaranya  pendekatan  fixed  effect  dan
random effect ada beberapa pertimbangan antara lain:
86 Jika jumlah periode observasi besar dan jumlah unit cross section
kecil, maka estimasi dari pendekatan fixed effect dengan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang
lebih mudah dilakukan yaitu pendekatan fixed effect. Jika jumlah periiode observasi kecil dan jumlah unit cross section
besar maka hasil estimasi dari kedua pendekatan tersebut berbeda jauh.  Maka  apabila  unit  cross  section  yang  digunakan  diyakini
diambil  secara  acak  random  maka  pendekatan  random  effect yang  digunakan.  Sebaliknya  apabila  unit  cross  section  yang
digunakan  tidak  diambil  secara  acak  maka  pendekatan  fixed effect yang digunakan.
Jika kemampuan error individu berkorelasi dengan variabel bebas “x” maka parameter yang didapat dari pendekatan random effect
akan  bias  sementara  parameter  yang  didapat  dari  pendekatan fixed effect tidak.
Jika jumlah periode observasi kecil dan jumlah unit cross section besar  maka  asumsi  yang  mendasari  random  effect  lebih
dibandingkan pendekatan fixed effect.
3 The Breusch-Pagan LM Test
Pengujian  untuk  memilih  apakah  model  akan  dianalisis  dengan menggunakan metode  random effect  atau pooled least square  dapat
87 dilakukan  dengan    The  Breusch-Pagan  LM  Test  dimana
menggunakan hipotesis sebagai berikut: H
: Model Pooled Least Squarerestricted H
1
: Model Random Effect Dasar penolakan H
menggunaka statistik LM Test yang berdasarkan distribusi Chi-square. Jika LM statistics lebih besar dari Chi square
table  maka  tolak  H sehingga  model  yang  lebih  sesuai  dalam
menjelaskan  dalam  permodelan  data  panel  tersebut  adalah  model pooled least square, begitu pula sebaliknya.
F. Pengujian Statistik
Setelah  melakukan  pengolahan  data  dengan  metode  panel,  selanjutnya adalah  melakukan  pengujian  terhadap  hasil  output.  Pengujian  ini  dilakukan
menurut  kriteria  statistic  dan  kriteria  ekonomi.  Pada  pengujian  kriteria ekonomi  diuji  apakah  hasil  koefisien  regresi  sudah  sesuai  dengan  teori
ekonomi  yang  ada.  Kriteria  stastik  dilakukan  dengan  cara  melakukan pengujian-pengujian sebagai berikiut.
1. Statistik  Deskriptif